Banyak pengguna acuh tak lindungi data pribadi di ponselnya
Merdeka.com - Kaspersky Lab baru saja merilis hasil surveinya mengenai dampak dari keteledoran pengguna smartphone. Khususnya soal kata sandi.
Berdasarkan data tersebut, perusahaan software keamanan dunia itu menyebutkan bahwa 48 persen responden surveinya dianggap gagal melindungi perangkat seluler mereka. Hanya 22 persen dari total responden yang memahami terhadap hal itu.
“Ini salah satu kekhawatiran yang kami angkat, yakni mereka yang kerap meninggalkan perangkatnya dengan data berharga di dalamnya, karena tidak terlindungi maka dapat diakses oleh siapa saja,” jelas Dmitry Aleshin, VP Pemasaran Produk Kaspersky Lab melalui keterangan resminya, Jumat (13/7).
-
Apa saja yang ditemukan dalam penelitian Kaspersky? Pakar Kaspersky melakukan penelitian skala besar mengenai ketahanan 193 juta kata sandi, yang disusupi oleh infostealers dan tersedia di darknet, terhadap serangan brute force dan tebakan cerdas (smart guessing attacks).
-
Apa yang Kaspersky temukan tentang keamanan game? Para peneliti Kaspersky menganalisis risiko keamanan dalam game bagi para pemain muda dan menemukan bahwa lebih dari 132.000 pengguna telah menjadi target pelaku kejahatan dunia maya.
-
Apa itu Peta Serangan Siber Kaspersky? Untuk memahami sejauh mana serangan ini tersebar di seluruh dunia, Kaspersky, salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, memiliki sebuah peta interaktif yang menampilkan serangan siber secara real-time.
-
Bagaimana Kaspersky menguji password? Berdasarkan hasil penelitian, 45% dari seluruh kata sandi yang dianalisis (87 juta) dapat ditebak oleh penipu dalam satu menit. Hanya 23% (44 juta) kombinasi yang terbukti cukup tahan untuk memecahkannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun.
-
Apa yang ditemukan WHO tentang smartphone? Sebuah penelitian sistematis terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environment International mengungkapkan bahwa penggunaan smartphone tidak terkait dengan risiko kanker otak.
-
Siapa yang membuat Peta Serangan Siber Kaspersky? Untuk memahami sejauh mana serangan ini tersebar di seluruh dunia, Kaspersky, salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, memiliki sebuah peta interaktif yang menampilkan serangan siber secara real-time.
“Bayangkan kalau pencopet yang mencuri telepon pintar bisa mendapatkan lebih dari sekadar gawai, tapi juga data pribadi pengguna,” tambah dia.
Aleshin mengatakan hal itu bukan tanpa alasan. Kata dia, berbagai jenis data berharga disimpan, dan dikirim dari perangkat tersebut. Misalnya, lebih dari sepertiga atau sekitar 35 persen orang menggunakan telepon pintar mereka untuk melakukan transaksi perbankan online, yang tentu saja memberikan akses ke informasi keuangan yang berharga.
Selain itu, 57 persen orang secara teratur menggunakan telepon pintar mereka untuk mengakses akun email pribadi dan 55 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk aktivitas media sosial, di mana keduanya memiliki jumlah data sensitif yang tidak sedikit.
Meski sebagian kecil orang sudah sadar betapa pentingnya keamanan data di smartphone-nya, tetapi tidak selalu membuat orang sadar dan perlu untuk mengamankannya. Hasil surveinya itu menyebutkan bahwa hanya 14 persen dari responden yang mengaku sadar soal keamanan yang mengenkripsi file dan folder untuk menghindari akses tidak diinginkan.
“Jadi, jika perangkat yang tidak terlindungi jatuh ke tangan yang salah, semua data mulai dari akun pribadi, foto, pesan bahkan detil keuangan dapat diakses oleh orang lain,” ungkapnya.
Terlepas dari itu, menurutnya, ada beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan semua orang untuk mengamankan perangkat dan data yang mereka miliki.
Dengan membuat pengaturan kata sandi dan menggunakan solusi keamanan khusus, termasuk perlindungan anti pencurian, pengguna smartphone dapat melindungi informasi pribadi, foto, dan akun daring dari kehilangan dan penggunaan ilegal dari orang yang tidak bertanggung jawab.
(mdk/dzm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut deretan negara-negara yang warganya sering dikuntit secara digital.
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaSurvei dilakukan pada 4-11 Januari 2024 terhadap 1.220 responden. Survei dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka
Baca SelengkapnyaNasabah PNM Mekaar yang belum seluruhnya melek digital berpotensi menjadi korban penyalahgunaan data pribadi.
Baca SelengkapnyaDi negara maju kriminalitas masih kerap dijumpai. Kepolisian setempat pun mulai mengkhawatirkan kejadian ini.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi sebut hampir setengah penduduk Indonesia rentan jadi korban kejahatan dan penipuan digital.
Baca SelengkapnyaBerikut tips jitu dari Polri untuk mengantisipasi pencurian data pribadi yang marak terjadi.
Baca SelengkapnyaKementerian Kominfo dan BSSN masih berusaha melakukan investigasi.
Baca Selengkapnya