Belanja iklan TV turun 26,7 persen pada tahun 2015
Merdeka.com - Pengaruh perlambatan ekonomi pada 2015, berdampak juga terhadap penurunan belanja iklan TV. Hal itu berdasarkan data dari Adstensity 2015, di mana pada tahun 2014 lalu pendapatan iklan TV menembus Rp 99 Triliun. Namun tahun ini hanya mencapai Rp 72,5 triliun.
"Artinya belanja iklan TV 2015 terjadi penurunan sebesar 26,7 persen dibanding tahun lalu," ujar CEO PT Sigi Kaca Pariwara, Sapto Anggoro dalam keterangannya, Selasa (5/1).
Sebelumnya, pihaknya juga telah mengutarakan saat November lalu mengenai adanya penurunan pendapatan iklan TV yang jauh meleset dari yang ditargetkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). PPPI pernah memprediksikan belanja iklan TV nasional untuk tahun 2015 mencapai Rp 113,5 triliun. Dengan data riil 2015, target belanja iklan TV hanya tercapai 63,8 persen.
-
Apa yang menyebabkan kemacetan Jakarta meningkat? Berdasarkan data TomTom Traffic Index pada Februari 2023, terjadi peningkatan signifikan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Angkanya mencapai 53 persen.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta berkurang? Karena, fenomena kemacetan saat jam pulang kerja terjadi karena aktivitas kegiatan menjelang buka puasa.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
-
Bagaimana perubahan nama DKI Jakarta berpengaruh ke ekonomi? Perubahan ini tidak hanya sekedar perubahan nama, tetapi juga mengandung dampak besar dalam hal kebijakan ekonomi dan pemerintahan.
-
Siapa yang mengalami penurunan kekayaan? Pada awal Desember 2023, harta kekayaan Hartono Bersaudara anjlok. Beberapa konglomerat Indonesia terpantau mengalami kenaikan nilai kekayaannya. Prajogo Pangestu, Low Tuck Kwong, hingga Sri Prakash Lohia merupakan segelintir konglomerat yang mengalami kenaikan harta. Kendati demikian, kekayaan Hartono bersaudara terpantau mengalami penurunan.
Penyebab dari penurunan belanja iklan bisa jadi karena memburuknya kurs tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada 2015 lalu. Akibatnya, sebagian besar industri terpaksa menghemat belanja iklan mereka. Hal ini nampak pada industri otomotif yang paling terpengaruh dengan situasi ini.
Sebaliknya kondisi itu tak berlaku pada industri e-commerce/digital business (online store) yang justru mencuat pada 2015. Industri yang relatif baru berkembang di Indonesia ini masuk dalam 10 Top Industri 2015. Total belanja iklan mereka mencapai Rp 1.792.654.180.000 atau berkontribusi sebesar 2,47 persen terhadap total belanja iklan TV 2015.
Sedangkan industri otomotif ada di peringkat 10 dengan total belanja iklan Rp 1.774.396.270.000 atau hanya menyumbang 2,45 persen. Di luar itu, industri-industri yang terlanjur mapan seperti Beverage, Personal Care, dan Refined Food masih merajai penyumbang belanja iklan TV terbesar di Indonesia.
Sekadar informasi, Adstensity adalah nama produk untuk perangkat/aplikasi ads TV monitoring yang dikembangkan oleh PT Sigi Kaca Pariwara. Aplikasi ini memantau aktivitas penyiaran, khususnya penayangan iklan TVC/ads spot di 13 TV berskala nasional dan melakukan penghitungan kualitatif secara otomatis sehingga dinamika penayangan iklan TVC bisa diketahui secara real time. Baik itu dari sisi frekuensi tayang, belanja iklan, atau distribusi/sebaran penayangan iklan.
(mdk/lar)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaIklan masih menjadi sumber pendapatan terbesar dari media sosial.
Baca SelengkapnyaKerugian Rp9,1 Triliun Hingga PHK Massal Membayangi Industri Media Jika Iklan Rokok Dilarang
Baca SelengkapnyaKebijakan pemerintah membuat daya beli masyarakat semakin amburadul.
Baca SelengkapnyaErosi daya beli masyarakat kelas menengah ini tercermin dari peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil baru pada tahun 2014 mencapai hingga 1,2 juta unit. Sementara penjualan mobil baru di sepanjang 2023 terus turun jadi berkisar 1 juta unit.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, Budihardjo Iduansjah menyebut bahwa ada perubahan pola konsumsi masyarakat kelas menengah.
Baca SelengkapnyaSituasi ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk kelas menengah tersebut menyumbang 21,45 persen dari proporsi penduduk.
Baca SelengkapnyaMerosotnya penjualan mobil di Indonesia punya banyak faktor mendasar, seperti karena penurunan daya beli dan ketertarikan pembeli.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaDisebutkan bahwa banyaknya pengiklan loyal Twitter yang kabur karena khawatir tentang moderasi konten.
Baca Selengkapnya