Benarkah plastik 'biodegradable' cepat terurai oleh lingkungan?
Merdeka.com - Jika Anda sering menyambangi mini market, tentu Anda sudah mengerti konsep 'diet kantong plastik' yang sudah diterapkan di berbagai ritel di seluruh Indonesia. Hal ini berhubungan dengan kekhawatiran terhadap sampah kantong plastik yang sulit diuraikan oleh tanah dan akan menyebabkan penumpukan kantong plastik. Namun banyak yang menolak konsep ini karena di setiap kantong plastik terdapat tanda 'biodegradable' yang merupakan kantong plastik lebih ramah lingkungan.
Hal ini memang benar, di mana plastik biodegradable disebut-sebut sebagai teknologi yang lebih hijau. Namun apakah tetap 'ngotot' untuk menggunakan plastik merupakan hal yang benar? Ternyata tidak. Karena menurut laporan terbaru dari PBB melalui UNEP (United Nations Environment Programme), penggunaan plastik biodegradable berpengaruh sangat kecil dalam memproteksi planet Bumi, terutama biota laut. Dalam laporan UNEP, tertulis bahwa "Plastik yang ditandai 'biodegradable,' tidak terurai secara cepat di laut."
Bahkan menurut prediksi dari World Economic Forum dan Ellen MacArthur Foundation, laut di dunia akan dipenuhi lebih banyak sampah ketimbang ikan pada 2050 mendatang.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah plastik? 'Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim',
-
Mengapa sampah plastik sangat mencemari lingkungan? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Apa yang diatasi dengan inovasi ramah lingkungan? Permasalahan lingkungan dapat diatasi dengan mendorong inovasi ramah lingkungan, mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang barang, menghemat air dan listrik, menghindari plastik sekali pakai, dan mendaur ulang sampah untuk melestarikan sumber daya alam.
-
Dimana limbah plastik merusak lingkungan? Dampaknya meliputi kerusakan ekosistem dan ancaman bagi kehidupan laut.
Jika hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin plastik adalah penyebab utama rusaknya lingkungan. Terlebih lagi plastik sangat mudah ditemukan di laut. Menurut laporan UNEP, plastik dapat ditemukan di setiap garis pantai dan lautan. Mulai dari Arktik, lautan tropis, hingga Antartika.
Plastik yang banyak sekali digunakan untuk tas belanja, botol air mineral, dan berbagai tempat untuk mewadahi makanan, memang kini di desain untuk lebih cepat diuraikan oleh lingkungan. Namun hal ini ternyata tak berlaku di lautan. Laporan tersebut menyebutkan bahwa teknologi biodegradable adalah "penemuan yang baik namun salah." hal ini dikarenakan plastik biodegradable akan terurai di temperatur 50 derajat Celcius, dan tentu lautan tak akan mencapai temperatur tersebut. Lebih buruk lagi, plastik tidak akan mengapung, sehingga mereka akan terbenam selamanya di laut dan tak bisa terurai oleh sinar UV.
Tanpa pencegahan, UNEP mengestimasi bahwa produksi plastik global akan naik 311 juta metrik ton tiap tahunnya. Sementara menurut World Economic Forum, akan ada 8 juta metrik ton plastik yang terbuang setiap tahunnya. Angka ini sama dengan satu truk sampah plastik terbuang tiap menitnya.
UNEP merekomendasikan kepada kita semua agar mengurangi sampah plastik, dan meningkatkan kesadaran untuk tidak membuang sampah ke sungai atau ke lautan. Tak cuma itu, lebih jauh kita juga tak boleh puas dengan hanya menggunakan plastik biodegradable. Untuk berbelanja dan berbagai kebutuhan lain, gunakan tas kanvas yang tentu lebih kuat dan bisa digunakan berkali-kali. Kontribusi kecil Anda terhadap lingkungan sangat penting bagi kelangsungan kehidupan di masa mendatang.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski ada temuan ini, tetap penting diingat bahwa enzim pada ulat tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Baca SelengkapnyaTeknologi yang dimiliki oleh Greenhope ini berasal dari Indonesia, tetapi sudah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan teknologi aspal plastik ini diharapkan ke depannya dapat mewujudkan lingkungan bersih yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBriket adalah bahan bakar padat yang terbuat dari limbah. Briket digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak.
Baca SelengkapnyaDalam satu hari, pekerja mengaku mendapat 2 ton sampah plastik dari Bekasi dan Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaKLHK pun memberikan perhatian terhadap menangani polusi yang merusak lingkungan, maka limbah plastik tidak luput dari perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaInisiatif ini memperkenalkan penggunaan Foopak Bio Natura, produk ramah lingkungan APP Group
Baca Selengkapnya