Bisakah bermedia sosial tanpa ujaran kebencian?
Merdeka.com - Tentu bermedia sosial kini penuh ketidaknyamanan karena banyaknya berbagai kasus, mulai ujaran kebencian yang meliputi rasisme, pelecehan seksual kepada kaum wanita, penindasan kaum minoritas, dan sebagainya. Namun harusnya berbagai platform jejaring sosial punya cara untuk mengembalikan media sosial menjadi tempat yang lebih nyaman untuk berbagi.
Hal ini pertama kali diupayakan oleh Facebook, Twitter, Microsoft, dan YouTube, dengan menandatangani sebuah kode etik bersama Uni Eropa. Kode etik ini berisi persetujuan untuk meninjau semua laporan ujaran kebencian di masing-masing platform, dalam waktu paling lambat 24 jam dan mencatat serta menandai posting ujaran kebencian tersebut.
Melansir Engadget, Uni Eropa hingga saaat ini terus memantau kinerja perusahaan-perusahaan tersebut sejak momen penandatanganan tersebut. Akhirnya, kemarin (22/1) pejabat Uni Eropa melaporkan bahwa ujaran kebencian sudah berkurang secara signifikan.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Kenapa media sosial bisa menjadi beban bagi orang yang sensitif? Maraknya konten yang berbau negatif di media sosial bisa menjadi beban pikiran bagi seseorang yang sensitif terhadap hal tersebut.
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Apa yang bikin stres karena media sosial? Meskipun media sosial memiliki manfaatnya, kebiasaan yang tidak sehat dalam penggunaannya dapat menyebabkan perasaan terputus, kesepian, dan stres.
-
Apa dampak buruk terlalu banyak bermain media sosial terhadap kehidupan seksual? Ya, itu memang menjadi akar dari berbagai masalah. Terutama karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan terkurasi bisa membuat kita merasa tidak cukup, kurang menarik, dan cenderung mengalami stres. Semua perasaan ini dapat mengurangi keinginan kita untuk berhubungan intim.
"Hasil hari ini dengan jelas menunjukkan bahwa platform online menganggap serius komitmen mereka untuk meninjau laporan dan menghapus ujaran kebencian yang ilegal dalam waktu 24 jam," ujar wakil presiden Komisi Eropa, Andrus Ansip.
Komisaris Uni Eropa Vera Jourova menyatakan dalam konferensi persnya, bahwa platform online kini telah bersama-sama menangani ujaran kebencian, dengan rata-rata rasio 81 persen laporan ditinjau, dan 70 persen postingannya dihapus. Hal ini dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Facebook adalah yang menerima paling banyak laporan ujaran kebencian, dengan meninjau 89 persen laporannya dalam waktu 24 jam. Sementara YouTube, berhasil meninjau 80 persen dan Twitter 62 persen. YouTube dan Twitter disebut menerima tak sampai setengah dari jumlah laporan yang didapat di Facebook.
Permasalahan terbesar tentu adalah fakta di mana kode etik bukan undang-undang. Jika gagal menerapkan kode etik ini, tak ada yang harus ditanggung oleh platform online sebagai hukuman. Di sisi lain, Jerman menerapkan hal ini sebagai undang-undang. Jadi jika ada ujaran kebencian di ranah Jerman yang dibiarkan oleh para platform online tanpa dihapus dalam 24 jam, Facebook/Twitter/YouTube/media sosial lain bisa didenda hingga 50 juta Euro.
Hal ini membawa angin segar untuk bermedia sosial yang lebih nyaman dari ujaran kebencian. Jika kita rajin melaporkan orang-orang yang kerap melakukan ujaran kebencian, ujaran kebencian akan lambat laun tak menjadi budaya. Undang-undang juga perlu dibuat untuk menghukum pelaku (saat ini sudah ada) serta menghukum pembiaran oleh platform seperti Facebook, agar kebebasan berpendapat tetap terjaga.
Jadi, harapan untuk bermedia sosial tanpa ujaran kebencian itu ada.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.
Baca SelengkapnyaDiskriminasi sosial adalah suatu sikap membedakan secara sengaja terhadap orang atau golongan yang berhubungan latar belakang tertentu.
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaDi balik keseruannya, ternyata ada bumerang yang mempengaruhi kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaDiskriminasi adalah masalah sosial yang dapat memicu perpecahan.
Baca SelengkapnyaPerilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.
Baca SelengkapnyaSecara pribadi, Jokowi mengaku tak masalah dihina dan diejek.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca Selengkapnya