Bisnis video streaming tak akan langkahi film perdana bioskop
Merdeka.com - Perkembangan teknologi seperti dua mata pisau. Satu sisi menguntungkan, satu sisi lainnya bisa membahayakan, terutama bagi sebuah industri yang telah mapan. Sebagai contoh, aplikasi video streaming atau video on demand (VoD).
Pihak awam membayangkan dengan hadirnya layanan over the top (OTT) semacam itu bisa membuat industri bioskop terancam. Namun, anggapan itu ditepis oleh Country Head HOOQ Indonesia, Guntur Siboro.
Kata dia, industri bioskop akan tetap pada posisinya sebagai tempat tayangan film-film perdana. Bahkan keberadaannya untuk tetap menayangkan film-film perdana saling didukung. Artinya, memang ada aturan yang melekat secara global tentang aturan main di industri tersebut.
-
Di mana bioskop pertama di Indonesia? Rumah seorang pengusaha ini dialihfungsikan sebagai bioskop dengan nama 'The Royal Bioscoope'.
-
Apa nama bioskop pertama di Medan? Bioskop tersebut bernama De Oranje Bioscoop yang pada saat itu masih menayangkan film-film bisu yang menceritakan kisah orang-orang Belanda maupun Eropa.
-
Kapan film pertama diputar di Indonesia? Di tahun ini, film pertama kalinya diputar di Indonesia, tepatnya di Batavia.
-
Kenapa bioskop pertama di Medan dibangun? Pada saat itu, orang-orang yang datang ke bioskop adalah dari kelompok masyarakat kalangan elite yang tinggal di Kota Medan, sekaligus para pejabat pemerintahan Hindia-Belanda.
-
Apa film pertama di Indonesia? Film dokumenter perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag adalah film yang pertama kali diputar.
-
Apa ancaman utama yang dihadapi industri streaming di Indonesia? Sebagaimana diketahui, di tengah pertumbuhan industri video streaming di Indonesia, para pelaku OTT harus menghadapi sejumlah masalah besar. Salah satunya adalah ancaman konten pembajakan di Indonesia.
"Sejak satu film tayang perdana di bioskop, rata-rata butuh waktu 18 bulan untuk bisa ditonton di platform lain seperti secara streaming. Namun, jika menjadi sponsor satu film, tidak harus menunggu hingga 18 bulan, tapi cukup 4 minggu, setelah premiere di bioskop," jelasnya saat ditemui santai Tim KapanLagi Network (KLN) belum lama ini di Jakarta.
"Tapi, untuk konten serial TV tidak ada aturan, bahkan bisa eksklusif. Artinya, jika hari ini tayang perdana di Amerika Serikat, di hari yang sama juga bisa ditonton di Indonesia," tambahnya.
Guntur juga mengatakan, dari sisi industri perfilman pun masih ingin bioskop dijadikan sebagai tempat orang-orang menonton film perdana. Di satu sisi, banyak manfaat yang sebetulnya diperoleh bagi pemain VoD jika satu film tayang terlebih dulu di bioskop, yakni sebagai promosi.
"Industri film ini diatur, supaya masih banyak yang menonton film di bioskop. Jika tidak diatur, bioskop juga tidak mau membeli konten film. Jadi layanan VoD tidak mengancam industri bioskop, karena ada standar dunia. Namun, tantangannya di Indonesia adalah saat tayang di bioskop, produk DVD ilegal ikutan beredar di pasar dengan kualitas semakin baik," terang dia.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam paparannya, Managing Director Emtek, CEO SCM & Vidio Sutanto Hartono membahas soal perkembangan digital saat ini, termasuk Vidio.
Baca SelengkapnyaProspek pertumbuhan industri bioskop di Indonesia yang tercermin dari minat investor pada masa penawaran awal dan umum.
Baca SelengkapnyaProspek bioskop dalam jangka panjang tetap suram meskipun ada lebih banyak film yang dibuat untuk layar khusus.
Baca SelengkapnyaStrategi Vidio dalam menghadirkan konten olahraga terlengkap terbukti berhasil merebut pasar dan menjadi konten dengan atribusi tertinggi bagi pelanggan Vidio.
Baca SelengkapnyaTransformasi media konvensional ke digital jadi tantangan bagi dunia televisi.
Baca SelengkapnyaVidio berhasil mengalahkan platform OTT global dan regional
Baca SelengkapnyaKonsumsi konten masyarakat Indonesia tidak hanya di platform televisi, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka berpindah ke platform digital.
Baca SelengkapnyaVidio memperluas jangkauannya ke pasar internasional melalui kemitraan strategis dengan Unifi TV di Malaysia.
Baca SelengkapnyaVidio disebut menguasai 21 persen pangsa pasar penonton VOD di Indonesia selama 2023.
Baca SelengkapnyaPendapatan utama berasal dari bioskop yang memberikan kontribusi sekitar 60,2 persen.
Baca SelengkapnyaCinema XXI akan menawarkan sebanyak-banyaknya 8,33 miliar saham baru, dengan harga penawaran saham berkisar Rp270-Rp288 per saham.
Baca SelengkapnyaVidio tengah berkolaborasi dengan Aksilarasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Baca Selengkapnya