Bumi terselamatkan? Ilmuwan temukan bakteri pemakan plastik!
Merdeka.com - Jika berbicara soal pencemaran tanah dan air, salah satu bahan yang paling bersalah adalah plastik. Setiap harinya di seluruh dunia berton-ton plastik diproduksi, dan masalahnya, mereka tidak bisa hancur dengan sendirinya di alam.
Untungnya, ilmuwan Jepang sudah menemukan solusi dari masalah pencemaran pelik, yakni bakteri bernama Ideonella sakaiensis 201-F6. Bakteri ini sangat spesial karena mampu 'makan' plastik sebagai sumber energi utama tubuh mereka.
Berdasarkan penelitian dari Universitas Keio, Ideonella sakaiensis mampu mengancurkan lapisan tipis polyethylene terephthalate (bahan utama plastik) dalam 6 minggu dalam suhu 30 derajat Celsius. Bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim ISF6-4831 dan ISF6-0224 yang terbukti bisa menguraikan limbah plastik.
-
Mikroplastik apa yang paling banyak dikonsumsi orang Indonesia? Secara keseluruhan, studi ini menemukan bahwa orang Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan, lebih banyak daripada negara lain, dengan mayoritas partikel plastik berasal dari makanan laut.
-
Dimana bakteri ini ditemukan? Salah satu ilmuwan NASA, Kasthuri Venkateswaran yang bertanggung jawab dalam menjaga pesawat ruang angkasa bebas kontaminasi menuju Mars. Ia menemukan bakteri yang luar biasa kuat, diberi nama bacillus pumilus.
-
Dimana mikroplastik ditemukan? Mikroplastik ini dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk perairan laut, estuari, sedimen, terumbu karang, serta bahkan di awan.
Sayangnya, waktu 6 minggu masih diangap terlalu lama bagi ilmuwan. Oleh sebab itu, mereka sedang mencari cara untuk meningkatkan kecepatan penguraian bakteri Ideonella sakaiensis. Dari banyak penelitian lain pula, untuk saat ini hanya bakteri Ideonella sakaiensis yang mampu menguraikan plastik.
Plastik memang terus tumbuh menjadi masalah pencemaran utama planet ini sejak pertama kali digunakan di abad ke-20. Bayangkan saja, saat ini penggunaan plastik per orang di Eropa dan Amerika mencapai 60-80 kilogram per tahun. Plastik yang notabene dibuat melalui proses kimia tidak banyak memiliki zat organik atau enzim bawaan, sehingga sangat sulit untuk diurakan mikroba di alam bebas.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ulat ini dikenal sebagai ulat bambu kecil, yang merupakan larva dari kumbang jenis Alphitobius darkling.
Baca SelengkapnyaMeski ada temuan ini, tetap penting diingat bahwa enzim pada ulat tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami.
Baca SelengkapnyaUdara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Baca SelengkapnyaBerikut efek dari mengonsumsi plastik yang tidak disadari banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaSetelah sebelumnya ditemukan di testis, penelitian terbaru menemukan bahwa kandungan mikroplastik juga ada di otak.
Baca SelengkapnyaMikroplastik sudah banyak mencemari lingkungan termasuk makanan dan minuman. Waspadai ini deretan makanan dan minuman yang mungkin terpapar mikroplastik.
Baca SelengkapnyaIlmuwan Pertama Kali Temukan Hewan yang Tak Butuh Oksigen untuk Hidup, Begini Bentuknya
Baca SelengkapnyaMembakar sampah plastik menjadi salah satu cara yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tapi, tindakan ini ternyata sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaMembuang sampah sembarangan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Baca SelengkapnyaIlmuwan mengatakan mikroplastik kini sudah banyak ditemukan di mana-mana, termasuk di dalam tubuh manusia.
Baca SelengkapnyaIndonesia Jadi Negara Pemakan Mikroplastik Terbanyak Di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
Baca Selengkapnya