Dirjen Aptika: Literasi digital rendah jadi pekerjaan rumah bersama
Merdeka.com - Jika melihat survei pengguna internet Indonesia tahun 2016 berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menyebutkan jumlah pengguna internet telah mencapai 132,7 juta. Angka itu meningkat 14,4 persen dari tahun 2014 yang berjumlah 88,1 juta.
Namun sayangnya seiring dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, sisi literasi digital belum sepenuhnya dipahami betul oleh pengguna internet itu sendiri. Hal tersebut yang kemudian menimbulkan persoalan seperti maraknya pengguna internet yang terjerat masalah hukum. Kebanyakan terjadi lantaran sesumbar dalam memposting sesuatu di media sosial.
Kurangnya literasi digital pengguna internet di Indonesia, diakui oleh Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Samuel Abrijani Pangerapan.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Kenapa Kemkominfo menekankan literasi digital? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih cerdas dan aman menggunakan internet.
-
Bagaimana cara Kemkominfo meningkatkan literasi digital? Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI), Samuel Abrijani Pangerapan berharap melalui seminar ini masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan internet.
-
Kenapa sarana dan prasarana di Indonesia jadi penyebab rendahnya literasi? Salah satu penyebab utama rendahnya literasi di Indonesia adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Banyak sekolah, terutama di daerah pedalaman dan terpencil, tidak memiliki perpustakaan atau akses terhadap bahan bacaan yang memadai.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Indonesia Digital Learning? Tahun ini, sebanyak 550 guru se Jawa Barat mengikuti program yang digelar oleh Telkom Jawa Barat pada tanggal 4-5 Juli 2024 di di Gedung Achmad Sanusi, Universitas Pendidikan Indonesia.
"Iya, itu yang menjadi pekerjaan rumah kita saat ini. Memberikan pemahaman kepada pengguna internet tentang bagaimana beretika dalam menggunakan, khususnya di media sosial," terangnya kepada awak media usai konferensi pers terkait penerapan revisi UU ITE di kantor Kemkominfo, Jakarta, Senin (28/11).
Dikatakannya, pekerjaan rumah ini tidak bisa dikerjakan oleh Kemkominfo sendiri. Seluruh pihak juga berkewajiban untuk memberikan pemahaman mengenai literasi digital tersebut kepada pengguna internet, termasuk media massa.
"Pemerintah akan melakukan literasi-literasi itu kepada pengguna internet. Tetapi kan, kita tidak bisa sendiri. Kita butuh dukungan media massa juga untuk melakukannya. Literasi itu kan juga bagian dari mencerdaskan bangsa dan itu adalah tanggung jawab bersama," jelas pria yang akrab disapa Semmy ini.
Mengapa baru sekarang? Ketika pertanyaan itu dilontarakan, Semmy hanya tersenyum dan enggan menjawab.
Persoalan literasi digital di Indonesia dengan negara-negara maju memang jauh berbeda. Menurut Direktur Eksekutif ICT Watch, Donni BU, perkembangan literasi digital di negara-negara maju tumbuh beriringan dengan kemajuan teknologi. Sementara di Indonesia tidak demikian. Terlebih jika melihat rekam sejarah bangsa ini saat dibukanya kebebasan berpendapat dan berekspresi.
"Tahun 1998 saat era keruntuhan Presiden Soeharto, kebebasan berekspresi dibuka, semua orang ber-euforia, dan bebas berpendapat. Akhirnya kaget bagaimana cara berekspresi dan berpendapat yang benar. Apalagi tidak lama kemudian, era internet muncul di mana di fase ini semua orang merasakan lebih bebas berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya," jelasnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pesatnya teknologi digital saat ini membuat masyarakat dapat dengan mudah melakukan aktivitas keuangan.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital.
Baca SelengkapnyaBanyak perilaku kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga etika di ruang digital.
Baca SelengkapnyaAnalis Utama Politik Keamanan LAB 45 Christian Guntur Lebang menjelaskan, infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi persoalan utama.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaPenipuan di sektor jasa keuangan, khususnya yang terkait dengan keuangan digital, semakin sering terjadi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBahkan, beberapa di antaranya ada dipecat dari perusahaan tempat kerja hingga berakhir bunuh diri.
Baca SelengkapnyaDii balik peluang yang besar itu, terdapat tantangan sosial yang perlu diatasi bersama
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi sebut hampir setengah penduduk Indonesia rentan jadi korban kejahatan dan penipuan digital.
Baca SelengkapnyaAngka itu didapat dari hasil survei yang dilakukan Kementerian Kominfo.
Baca SelengkapnyaUpaya-upaya menumbuhkan pengembangan ekonomi digital perlu kerja bersama.
Baca SelengkapnyaAda banyak sisi positif yang dapat dirasakan oleh pengguna dalam bertransaksi secara digital, di antaranya kemudahan untuk memilih metode.
Baca Selengkapnya