Electrees, 'pohon' penyerap polusi dan penerang jalan kreasi kampus
Merdeka.com - Kebakaran hutan di beberapa daerah di Indonesia berdampak pada timbulnya kabut asap dan polusi udara. Bahkan, hal itu juga mencemari udara beberapa negara tetangga.
Berkaca dari kejadian itu, sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya terinspirasi membikin alat penyerap polusi. Mereka menamakannya pohon elektrik atau Electrees (Electronic Trees). Lima mahasiswa Fakultas Teknik membuat purwarupa alat bertenaga surya, berfungsi menyerap polusi udara menggunakan silika aerogel.
Alata itu dibangun oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) didanai Kemenristek Dikti. Mereka terdiri dari Muhammad Fatahillah (Teknik Elektro), Hasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia).
-
Bagaimana zat berbahaya di polusi udara bisa masuk ke tubuh? Jika karbon monoksida terhirup ke dalam tubuh maka akan menyebabkan Anda keracunan.
-
Apa yang diserap oleh alam? Selama ini, manusia mengandalkan alam, seperti hutan, untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
-
Apa dampak polusi udara ke paru-paru? Polusi udara dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang serius, bahkan sampai berpotensi mengancam nyawa.
-
Zat berbahaya apa saja yang ada di polusi udara? Merdeka.com merangkum informasi tentang 6 berbahaya pada polusi udara yang perlu diwaspadai. Zat-zat tersebut tentu dapat memicu berbagai macam penyakit.
-
Dimana polutan udara bisa mengendap? Selain itu, sistem tekanan udara yang didorong oleh cuaca panas bisa membuat polutan dari pembangkit listrik batu bara atau mobil mengendap di atas kota, bukan terbawa angin.
-
Bagaimana CO masuk ke tubuh? Karbon monoksida mudah masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru.
"Prinsip kerja alat ini terdiri dari dua sistem. Sistem pertama adalah sistem fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri. Sedangkan yang kedua adalah sistem respirasi yang berfungsi mengisap polusi udara berupa CO2 ataupun CO," kata Muhammad Fatahillah, Ketua Tim penemu Electrees di Universitas Brawijaya, Senin (6/6).
Sistem fotosintesis terdiri dari panel surya berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini kemudian menjadi sumber tenaga perangkat itu. Daya keluaran dihasilkan oleh alat ini sebesar kurang lebih 30 Watt. Electrees juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari.
Sistem kedua, yakni sistem respirasi, terdiri dari silika aerogel berbentuk butiran (granul). Fungsinya menyerap dan mengendapkan karbondioksida serta zat lainnya, dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.
"Silika aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gram CO2 per gadsorbent. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa seperti karbon aktif dan zeolit, silika aerogel lebih besar daya serapnya. Sedangkan prototipe Electrees memiliki 500 gram silika aerogel," kata Hafiz, anggota tim yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem respirasi perangkat.
Kelebihan lain alat itu adalah, ketika silika aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, maka pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipakai lagi.
Saat ini, tim sedang bekerja keras mengembangkan sistem pelacak perangkat supaya energi ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Mereka optimis dalam waktu dekat sistem itu dapat difungsikan.
Jadi, nantinya alat itu akan otomatis mengikuti arah sinar matahari. Ketika pagi alat itu akan menghadap timur, lalu mengikuti matahari sampai sore. Ketika sore, posisinya akan lurus menghadap ke atas. Ketika tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam.
Pengembangan purwarupa Electrees, sejauh ini telah menghabiskan dana Rp 4 juta. Untuk aplikasi di lapangan kemungkinan dibutuhkan ukuran perangkat lebih besar lagi.
Tim bimbingan Ir. Nurusa'adah, MT ini berharap bisa bekerjasama dengan pemerintah, dan mengaplikasikan Electrees di jalan raya atau pusat industri buat mengurangi kadar polusi udara, di samping sebagai penerangan jalan raya.
"Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor. Saat ini bisa dipastikan polusi udara di kota-kota besar khususnya, semakin meningkat," kata anggota tim, Lutfiyatul. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ilmuwan kaget saat mengetahui pohon ini bisa menyelematkan Bumi dan manusia kelak.
Baca SelengkapnyaKAI Commuter juga mengajak pelajar menanam pohon bambu untuk memperbaiki sistem penyerapan air tanah dan melestarikan lingkungan.
Baca SelengkapnyaPilot project hutan tanaman energi berjenis pohon Gamal dan Kaliandra tersebut berlokasi di 3 kecamatan di Kabupaten Cilacap.
Baca SelengkapnyaPolusi udara di Jakarta salah satunya disebabkan emisi karbon kendaraan.
Baca SelengkapnyaPLTS kini menjadi alternatif energi ramah lingkungan di DKI Jakarta. Sejumlah gedung dan rumah warga mulai memanfaatkannya.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya polusi udara di kota-kota besar mengakibatkan kualitas udara semakin menurun.
Baca SelengkapnyaSejumlah tanaman hias ini bisa dimanfaatkan sebagai air purifier alami di rumah, karena bisa bantu membersihkan polusi udara.
Baca SelengkapnyaLuhut melihat sampai hari ini penyebab utama polusi paling banyak masih berasal dari pembuangan emisi karbon pada sektor transportasi.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga terus berkomitmen mendorong pengurangan emisi karbon.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini kabar kembali diramaikan dengan masyarakat kota Jakarta yang mengeluhkan kualitas udara buruk. Ini pun sesuai dengan laporan situs IQAir yang menunjukkan indeks kualitas udara Jakarta mengandung polutan utama PM 2,5.
Baca SelengkapnyaDari hasil pembakaran karbon itulah yang kemudian disebutnya menghasilkan partikel yang paling tinggi.
Baca Selengkapnya