Ericsson tiap tahun 'setor' Rp 71 triliun untuk lakukan riset
Merdeka.com - Persiapan 4G LTE tak hanya menjadi pekerjaan rumah operator saja, melainkan vendor penyedia jaringan. Pasalnya, dari merekalah teknologi ini bisa dimulai. Ericsson misalnya. Menurut Strategic and Business Development Director Ericsson Indonesia, Rustam Effendie, Ericsson setiap tahunnya menggelontorkan dana untuk pengembangan.
"Setiap tahun kami selalu mengeluarkan duit USD 5 miliar untuk kembangkan teknologi. Dihabiskan kebanyakan untuk market survey," katanya saat berdiskusi dengan media di Jakarta, Kamis (10/9).
Market survey ini, lanjutnya, dilakukan untuk meriset teknologi yang seperti apa dibutuhkan para penggunanya. Dilakukannya itu agar teknologi besutannya bisa dengan mudah diterima oleh pengguna.
-
Siapa yang akan membangun jaringan 4G di Bulan? Nokia telah mengembangkan sistem komunikasi LTE/4G untuk bulan dan bagian pertama dari jaringan ini diharapkan akan diluncurkan akhir tahun ini.
-
Bagaimana 6G dapat terhubung dengan jaringan di darat? Mereka menekankan bahwa jaringan komunikasi di masa depan, termasuk teknologi 6G, akan melebihi batasan jaringan yang ada di darat. Bahkan seharusnya dapat menjadi jaringan global yang menggabungkan simpul-simpul komunikasi di darat.
-
Bagaimana Telkom membangun konektivitas di Indonesia? 'Melalui kemitraan kami dengan BW Digital dan sebagai bagian dari keseluruhan 7 sistem kabel bawah laut ICE kami, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan konektivitas antar data center di negaranegara ini dan membentuk masa depan Lanskap Bawah Laut Asia Pasifik,' ungkap Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Kapan jaringan 4G akan aktif di Bulan? Pada akhir tahun ini, pendarat bulan swasta direncanakan akan membawa jaringan seluler 4G Nokia ke permukaan bulan.
-
Kenapa jaringan 5G penting? Jadi saya tetap merasa bahwa percepatan 5G itu perlu, karena untuk memperkuat infrastruktur digital Indonesia. Teknologi-teknologi baru itu akan bisa berfungsi maksimal ketika teknologi 5G itu diimplementasikan maksimal,
-
Siapa yang bertanggung jawab atas telekomunikasi Indonesia? Dua orang yang bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, yaitu Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia), menyadari pentingnya menggunakan satelit untuk menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh.
"Tiap tahun kami melakukan surveying untuk melihat consumer trends," ujar Rustam.
Salah satu dari riset tersebut mengulik kategori tren mengenai mobile operator, khususnya pelanggan data. Dari laporan yang Rustam presentasikan, disebutkan bahwa 18 persen masih bersinggungan dengan performance di jaringan 3G. Menurutnya, performansi ini bakal bersinggungan dengan layanan konsumen, sehingga selalu menarik untuk diketahui.
"Jaringan ini tidak berdiri sendiri, tapi juga berhubungan dengan customer service dalam customer experience management," tambah Rustam. (mdk/lar)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penggelaran jaringan 5G yang massif masih terganjal 'ketiadaan' frekuensi.
Baca SelengkapnyaPemerintah terlalu memberatkan keuangan perusahaan telekomunikasi dengan biaya penggunaan frekuensi yang semakin naik.
Baca SelengkapnyaPemerataan dan kecepatan internet masuk dalam visi Indonesia Digital 2045.
Baca SelengkapnyaKementerian Keuangan (Kemenkeu) membelanjakan anggaran Rp700 miliar untuk Pusat Data Nasional (PDN) yang disalurkan melalui Kemenkominfo
Baca SelengkapnyaAda hal lain nampaknya dari rayuan pemerintah ke Elon Musk untuk hadirkan satelit Starlink.
Baca SelengkapnyaHuawei mengklaim telah berpengalaman dalam infrastruktur 5G.
Baca SelengkapnyaLangkah ini sebagai upaya Telkomsel terus meningkatkan keterjangkauan masyarakat dengan teknologi 5G.
Baca SelengkapnyaOperator seluler khawatir jika tidak ada ketidakadilan dalam berbisnis saat satelit Starlink Elon Musk masuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaBeban operator seluler selama ini sungguh berat. Tidak hanya bisnisnya saja, namun 'upeti' yang mesti dibayarkan ke pemerintah pun makin bengkak.
Baca SelengkapnyaKondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaPresiden Direktur Smartfren justru menanyakan balik statement pemerintah soal BTS tak lagi dipakai setelah ada Starlink.
Baca SelengkapnyaIndosat dan Nokia memiliki visi bersama untuk menjawab tantangan perkembangan pesat sektor telekomunikasi di Indonesia.
Baca Selengkapnya