FaceApp, Si Aplikasi Wajah Tua yang Rentan 'Jebol' Privasi Pengguna
Merdeka.com - Saat ini, sedang viral sebuah aplikasi yang mampu membuat foto wajah kita menjadi tua berbasis kecerdasan buatan.
Aplikasi ini bernama FaceApp. Jika Anda memiliki media sosial seperti Instagram atau Twitter, tentu Anda akan mendapati banyak sekali aplikasi ini digunakan oleh mutual Anda.
Di luar negeri, terdapat sebuah tantangan bernama #faceappchallenge yang berupa posting foto tua kita menggunakan FaceApp.
-
Kenapa iPhone merekam wajah pengguna? Kamera TrueDepth ini berfungsi untuk merekam data wajah secara akurat dengan memproyeksikan dan menganalisis ribuan titik tak terlihat untuk membuat peta kedalaman wajah dan juga menangkap gambar inframerah wajah.
-
Bagaimana iPhone mendeteksi wajah pengguna? 'Face-ID secara otomatis beradaptasi dengan perubahan penampilan, seperti penggunaan riasan kosmetik atau pertumbuhan rambut wajah,' Kata Pratama Persadha, Chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC).
-
Kenapa teknologi ini dianggap menjaga privasi? Algoritma yang digunakan hanya mampu untuk mendeteksi posisi tubuh seseorang, bukan memperlihatkan wajah, atau bahkan penampilan seseorang. Sehingga, adanya teknologi ini menawarkan cara baru untuk menjalankan sistem pengawasan namun tetap mempertahankan anonimitas atau privasi seseorang.
-
Kapan iPhone merekam wajah pengguna? 'Face-ID secara otomatis beradaptasi dengan perubahan penampilan, seperti penggunaan riasan kosmetik atau pertumbuhan rambut wajah,' Kata Pratama Persadha, Chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC).
-
Apa tanda penuaan dini pada wajah? Tanda penuaan dini pada wajah dapat mencakup berbagai perubahan yang terlihat nyata. Penuaan adalah bagian alami dari siklus kehidupan manusia, namun ketika tanda-tanda penuaan mulai muncul lebih awal dari yang diharapkan, hal tersebut seringkali menjadi perhatian terutama bagi kaum wanita.
-
Bagaimana begadang membuat wajah terlihat tua? Efek begadang bagi wajah selanjutnya yaitu dapat menyebabkan penuaan dini. Beberapa tanda-tanda penuaan dini pada wajah akibat begadang termasuk kulit kusam, garis-garis halus, dan kerutan yang lebih tampak. Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan produksi kolagen, suatu protein yang bertanggung jawab untuk menjaga kekencangan dan elastisitas kulit. Akibatnya, kulit menjadi kendor dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kelembapan, yang menyebabkan tanda-tanda penuaan seperti keriput dan garis-garis halus lebih cepat muncul. Selain itu, kurang tidur juga memengaruhi penampilan secara keseluruhan. Kulit yang kusam dan kurang bercahaya dapat membuat seseorang terlihat lelah dan tidak segar.
Namun, kali ini viralnya FaceApp dibarengi dengan perhatian soal privasi. Para pakar privasi di AS tentu sangat peka terhadap hal ini, pasca skandal Cambridge-Analytica yang memporakporandakan Pemilu AS 2016, karena sebuah kuis yang terlihat tak berbahaya. Terlebih, FaceApp dikembangkan oleh developer asal Rusia, yang juga mengingatkan pada Cambridge-Analytica.
Namun sebelum melangkah lebih jauh, mari kita bahas satu persatu terlebih dahulu soal apa itu FaceApp dan bahayanya.
Apa Itu FaceApp?
Melansir BBC, FaceApp adalah aplikasi mobile yang dikembangkan oleh developer Rusia bernama Wireless Lab. Aplikasi ini menggunakan neural network technology untuk secara otomatis membuat transformasi wajah realistis yang berdasar dari sekadar sebuah fotoi selfie.
Aplikasi ini bisa membuat wajah kita tersenyum, terlihat muda, terlihat tua, serta berubah jenis kelamin.
Pertama kali viral di 2017 lalu, FaceApp menuai kontroversial karena salah satu filternya yang bisa mengubah etnisitas. Jadi, foto kita bisa diubah rasnya menjadi kulit hitam atau tionghoa. Setelah dihujat, akhirnya filter ini diturunkan.
Namun FaceApp tetap kembali viral dengan filter ekspresi senyum dan menambahkan make-up di wajah.
Ketidakjelasan Kebijakan Privasi FaceApp
Dalam kebijakan privasinya, melansir Mashable, tertulis bahwa FaceApp menyatakan bahwa aplikasi ini mengumpulkan informasi berupa lokasi dan riwayat penelusuran browser (browser history).
Detilnya, aplikasi ini mengumpulkan informasi yang dikirim dari perangkat Anda atau layanan FaceApp, termasuk laman web yang Anda kunjungi, add-on, serta informasi lain yang disebut akan membantu FaceApp dalam meningkatkan layanan.
FaceApp sendiri menulis bahwa "kami tidak akan menyewakan atau menjual informasi Anda kepada pihak ketiga di luar FaceApp." Meski demikian, tertulis pula kalau FaceApp membagikan informasi tersebut dengan "mitra iklan pihak ketiga" untuk iklan tertarget.
Dari dari kebijakan privasi ini, terlihat bahwa FaceApp tidak terlalu gamblang dalam tujuan apa yang ingin mereka raih dengan informasi privasi pengguna.
Masalah Privasi di FaceApp
Salah satu perhatian yang muncul soal privasi FaceApp adalah keputusan FaceApp untuk mengunggah foto yang akan diedit ke cloud, alih-alih sekadar mengeditnya di dalam aplikasi sehingga informasi kita tidak 'terbuka' ke dunia luar.
Hal ini banyak disayangkan oleh pakar privasi, salah satunya adalah Will Strafach yang merupakan CEO Guardian Firewall dan juga periset iOS melansir The Verge. Ia menyebut bahwa meski tak bisa membuktikan hal ini sepenuhnya salah dan tidak mengerikan, ia tetap merasa 'ada apa-apa' dalam keputusan tersebut.
FaceApp sendiri memang memilih untuk mengunggah foto pilihan pengguna ke cloud. Menurut CEO Wireless Lab Yaroslav Goncharov, hal ini dilakukan untuk menghemat bandwith jika banyak filter diaplikasikan. Ia juga menyebut kalau foto ini segera dihapus tak lama setelah diunggah ke cloud sehingga foto-foto ini tak 'dikumpulkan.'
Menurut periset dan pakar privasi Jane Manchun Wong, hal ini pun tidak terlalu masalah karena ini juga langkah FaceApp agar kerja algoritma mereka tak mudah ditiru developer lain. Selain itu, unggahan fotonya terotorisasi dan tidak banyak info yang terunggah di server FaceApp selain metrik pengguna, seperti interaksi UI dan sebagainya.
Jadi, Perlukah Kita Khawatir?
Bagi sebagian orang tentu tidak. Namun para pakar privasi pun tidak menyebut FaceApp sebagai aplikasi yang memberi kontrol penuh pengguna soal penyalahgunaan privasi. Jadi, jika kita menggunakannya, kita akan jadi sasaran penggunaan info pribadi kita.
Hal terburuk yang bisa terjadi mungkin adalah data privasi Anda yang akan dilacak dan digunakan untuk iklan atau pemasaran tertarget.
Menurut Anda?
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies lalu membeberkan keberhasilan dirinya memimpin Jakarta dengan membuat aplikasi Jakarta Kini atau JAKI.
Baca SelengkapnyaPerusahaan media sosial seperti LinkedIn dan Meta menggunakan informasi pengguna untuk melatih AI.
Baca SelengkapnyaDemikian pula halnya dengan pengungkapan serta penyebaran informasi tersebut, apakah menyangkut kepentingan privat ataukah kepentingan publik.
Baca SelengkapnyaiPhone memiliki fitur merekam wajah penggunanya setiap beberapa detik sekali. Berikut penjelasannya.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah beberapa aplikasi pemerintah yang viral hingga tuai kontroversi karena namanya yang nyeleneh.
Baca SelengkapnyaLebih dari 200 aplikasi berbahaya terdeteksi di Google Play dalam setahun terakhir, dengan total unduhan mencapai 8 juta kali.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaFilter menua kini tengah digemari banyak orang termasuk para artis tanah air.
Baca SelengkapnyaTikTok tak terima dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan karena kesalahan ini.
Baca SelengkapnyaTak terkecuali kalangan artis Indonesia seperti Wulan Guritno, ia tak mau kalah memposting potret dirinya versi AI Yearbook ini.
Baca SelengkapnyaBerikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca Selengkapnya