Facebook akhirnya akui bahwa media sosial 'lukai' demokrasi
Merdeka.com - Facebook mungkin adalah jejaring sosial terbesar saat ini. Namun makin besar tentu makin besar juga dampak bagi para penggunanya.
Hal ini terpancar dari apa yang dikatakan seorang petinggi Facebook pada hari Senin (22/1) kemarin. Sang petinggi bahkan menyebut bahwa efek media sosial juga cukup kejam pada demokrasi yang jadi landasan untuk bebas berbicara.
"Pada 2016, kami di Facebook terlalu lamban untuk mengenali bagaimana berbagai perilaku buruk dalam menyalahgunakan platform kami," tulis Samidh Chakrabarti, kepala divisi engagement masyarakat Facebook. "Kami bekerja dengan giat untuk menetralisir risiko ini sekarang," lanjutnya.
-
Kenapa Facebook jadi media sosial terbesar? Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Mark Zuckerberg dan timnya berhasil mengembangkan Facebook menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia, mengubah cara orang berinteraksi dan berkomunikasi secara online.
-
Mengapa Facebook Web populer? Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda.
-
Apa yang sedang populer di media sosial? Di media sosial, gambar-gambar artificial intelligence (AI) bertemakan di Disney Pixar tengah digandrungi netizen.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Siapa pendiri Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat.
-
Apa yang viral di media sosial? Sontak saja, momen tersebut menjadi sorotan hingga viral di media sosial.
Tentu 2016 merujuk pada pemilu presiden AS di mana hasil pemilu banyak dipengaruhi berita hoax serta keterlibatan Rusia yang hingga kini masih diivestigasi. Hal ini saja bisa dengan mudah memperlihatkan bahwa platform Facebook punya celah untuk disalahgunakan, dan dalam kasus ini, demokrasi dipertaruhkan.
"Mulai dari kebangkitan dunia Arab (Arab Spring) hingga pemilu di seluruh belahan dunia, media sosial nampak selalu membawa dampak positif. Namun kampanye presiden AS terakhir mengubahnya, dengan campur tangan asing dan berita palsu, harusnya Facebook lebih cepat mengenalinya," ungkap Katie Harbath, petinggi Facebook yang menjabat direktur penjangkauan politik dan pemerintahan global di perusahaan tersebut.
Chakrabarti juga menyebut bahwa nantinya Facebook akan membuat politik lebih transparan. Hal ini gagal dilakukan pada 2016 lalu, pasca baru-baru ini terbukti bahwa ada 80.000 postingan Facebook buatan Rusia yang berhasil menyasar 126 juta pengguna Facebook AS, dan akhirnya para pemilih terpengaruh pilihannya.
Politik transparan ini akan dilakukan Facebook dengan cara mengarsipkan iklan pemilihan, di mana organisasi-organisasi yang menjalankan iklan terkait pemilu harus mengkonfirmasikan identitas mereka.
Chakrabarti juga menyebut bahwa berita hoax, pelecehan politik, serta partisipasi yang tidak setara dari masing-masing pemilih juga akan ditangani oleh Facebook dalam waktu dekat.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaFacebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaData tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Baca SelengkapnyaBahkan, TikTok mulai menempati posisi teratas hampir setiap hari pada bulan Agustus. Sementara Google memegang posisi pertama hanya beberapa hari saja.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan yang diraih TikTok tersebut membuat Pemerintah AS panas.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca Selengkapnya