Facebook Pakai AI Petakan Populasi Dunia
Merdeka.com - Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang berkantor pusat di Menlo Park, California, Amerika Serikat. Media sosial ini meluncur pada Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg.
Facebook merupakan perusahaan besar yang telah mengerjakan beberapa proyek. Saat ini Facebook berupaya menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk memetakan kepadatan populasi di dunia.
Pada 2016, Facebook pertama kali membuat peta untuk 22 negara. Setelah membuat peta baru yang mencakup sebagian besar benua Afrika, saat ini peta tersebut diperluas hampir seluruh populasi di dunia.
-
Mengapa Facebook dan Google menggunakan teknologi AI? Dokumen yang diduga berasal dari mitra pemasaran Facebook, Cox Media Group (CMG), mengungkapkan bahwa perangkat lunak 'Active-Listening' menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengumpulkan dan menganalisis data suara dari mikrofon ponsel, laptop, atau asisten rumah tangga pintar.
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
-
Dimana AI diterapkan? 'Ada AI terhadap healthcare, ada AI terhadap kosmetik, [AI terhadap] transportasi, dan lain-lain.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Bagaimana Meta menggunakan data pengguna untuk AI? Meta mengumpulkan postingan, komentar, dan gambar profil, yang mungkin mencakup informasi pribadi seperti nama dan kontak.
-
Siapa yang menggunakan data Twitter untuk AI? Tetapi nampaknya yang dia maksud dengan pengikisan data dalam jumlah besar digunakan oleh perusahaan kecerdasan buatan (AI).
Facebook mengungkapkan bahwa membuat peta seperti ini adalah pekerjaan yang menantang dan sulit dilakukan. Untuk membuat peta kepadatan populasi sendiri, manusia harus memberikan label pada setiap bangunan dalam gambar untuk kemudian didata oleh sensus.
Benua Afrika sendiri mempunyai wilayah seluas 150.000 mil persegi tetapi hanya memuat 55.000 orang.
Pekerjaan ini sepertinya cocok dilakukan oleh AI. Untuk mengoptimalkan proses ini, para insinyur Facebook menggunakan data dari proyek pemetaan sumber terbuka Open Street Map untuk melatih sistem visi komputer yang dapat mengenali bangunan dalam citra satelit.
Kemudian mereka menggunakannya untuk menghapus data satelit yang menunjukan tanah kosong. Menurut Facebook, sistem yang saat ini dipakai lebih cepat dan akurat dibandingkan tahun 2016.
Mereka memverifikasi pekerjaan tersebut telah dibantu para peneliti dari Pusat Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan Bumi Internasional (CIESIN) di Universitas Columbia.
Facebook mengatakan, "Evaluasi yang ketat, baik di lapangan maupun melalui citra satelit dengan resolusi tinggi telah dilakukan oleh tim internal dan mitra pihak ketiga. Mereka mengonfirmasi bahwa data yang didapat telah akurat daripada data yang pertama kali mereka rilis. Mereka juga sudah membuat perbaikan yang signifikan selama dua tahun terakhir."
Peta ini akan diliris secara gratis bagi siapa saja yang ingin mengaksesnya dalam beberapa bulan ke depan. Ia juga mengungkapkan bahwa data ini dapat digunakan untuk memudahkan pengguna ketika terjadi bencana dan vaksinasi.
Peta kepadatan populasi membantu tim dalam menargetkan arena yang efektif. Data ini telah digunakan oleh Palang Merah Amerika.
Ketika Facebook meluncurkan proyek pemetaan pada 2016, proyek tersebut bukan sebagai upaya kemanusiaan, melainkan untuk "menghubungkan yang tidak terhubung". Dengan kata lain, ia ingin menghubungkan banyak orang melalui internet dan facebook.
Facebook juga mencari cara untuk menghubungkan miliaran pelanggannya melalaui proyek-proyek seperti drone bertenaga surya dan jaringan operator bersubsidi.
Upaya perusahaan Facebook untuk memperbesar ukuran perusahaannya memang memiliki efek yang beragam. Beberapa efeknya adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan berita palsu, serta munculnya beragam pidato kebencian di platform.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Linda Fahira Putri (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menjadi sebuah kebutuhan pemanfaatan teknologi AI bagi pemerintah.
Baca SelengkapnyaStartup AI bernama World Labs ini didirikan dengan investasi senilai USD1 miliar atau setara Rp16 triliun.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknologi terbaru dan tercanggih yang digunakan untuk melengkapi sistem komputer.
Baca SelengkapnyaPlatform ini ditujukan untuk membantu para calon anggota legislatif (caleg) untuk memahami lebih dalam aspirasi masyarakat.
Baca SelengkapnyaSayangnya, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Baca SelengkapnyaPEMILU.AI akan menghasilkan cara baru berkampanye yang lebih efektif untuk meraih kememangan dengan menggunakan kepintaran ‘robot’.
Baca SelengkapnyaPEMILU.AI: Platform yang Memudahkan Caleg Menang Hanya dengan Satu Klik
Baca SelengkapnyaBerikut adalah berita besar tentang AI besutan Meta.
Baca SelengkapnyaDemi selaras dengan UU ITE, Menkominfo mengaku sedang menyusun panduan etika AI.
Baca SelengkapnyaGambaran Indonesia di masa depan bak kota mati dengan menggunakan AI.
Baca SelengkapnyaTeknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Baca SelengkapnyaDi dunia hanya ada 3 orang yang masuk jajaran elit global dengan kekayaan Rp 3.000 triliun. Siapa mereka?
Baca Selengkapnya