Facebook rilis fitur cegah berita hoax menyebar luas
Merdeka.com - Facebook baru saja menambahkan satu fitur terbaru yang berfungsi mencegah berita hoax menyebar luas di jejaring sosialnya.
Fitur ini membuat pengguna bisa memberikan tanda dengan mencantumkan opsi berita palsu ke konten hoax tersebut. Fitur ini sendiri bisa dijumpai ketika Anda memilih opsi sembunyikan postingan berita tersebut dari Timeline, seperti dilansir newsroom Facebook (20/1).
-
Apa fitur baru WhatsApp untuk deteksi hoaks? Saat ini, aplikasi chatting ini sedang menguji fitur pencarian gambar terbalik (reverse image search) yang telah tersedia di versi beta untuk pengguna Android.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Bagaimana berita hoaks dibuat? Beberapa bahkan menggunakan konten yang dibuat oleh AI atau kecerdasan buatan.
-
Apa isi hoaks yang beredar? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Bagaimana cara membedakan hoaks dengan berita asli? Jika dilihat lebih detail, ada sejumlah kejanggalan yang terlihat pada layout unggahan tersebut dengan tampilan pada situs asli Liputan6.com. Satu di antaranya yaitu perbedaan font tulisan, struktur tanda baca, serta tata letak penulisan, nama penulis, dan tanggal unggahan artikel.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
Ketika banyak orang memberikan tanda jika postingan tersebut merupakan berita hoax, maka Facebook akan secara otomatis membatasi ruang gerak dan penyebaran berita tersebut di kolom News Feed. Selain itu, berita yang banyak menerima tanda akan diberikan notifikasi peringatan yang isinya laporan dari pengguna lainnya.
Diharapkan dengan fitur baru ini bisa membantu mencegah penyebaran berita palsu atau berita hoax yang semakin hari semakin banyak beredar di Facebook. Tak jarang bahkan berita hoax dengan judul menghebohkan malah menjadi jebakan yang jadi bagian kejahatan cyber seperti penyebaran malware ataupun phising.
Meskipun demikian, Facebook tetap mengizinkan konten yang beraliran satir beredar di media sosialnya. "Kami melakukan riset terlebih dahulu, pengguna cenderung tak melaporkan konten satir karena konten tersebut dinilai memiliki unsur humor." ungkap pihak Facebook.
(mdk/dzm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk itu WhatsApp, menghadirkan berbagai fitur upaya mencegah beredarnya hoaks jelang pemilu
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca Selengkapnyaviral unggahan video yang mengimbau pengguna Whatsapp untuk tidak menekan tombol block.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaWhatsApp menguji fitur baru yang memungkinkan pengguna memberi like pada status, mirip dengan Instagram.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca SelengkapnyaDengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat akan semakin waspada terhadap konten hoaks di media sosial yang berpotensi menyesatkan jelang Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya