Fenomena Kegiatan Dakwah Perempuan di Ranah Online
Merdeka.com - Teknologi internet telah melahirkan media sosial. Dan di era digital ini media sosial menjelma menjadi “medium baru” yang dimanfaatkan untuk hampir seluruh kegiatan manusia termasuk praktik dakwah (kegiatan keagamaan). Praktik dakwah secara online melalui media sosial menjadi realitas baru di tengah masyarakat.
Dengan norma media sosial seperti follower, like, dan subscribe, semakin banyak pelaku dakwah muncul di ruang media sosial. Menariknya, mereka tidak jarang tidak berlatar keilmuan agama, tapi justru dengan ragam latar belakang profesi, seperti pesohor/selebritis, intelektual muda muslim, hingga para pelaku hijrah.
Sesuai karakter media sosial, salah satunya popularitas, seseorang bisa ditasbihkan menjadi “pemuka agama” bila memiliki follower, subscriber, atau viewer banyak. Mereka menjadi tempat rujukan dari persoalan agama warga digital. Hal yang sulit terjadi pada kegiatan dakwah offline (luring). Otoritas keagamaan dalam kegiatan dakwah online ini pun menjadi milik followers, sebagai representasi jamaah yang secara umum menjadi “legitimasi” pemuka agama di masyarakat.
-
Apa saja cara berdakwah di era digital? Di era digital saat ini, berdakwah memiliki potensi untuk mencapai audiens yang lebih luas dan mempengaruhi lebih banyak orang.
-
Bagaimana internet mengubah dunia? Revolusi teknologi dan internet telah mengubah dunia dalam banyak cara. Ini telah menghubungkan miliaran orang di seluruh dunia, memfasilitasi komunikasi global, perdagangan elektronik, dan berbagai bentuk kolaborasi.
-
Bagaimana teknologi mengubah interaksi? Teknologi komunikasi seperti smartphone dan aplikasi pesan instan telah mengubah cara kita berinteraksi satu sama lain.
-
Bagaimana teknologi mempengaruhi komunikasi? Sebagai contoh, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memungkinkan komunikasi menjadi lebih cepat, mudah, murah, dan luas.
-
Apa kaitan teknologi dan media pembelajaran? Kaitan Teknologi dan Media Pembelajaran Teknologi dan media pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan dan berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan alat, metode, dan teknik yang dapat membantu dan memecahkan masalah dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber ke penerima. Media pembelajaran adalah media yang digunakan untuk mendukung, memfasilitasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
-
Kenapa media sosial penting untuk globalisasi komunikasi? Dengan adanya media sosial, orang dapat berbagi informasi, pemikiran, dan pengalaman mereka dengan orang-orang dari berbagai negara di seluruh dunia.
Fenomena inilah yang coba diangkat oleh Dr Bintan Humeira MSi, dalam penelitian disertasinya untuk Program Doktor Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Menurut Dr Bintan, konstruksi otoritas keagamaan perempuan muslim di ranah online (daring) yang dimediasi media sosial pada hakikatnya tak terlepas dari praktik sosialnya di ruang offline (luring). Sebaliknya, apa yang berlangsung di ruang luring dipengaruhi pula oleh praktik sosialnya di ruang daring.
“Hal ini terjadi karena ‘logika’ media sosial yang memposisikan tindakan follower menjadi penting dalam memelihara eksistensi subyek. Norma media sosial dengan praktik like, comment, dan share menjadi realitas subyektif yang diinternalisasi oleh subyek dan mengonstruksi subyek sebagai sosok populer sekaligus ‘rujukan’ baru dalam praktik keagamaan,” papar Dr Bintan Humeira M.Si, saat mempertahankan penelitian disertasinya di hadapan para penguji dalam sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Komunikasi FISIP UI secara daring, kemarin (9/8).
Dia menjelaskan subyek penelitiannya adalah perempuan biasa yang memanfaatkan media sosial (Facebook) dan kini memiliki follower dengan jumlah ratusan ribu. Padahal subyek bukanlah perempuan yang memiliki latar berlakang pendidikan agama, seperti kebanyakan pendakwah (ustazah) di ruang luring. Namun, kemudian oleh follower-nya, subyek “dikukuhkan” sehingga memiliki otoritas keagamaan layaknya para pendakwah di ruang luring.
Menariknya, riset ini menemukan bahwa justru aktor dominan yang mempengaruhi konstruksi keagamaan subyek adalah sang suami. Sebab suami bertindak sebagai significant others dalam konstruksi realitas subyek baik dalam momen internalisasi maupun ekternalisasi subyek. Oleh karena itu bisa dikatakan realitas obyektif yang dimapankan melalui habitualisasi subyek di media sosial melalui unggahan berulang dan relasi daring, merupakan representasi dari realitas suami.
“Contohnya sebelum mengunggah status, subjek selalu mendiskusikan terlebih dahulu, apakah status yang diunggah itu pantas atau tidak pantas terhadap para pembacanya. Nah, ukuran pantas tidak pantas itu, dari sudut pandang suaminya,” jelas Bintan yang juga pengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fenomena kegiatan dakwah perempuan di media sosial ini “dibedah” dengan menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckmaan. Pada teorinya, ada dialektika antara tiga momen konstruksi tersebut baik dalam tindakan individu di ruang luring maupun daring untuk membentuk realitas obyektif dan subyektif. Selain itu, karakteristik media sosial memberikan pengaruh atas proses konstruksi yang berlangsung. Oleh sebab itu, penelitian ini juga mengambil pemikiran tentang konstruksi realitas sosial termediasi Couldry dan Hepp (2017) untuk menelaah bagaimana proses konstruksi di ruang daring berlangsung secara khas, terkait dengan karakteristik media dan atribut individu.
Menggunakan metode studi kasus kualitatif dengan orientasi konstruktivistik, Bintan memperlakukan kasusnya secara holistic (menyeluruh) dengan mempertimbangkan elemen-elemen yang terkait satu sama lain dilihat dalam beragam konteks dengan proses pengambilan data dan analisis termasuk wawancara mendalam, dipadukan dengan studi dokumen dan pengamatan terlibat di ruang daring. Penelitian dilakukan selama rentang waktu 2018-2021.
Dalam menyelesaikan program doktor ini, Bintan Humeira dipromotori oleh Prof Dr Billy K Sarwono MA, dengan Kopromotor adalah Dr Arief Subhan MA.
Para penguji pada sidang ini adalah Prof Dr Ilya R Sunarwinadi MSi; Dr Pinckey Triputra MSc; Inaya Rakhmani MA, PhD; Dr Irwansyah MA; Dr Eriyanto MSi; dan Dr Atnike Sigiro. Sidang promosi sendiri dipimpin oleh Julian Aldrin Pasha MA, PhD. (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebaran Islam di Nusantara merupakan salah satu fenomena sejarah yang menarik untuk dikaji.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaGlobalisasi mengubah pola komunikasi menjadi semakin canggih dan tak terbatas.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaBrand atau merek bukan hanya sekadar logo dan nama, tapi kumpulan pengalaman dari apa yang konsumen rasakan.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak.
Baca SelengkapnyaMeutya mengajak wakil rakyat khususnya Komisi I dan sejumlah tokoh masyarakat, pendidikan dan agama untuk bersama-sama memerangi judi online.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca Selengkapnya