Gagasan Le Minerale Bikin Gerakan Ekonomi Sirkular untuk Kelola Sampah Plastik
Merdeka.com - Masalah sampah (plastik) merupakan persoalan pelik perkotaan. Untuk itu, salah satu cara mengatasi masalah plastik adalah melakukan daur ulang plastik. Dalam industri daur ulang plastik, PET merupakan jenis plastik berkualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan peran krusial dalam ekonomi sirkular.
Untuk itu, Le Minerale bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) melakukan inisiasi proyek Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional, kemain (23/2).
Kerja sama multi-stakeholder ini merupakan komitmen bersama untuk meningkatkan dan menggalakkan kegiatan sirkular ekonomi sebagai salah satu cara mengatasi isu sampah plastik. Kerja sama ini mencakup kegiatan edukasi dan mendukung waste management di rumah dan lingkungan masyarakat.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah plastik? 'Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim',
-
Mengapa sampah plastik sangat mencemari lingkungan? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya? Sifat sampah plastik tidak mudah terurai proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya bagi ekosistem? Plastik di laut menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Penyu sering memakan kantong plastik yang mengapung, mengiranya sebagai ubur-ubur, sementara burung laut dan ikan juga menelan serpihan plastik yang berakhir di perut mereka, yang dapat menyebabkan kematian karena kelaparan.
IPI berperan sebagai pengepul sampah yang mengoleksi sampah plastik dan galon. Saat ini IPI membina 3,7 juta anggota di 25 provinsi seluruh Indonesia. Sementara ADUPI mempunyai peran melakukan pengolahan sampah plastik menjadi bahan baku untuk dijadikan produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.
Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, mengapresiasi kerja sama ini untuk menggerakkan ekonomi sirkular nasional tersebut. Kementerian LHK mendukung tiga pendekatan yang dipakai dalam tema 'Hari Peduli Sampah Nasional' tahun ini yakni zero waste, advance teknologi, dan sirkular ekonomi.
"Dalam pengelolaan sampah ini, butuh komitmen semua pihak dan tidak mungkin diselesaikan hanya dengan single approach karena Indonesia adalah negara besar. Tidak perlu diperdebatkan pendekatan mana yang paling baik, yang penting bisa membantu mengatasi masalah sampah plastik,” ujar Vivien dalam sambutannya secara daring.
Dirjen Vivien merasa pendekatan Le Minerale, ADUPI, dan IPI sudah tepat, karena menciptakan nilai tambah ekonomi baru dan bermanfaat secara sosial. Kita harus percaya bahwa semua langkah kecil yang dilakukan akan berdampak besar pada lingkungan.
Nota kesepahaman ketiga pihak ini kembali membuktikan langkah nyata Le Minerale dalam mendukung pemerintah mengatasi masalah sampah, seperti aksi Le Minerale membangun bank sampah.
Visi Bisnis Berkelanjutan
Ronald Atmadja, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya, menjelaskan Le Minerale meyakini sirkular ekonomi merupakan solusi baik untuk atasi masalah sampah plastik. Kami juga berkomitmen tinggi untuk mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah bersinergi. Kerja sama ketiga pihak ini diharapkan semakin luas dan bermanfaat. Inisiatif Le Minerale beserta para mitra ini juga diharapkan dapat menjadi solusi tepat dalam mengatasi permasalahan sampah plastik.
Ronald menyebut komitmen Le Minerale untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan, yang mana memberi manfaat bagi semua pihak yang tetap mengedepankan segala aspek, baik dari lini keamanan, kesehatan, dan lingkungan.
Ketua Umum ADUPI Christine Halim menambahkan industri daur ulang memerlukan sampah plastik PET dalam jumlah besar. Dalam catatan ADUPI, setiap tahun permintaan PET meningkat rata-rata 7 persen. Angka ini termasuk dalam kondisi saat pandemi Covid-19.
PET menjadi primadona karena bernilai jual tinggi dan menjadi rebutan pemulung. Seperti botol dan gallon PET Le Minerale yang jernih, mudah di daur ulang untuk menjadi barang bermanfaat, seperti polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing, dan sebagainya.
"Plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi. Tren permintaan ekspornya pun terus naik. Ini sejalan dengan program pemerintah menjadikan sampah bahan baku ekonomi dan plastik sekali pakai tidak masalah, bila manajemen sirkular ekonomi dijalankan dengan baik,” ujar Christine.
Sementara itu, Ketua Umum IPI Prispolly Lengkong mengakui kerja sama dengan Le Minerale telah membantu menyejahterakan pemulung di Tanah Air, memanusiakan, dan meningkatkan harkat pemulung secara berkesinambungan. Sehingga ada sinergi antara produsen dan pelaku di bawah terutama para pemulung yang merupakan pemeran utama dalam mengumpulkan sampah plastik untuk didaur ulang.
“Le Minerale yakin untuk masa depan, inovasi tidak hanya sebatas dari kualitas barang yang diproduksi melainkan juga inovasi cara pengelolaan sampah plastik yang bersinergi dan optimal menjadi barang bernilai ekonomi tinggi,” pungkas Ronald. (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buktikan keseriusan dalam pengolahan sampah, Le Minerale gandeng PT Polindo Utama.
Baca SelengkapnyaKomitmen Le Minerale lakukan Quality Control produk yang ketat tuai pujian Kemenperin.
Baca SelengkapnyaDalam satu hari, pekerja mengaku mendapat 2 ton sampah plastik dari Bekasi dan Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaSasaran mereka mengumpulkan barang bekas seperti botol plastik, kertas dan kabel lalu dijual kembali ke pengepul.
Baca SelengkapnyaMengetahui permasalahan di lingkungan sekitar bisa membantu keadaan menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaPenting untuk melakukan tindakan yang tepat agar permasalahan tumpukan sampah kronis ini tidak berlarut-larut terjadi.
Baca SelengkapnyaMeski ada temuan ini, tetap penting diingat bahwa enzim pada ulat tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Baca SelengkapnyaMayoritas sampah di Kaltim adalah sisa makanan sebanyak 51,11%, diikuti oleh plastik 19,5%, dan sampah kertas/karton 12,37%.
Baca SelengkapnyaPusat daur ulang sampah plastik di Medan Belawan memproduksi tiang lampu taman yang berbahan dasar sampah plastik
Baca SelengkapnyaBeberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik.
Baca SelengkapnyaPNM yang terus berkomitmen dalam menjalani pilar-pilar SDGs tidak terkecuali pilar lingkungan seperti pada poin 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Baca SelengkapnyaSampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan.
Baca Selengkapnya