Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Global Innovation Index: Anggaran Riset dan Pengembangan (R&D) Indonesia Lemah

Global Innovation Index: Anggaran Riset dan Pengembangan (R&D) Indonesia Lemah Bukalapak kerja sama dengan BeKraf. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Anggaran kegiatan riset atau research and development (R&D) di Indonesia memang lemah, menurut M Rahmat Yananda, doktor jebolan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia yang menekuni isu inovasi. Dia mengutip data The Global Innovation Index (GII), yang dipublikasikan INSEAD Business School bekerja sama dengan World Intellectual Property Organization (WIPO).

Secara umum, The Global Innovation Index 2018: Energizing The World Innovation menyebutkan, Indonesia di peringkat 85 dari 126 negara. Peringkat Indonesia tersebut naik 2 posisi dari 2017. Namun, untuk negara-negara Asia, posisi tersebut masih di bawah Singapura (peringkat 5), Korea (12), Jepang (13), Hong Kong (14), Cina (17), Malaysia (35), Thailand (44), Vietnam (45), India (57), Brunei Darussalam (67), dan Filipina (73).

Posisi Indonesia hanya di atas Srilanka (88), Kamboja (98), Nepal (108), Pakistan (109), dan Banglades (116).

Orang lain juga bertanya?

Dia menjelaskan, GII membagi indeks-indeks tersebut terdiri atas indikator kuat, lemah, kelompok dengan pendapatan kuat, dan kelompok dengan pendapatan lemah. Peringkat Indonesia di subindeks output inovasi di posisi 73 (12 peringkat di atas rata-rata/peringkat). Sementara peringkat Indonesia berdasarkan subindeks input inovasi bdi posisi 90 (5 peringkat di bawah rata-rata/peringkat).

SDM dan Riset sendiri berada di peringkat 94, yang berada 4 posisi di bawah rata-rata peringkat subindeks input inovasi (90). SDM dan Riset memiliki turunan beberapa indeks, salah satunya R&D. R&D terbagi atas peneliti dan FTE, pengeluaran kotor dan persentase GDP, pengeluaran perusahaan global, dan peringkat QS.

Untuk ini, indeks R&D Indonesia di peringkat 60. Peringkat tersebut jauh di atas rata-rata indeks SDM dan riset (94) dan subindeks input inovasi (90). Melonjaknya peringkat tersebut didorong peringkat QS (37) dan anggaran R&D perusahaan global (40), meski secara kelompok pendapatan perusahaan peringkat tersebut diindikasikan lemah.

"Ternyata benar pengeluaran Indonesia untuk R&D terindikasi lemah yang bertengger di peringkat 107. Posisi tersebut cukup jauh di bawah peringkat Indonesia (85), subindeks input (90) dan subindeks output (73), indeks SDM dan Riset (94), dan R&D (60). Pengeluaran untuk R&D tidak hanya menduduki peringkat terendah, untuk indeks R&D juga merupakan peringkat terendah di indeks SDM dan riset. Keadaan tersebut berdampak kepada pertumbuhan ekosistem ekonomi digital," ujar Rahmat Yananda yang juga CEO Makna Informasi pada Merdeka.com, kemarin.

Maka itu, lanjut dia, seharusnya kita semua khawatir dengan kondisi inovasi Indonesia. Tertinggal jauh dari negara-negara di Asia, apalagi dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam. Startup dan unicorn asli Indonesia sebagai karya anak bangsa menjadi tidak kompetitif yang memudahkan pemain asal negara tetangga masuk ke pasar Indonesia.

Sebagai perusahaan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan logika moore’s law, tentu saja unicorn-unicorn Indonesia dapat terkena dampak yang telah memberikan keunggulan untuk mereka, yaitu disrupsi.

Apa yang terjadi jika inovasi teknologi tak kunjung datang dan ekosistem ekonomi digital tak kunjung subur? Para pendiri unicorn yang telah berjuang dari perusahaan rintisan akan mendatangi ekosistem terdekat seperti Singapura dan India. Mereka akan mendapatkan sebagian kebutuhan yang diperlukan. Jika mereka punya mimpi lebih besar dari unicorn, maka mereka akan mencari ekosistem kelas dunia seperti Silicon Valley, ujar dia.

Sebagai informasi penting, unicorn-unicorn papan atas di Silicon Valley dan AS secara umum, para pendirinya adalah imigran seperti Elon Musk (SpaceX/Afsel), Garrett Camp (Uber/Kanada), Ash Ashutosh (Actifio/India), Kenneth Lin (Credit Karma/Cina), Stepan Pachikov (Evernote/Azerbaijan), dan lain-lain. 50 dari 91 (55 persen) pendiri unicorn di AS adalah imigran.

(mdk/sya)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kulitas SDM Rendah Diduga Jadi Penyebab Investasi Apple di Indonesia Kecil Dibanding Negara Tetangga
Kulitas SDM Rendah Diduga Jadi Penyebab Investasi Apple di Indonesia Kecil Dibanding Negara Tetangga

Salah satu alasan utama adalah posisi Indonesia dalam hal indeks sumber daya manusia atau human capital index.

Baca Selengkapnya
Daftar Negara yang Punya Anggaran Riset Super Jumbo, Indonesia Jadi Sorotan
Daftar Negara yang Punya Anggaran Riset Super Jumbo, Indonesia Jadi Sorotan

Berikut adalah deretan negara-negara yang memiliki dana riset terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Sangat Lambat, Bappenas Beberkan Buktinya
Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Sangat Lambat, Bappenas Beberkan Buktinya

PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.

Baca Selengkapnya
Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok
Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok

Berikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.

Baca Selengkapnya
Entepreneur Hub, Jurus Pemerintah jadi Indonesia Negara Maju 2045
Entepreneur Hub, Jurus Pemerintah jadi Indonesia Negara Maju 2045

Pemerintah meluncurkan program Entepreneur Hub dalam rangka meningkatkan rasio pengusaha baru di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kementerian Investasi Bicara Pentingnya Research And Development Bagi Hilirisasi di Indonesia
Kementerian Investasi Bicara Pentingnya Research And Development Bagi Hilirisasi di Indonesia

Kementerian Investasi dan Hilirisasi menekankan pentingnya research and development (penelitian dan pengembangan) untuk memajukan sektor industri di Tanah Air.

Baca Selengkapnya
Kementerian Ini Jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masa Depan
Kementerian Ini Jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masa Depan

Kunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.

Baca Selengkapnya
Survei: Pendanaan Perusahaan Fintech di Indonesia Terbesar Kedua di Asia Tenggara
Survei: Pendanaan Perusahaan Fintech di Indonesia Terbesar Kedua di Asia Tenggara

Hingga kuartal III-2023, industri fintech di Indonesia mendominasi hingga sekitar 33 persen dari total pendanaan perusahaan fintech di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya
Miris, Investasi Sektor Perikanan Cuma Rp11,7 Triliun dalam Kurun Waktu 10 Tahun
Miris, Investasi Sektor Perikanan Cuma Rp11,7 Triliun dalam Kurun Waktu 10 Tahun

Sektor perikanan jadi sektor paling rendah terhadap realisasi investasi.

Baca Selengkapnya
Indonesia Jadi Negara Kedua Tujuan Investasi Digital, Bersaing Ketat dengan Singapura
Indonesia Jadi Negara Kedua Tujuan Investasi Digital, Bersaing Ketat dengan Singapura

Jika dilihat secara global, Indonesia bahkan mengalahkan Jerman dalam jumlah startup.

Baca Selengkapnya
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan ekonomi hijau.

Baca Selengkapnya
Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia

Indonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.

Baca Selengkapnya