Go-Jek dan Grab bersaing ketat, pemain baru tak bisa bergerak

Merdeka.com - Bisnis ride sharing di Indonesia makin ramai. Setelah dipelopori Go-Jek, muncul Grab dan Uber. Tak berselang lama, nama-nama pemain baru pun ikut meramaikan seperti Blu-Jek, Top-Jek, dan Lady-Jek. Ini artinya, persaingan pun bakal semakin ketat.Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata menganggap, persaingan di bisnis ride sharing justru memacu pihaknya untuk memberikan layanan yang terbaik
“Kita melihat bisnis ini adalah layanan yang diminati masyarakat. Baik dari sisi pengguna maupun mitra. Sehingga tidak heran, hal ini mengundang pemain baru,” jelasnya saat ditanya awak media usai menjadi pembicara di acara Virtus Showcase 2016, Jakarta, Selasa (16/08).
Lalu, apakah pemain baru bisa bersaing di bisnis ride sharing yang semakin ketat? Sayang, Ridzki enggan menjawab pertanyaan itu. Hanya saja bagi dia, persaingan akan memicu pihaknya memberikan terobosan layanan.
“Saya tidak tahu. Tapi yang jelas, kita sangat welcome soal pemain baru,” tuturnya.
Menurut Direktur Eksekutif Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Indonesia (MIKTI), Muhammad Andy Zaky, pemain baru di ranah ride sharing diprediksikan tidak akan bisa bersaing dengan pemain lama yang sudah hadir saat ini.
Masalahnya, persaingan di antara para pemain saat ini sudah terlihat semakin kompetitif. Sebut saja Go-Jek dan Grab yang saat ini tidak hanya memainkan untuk layanan transportasi saja, tapi sudah melakukan diversifikasi produk. Selain itu, modal yang dimiliki pun cukup besar sehingga kekuatan untuk merebut market diperkirakan tidak akan berat.
“Kalau bisa di level modal yang sama dengan pemain utama, itu masih bisa. Mirip seperti MatahariMall masuk ke e-commerce,” terangnya.
Disebutkannya, yang akan menjadi persaingan ketat di roda dua khususnya adalah Go-Jek dan Grab. Kedua pemain ini, akan habis-habisan bertarung memperebutkan ceruk pasar yang ada. Namun Andy melihat di antara keduanya, Go-Jek akan mampu memenangi pasar.
“Kalau lihat strateginya sih makin oke. Roda dua yang multi layanan dan akhirnya Grab pun mengikuti. Kalau Go-Jek bisa konsisten dengan strateginya, dalam beberapa tahun bisa takes all untuk Indonesia. Kalau udah begitu, Grab cuma kebagian 20 persen market share saja,” ujarnya.
Jika melihat data dari kedua pemain. Grab masih enggan menyebut secara gamblang jumlah pengemudinya di Indonesia. Mereka hanya mau mengungkapkan total dari pengemudinya di seluruh kawasan Asia Tenggara di mana Grab beroperasi di antaranya Singapore, Indonesia, Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia.
Dari enam negara itu, berdasarkan data internal mereka per Juli 2016 terdapat lebih dari 350.000 mitra pengemudi yang tergabung dalam Grab secara keseluruhan. Sementara itu jumlah pengunduh aplikasi Grab mencapai 19 juta. Kemudian dari sisi layanannya di Indonesia, saat ini yang tersedia adalah GrabCar, GrabTaxi, GrabBike, GrabExpress dan GrabFood. Mereka pun mengklaim jika pertumbuhan penggunanya di Indonesia naik signifikan pada semester pertama 2016 dengan peningkatan250 kali sejak pertengahan 2015.
Bagaimana dengan Go-Jek? Saat ini mitra Go-Jek sudah mencapai lebih dari 200.000 dengan jumlah pengunduh aplikasinya berdasarkan data dari Google Play Store sekitar 10 juta. Sementara, kini Go-Jek telah memiliki jangkauan 10 kota besar di Indonesia. Adapun produknya, Go-Jek telah memiliki 11 layanan yang sudah tersedia aplikasinya. 11 layanan itu adalah Go-Ride, Go-Car, Go-Food, Go-Mart, Go-Send, Go-Box, Go-Massage, Go-Clean, Go-Glam, Go-Tix, dan Go-Busway.
Lembaga riset global, Growth for Knowlegde (GfK) Indonesia, pernah merilis data per Maret 2016 terkait aplikasi transportasi berbasisonlineyang sering digunakan.Data tersebut menunjukkan jika Go-Jek merupakan layanan transportasi berbasis online yang sering digunakan.
"Untukaplikasitransportasi, Go-Jek paling banyak digunakan. Lalu disusul oleh Grab, Kereta Api Indonesia, JNE, dan Uber," ujarRobin Muliady, Media Director Consumer Choices, GfK Indonesia.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya