Google: Rusia bisa jadi 'The Next China'
Merdeka.com - Rusia Internet Filtering saat ini menjadi fokus sorotan Google, pasalnya kebebasan internet di negara tersebut mulai dibatasi. Google melalui salah satu petingginya, Eric Schmidt, mengungkapkan bahwa bisa saja Rusia akan menjadi 'the next China', seperti yang dikutip dari CNET (23/11).
Apa yang dimaksud dengan 'the next China'?
Ungkapan tersebut hanya perumpamaan. Anda mungkin sudah tahu, kebebasan akses internet di China saat ini sudah sangat dibatasi. China bahkan dikenal sebagai 'Great Firewall', yang memblokir akses warganya dari berbagai macam situs online yang dirasa tidak pantas.
-
Bagaimana hubungan AS dan Rusia saat ini? 'Hampir tidak mungkin hubungan ini memburuk lebih jauh. Saat ini, hubungan kita berada pada titik terendah dalam sejarah.'
-
Dimana roket China akan diluncurkan? Mengutip LiveScience & Space.com, Jumat (8/3), roket-roket yang belum diungkapkan namanya oleh CASC termasuk roket berdiameter 13 kaki (4 meter) dan roket berdiameter 16 kaki (5 meter).
-
Apa Google itu? Google, yang kini menjadi elemen penting dalam kehidupan digital kita, diciptakan oleh dua inovator teknologi, Larry Page dan Sergey Brin.
-
Siapa yang Google ajak kerjasama? Dalam upaya implementasinya, Google menggandeng perusahaan asal India, Salcit Technologies, yang berfokus pada AI di bidang kesehatan pernapasan.
-
Bagaimana Rusia unggul? Keunggulan 1-0 Rusia bertahan hingga jeda pertandingan.Di babak kedua, Vietnam mencoba tancap gas. Mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan dari Rusia.Namun apes, di menit ke 61 VU Van Thanh membuat gol bunuh diri sehingga Vietnam tertinggal 2-0 dari Rusia. 15 menit berselang, gawang Vietnam kembali bobol oleh aksi Tamerlan Musayev.Skor 3-0 menutup pertandingan yang digelar di My Dinh National Stadium, Hanoi tersebut.
-
Apa yang akan terjadi pada Bumi? Pembentukan superbenua ini diperkirakan akan berdampak besar pada perubahan iklim di Planet Bumi.
Sementara di Rusia, sudah mulai terjadi hal-hal semacam itu. Schmidt khawatir Rusia akan membatasi akses internet pada warganya, seperti yang terjadi di China. Tentu saja hal tersebut akan berimbas buruk pada penyedia situs pencarian, seperti Google.
Terlebih lagi, Rusia adalah salah satu negara besar di Eropa yang sangat tinggi angka akses internetnya. Bukan tidak mungkin jika keadaan berjalan seperti ini, Google mulai khawatir kehilangan pasar.
Baca Juga:
Berhasil temukan mayat, Google justru diprotes orang tua korban
Wireless charger Google Nexus dijual Rp 500 ribuan
HTC luncurkan seri One terbaru
Google makin getol perangi pornografi anak
Google 'dikerubuti' 5 wanita cantik selama 7 hari kemarin (mdk/ega)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Persaingan teknologi antar kedua negara makin sengit.
Baca SelengkapnyaPutin dan Xi Jinping kompak mengutuk rival mereka Amerika Serikat sebagai penabur kekacauan di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaAS Makin Dibayang-bayangi Kecanggihan Teknologi China yang Dianggap Bisa Mendominasi
Baca SelengkapnyaPrediksi tersebut berkaca terus membaiknya laju perekonomian China selama lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, Putin mengingatkan pentingnya belajar Bahasa Inggris.
Baca SelengkapnyaGoogle mengetahui keinginan pengguna, sehingga menyajikan informasi yang diperlukan bagi pengguna.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) cemas melihat rencana Rusia mau meletakan senjata nuklir di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaTrump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaPresiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman.
Baca SelengkapnyaRusia akan meletakan stasiun luar angkasa di orbit yang strategis.
Baca SelengkapnyaRusia menyatakan bahwa doktrin nuklir terbarunya harus dipahami sebagai peringatan bagi negara-negara Barat.
Baca SelengkapnyaIni berdasarkan dari analisis dan simulasi yang pernah dilakukan oleh China.
Baca Selengkapnya