Hobi Selfie Kini Jadi Sebuah Kondisi Mental Bernama Selfitis, Ini Penjelasannya
Merdeka.com - Selfie mungkin merupakan hal biasa, yang setiap saat dilakukan oleh masyarakat di semua lapisan. Namun karena selfie adalah hal baru di mana banyak membuat orang ketagihan dan terobsesi, akhirnya orang yang ketagihan selfie bisa digolongkan memiliki penyakit mental.
Melansir New York Post, International Journal of Mental Health and Addiction mengklasifikasikan rasa terobsesinya seseorang dalam berselfie sebagai penyakit mental yang nyata. Penyakit kejiwaan ini diberi nama "Selfitis."
Hal ini berawal dari sebuah riset di India dan Inggris, yang ditilis oleh Janarthanan Balakrishnan dari Thiagarajar School of Management di Madurai, Tamil Nadu, India, serta Mark D. Griffiths dari Nottingham Trent University di Nottingham, Inggris. studi ini menetapkan skala perilaku selfitis yang mengklasifikasikan perilaku selfie tergantung tingkat keparahannya.
-
Bagaimana peneliti mengklasifikasikan gaya selfie? Dalam proses penelitian, para ilmuwan mengumpulkan data berdasarkan hasil selfie yang disebut sebagai selfiecity, dimana mereka memotret diri sendiri sebanyak 1.001 foto secara langsung atau menggunakan tongkat selfie. Foto tersebut diambil dari 132 partisipan dengan menggunakan algoritma untuk memilih 15 foto selfie secara acak untuk dinilai oleh setiap peserta.
-
Siapa yang melakukan penelitian selfie? 'Meskipun istilah selfie sudah ada sejak 200 tahun dalam dunia fotografi dan lebih dari 500 tahun dalam lukisan. Namun, kini belum ada yang memiliki klasifikasi jelas mengenai berbagai jenis selfie dan kegunaannya,' jelas Tobias Schneider, peneliti Frontiers in Communication dan Mahasiswa sekolah Pascasarjana Ilmu Afektif dan Kognitif Bamber.
-
Apa yang diungkapkan melalui selfie? 'Kami cukup terkejut dengan apa yang diungkapkan melalui teori pikiran, sebab selfie bisa menjadi cara yang canggih untuk mengkomunikasikan perasaan dan pikiran. Ini membuktikan bahwa selfie merupakan cara yang efektif dalam berkomunikasi,' jelas Schneider.
-
Mengapa peneliti Jerman meneliti selfie? Namun, untuk kegunaannya dalam hal komunikasi ternyata hal ini menarik para ilmuwan untuk melakukan penelitian.
-
Mengapa pengguna Snapchat khawatir dengan fitur 'My Selfie'? Meski pihak Snapchat menyatakan bahwa fitur ini hanya digunakan untuk keperluan pribadi pengguna, ada kekhawatiran bahwa perusahaan dapat menggunakan gambar ini untuk iklan di masa depan, sesuai dengan kebijakan penggunaan data mereka.
-
Kenapa orang melakukan self harm? Beberapa orang juga melakukan self-injury sebagai bentuk hukuman terhadap diri sendiri atau sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan yang tidak diizinkan saat masih kecil.
Dalam klasifikasinya, terdapat tiga jenis selfitis: borderline, akut, dan kronis. Dari studi ini, ditemukan bahwa dari seluruh partisipan studi bahwa 9 persen dari kesemuanya melakukan 8 selfie per hari, dan 25 persen dari semua partisipan membagi lebih dari 3 selfie ke media sosial.
Masuk Penyakit Mental
Menurut Balakrishnan pada New york Post, selfitis digolongkan ke penyakit mental karena keterkaitannya dengan tingkat kepercayaan diri.
"Biasanya, mereka yang memiliki kondisi kurang percaya diri dan sedang berusaha 'menyesuaikan diri' dengan kondisi sekitarnya, akan menunjukkan perilaku kecanduan (selfie) ini," ungkap sang ilmuwan.
"Kini kondisi (selfitis) ini sudah dikonfirmasi, dan penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk lebih memahami bagaimana dan mengapa seseorang mengembangkan perilaku obsesif ini, serta apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang terkena dampaknya," lanjut Balakrishnan.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perilaku eksibisionis yang bisa ditunjukkan oleh seseorang apakah termasuk kink atau sudah tergolong sebagai kelainan seksual?
Baca SelengkapnyaJangan sering dipelihara karena bisa mengganggu kualitas hidupmu!
Baca SelengkapnyaHal ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh ilmuwan Jerman dengan ribuan foto selfie.
Baca SelengkapnyaPenderita BDD sering merasa cemas dan terobsesi dengan kekurangan yang dirasakan pada tubuhnya.
Baca SelengkapnyaPercaya diri berlebih bisa dibilang narsis? Jangan sampai salah, simak ciri-ciri narsistik di artikel berikut!
Baca SelengkapnyaKetika seseorang kecanduan seks, penting untuk mengetahuinya secara cepat sebelum semakin parah.
Baca SelengkapnyaJudi online atau daring kini menjamur di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaOrang dengan mythomania dapat membesar-besarkan atau menciptakan cerita.
Baca SelengkapnyaPick me artinya adalah seseorang yang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain, terutama dari lawan jenis.
Baca SelengkapnyaSebuah studi menunjukkan bahwa pria yang kerap memamerkan otot di media sosial berpotensi mengalami obsesi terhadap penampilan tubuh mereka.
Baca SelengkapnyaIstilah Body Shaming kini semakin dikenal, mari bersama pelajari lebih lanjut penjelasannya berikut ini.
Baca Selengkapnya