HTC sedang di masa terpuruk, kompetisi pasar disebut jadi biangnya

Merdeka.com - Salah satu vendor smartphone dan headset VR asal Taiwan, HTC, baru saja mempublikasikan pemasukan kuartal ke-empatnya di tahun 2017. Kuartal yang harusnya jadi pemasukan tertinggi sebuah perusahaan karena tepat pada masa liburan tersebut, tak terlihat baik bagi HTC.

Melansir Techcrunch, laporan tersebut berupa pemasukan kuartal yang terdiri dari pemasukan dengan margin kotor, kerugian operasional, kerugian bersih, serta anjloknya harga saham, yang kesemuanya menandakan terpuruknya HTC di dunia teknologi saat ini.

HTC sendiri menyebut beberapa alasan sebagai penyebab kerugian kuartal liburan tersebut, mulai dari "kompetisi pasar, pencampuran produk, banderol harga, serta peredaran inventaris." Techcrunch menyebut bahwa ini adalah permasalahan yang 'terlalu banyak' sebagai sebuah perusahaan besar.

Meski demikian, ada salah satu keuntungan yang diterima HTC, yakni akuisisi Google terhadap hampir semua karyawan HTC di divisi hardware. Angka kesepakatan ini mencapai 1,1 milyar Dollar dan proses telah selesai di Januari silam. Angka ini tak merefleksikan kerugian HTC di kuartal terakhir, namun bisa jadi angin segar untuk data pemasukan 2018.

HTC sendiri memberi pernyataan bahwa uang dari Google akan digunakan untuk "investasi yang lebih besar di teknologi yang sedang berkembang." Selain itu, HTC juga menyebut bahwa mereka akan "berupaya vital di semua bisnis dan menghadirkan peluang pertumbuhan jangka panjang yang signifikan."

HTC sendiri merupakan dominator di pasar headset VR, dengan model Vive dan Valve miliknya. Terjunnya HTC di ranah luar smartphone ini cukup instrumental karena HTC tak seberapa terdengar lagi gaungnya di industri smartphone, meski tetap berkiprah lewat digandengnya HTC oleh Google untuk produksi Pixel 2 XL.