Huawei Sebut Mereka Mampu Bertahan Tanpa Amerika Serikat
Merdeka.com - Bos yang juga founder Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan perusahaannya bisa bertahan meski tanpa dukungan dari Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan Zhengfei dalam wawancara dengan The Wall Street Journal.
"Kami bisa bertahan dengan sangat baik tanpa AS. Pembicaraan dagang Tiongkok-AS bukanlah sesuatu yang saya khawatirkan," tutur Ren seperti diktuip dari The Wall Street Journal via Liputan6.com.
Menurut Ren, Huawei tidak akan menjadi korban dalam perang dagang antara Tiongkok dan AS. Ia pun mengatakan akan tetap menerima kunjungan dari Donald Trump saat ini, atau nanti setelah ia tak lagi menjabat sebagai Presiden AS.
-
Bagaimana Huawei berkolaborasi di Indonesia? Selama lebih dari 23 tahun beroperasi di Indonesia, Huawei telah membangun dengan berbagai pemangku kepentingan, demi mendukung kesuksesan transformasi digital dan tercapainya Visi Indonesia Emas 2045.
-
Siapa yang diajak Huawei berkolaborasi? Selaras dengan komitmen global Huawei, kami mengundang dan melibatkan para mitra dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama meletakkan pondasi yang kokoh untuk penguatan ekonomi digital,' katanya.
-
Apa yang dilakukan Huawei untuk ekonomi digital? Adapun penguatan ekonomi digital yang dimaksud mencakup percepatan transformasi digital di berbagai sektor, mendorong pembangunan ramah lingkungan melalui utilisasiteknologi, memperkuatkeamanan siber dan perlindungan data pribadi untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan publik.
-
Mengapa Huawei genjot kolaborasi? Sebuah bisnis raksasa tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya kolaborasi. Hal inilah yang terus dipegang teguh Huawei dalam mengelola bisnisnya sebagai perusahaan teknologi multinasional.
-
Mengapa Kemnaker mengapresiasi Huawei? 'Saya harap kepatuhan Huawei Indonesia dalam menjalankan bisnisnya dan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia pada umumnya, dapat menjadi motivasi bagi perusahaan-perusahaan lain milik RRT, ' kata Ida Fauziyah melalui Siaran Pers Biro Humas, Sabtu (6/7/2024).
-
Bagaimana Huawei menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat? Ida Fauziyah menjelaskan bentuk kepedulian terlihat dari salah satu Corporate Social Responsibility (CSR) Huawei. Yakni mempekerjakan lebih dari 90 persen pekerja lokal Indonesia yang merupakan lulusan terbaik dari perguruan tinggi di Indonesia.
"Kami hampir tidak memiliki urusan bisnis di AS. Belum ada konfrontasi dengan AS. Kami tentu akan memberikannya (Trump) sambutan hangat," kata Zhengfei.
Ia menjelaskan, Huawei membangun portofolio produk-produk jaringan 5G tanpa teknologi AS dengan jumlah 5.000 base station per bulan.
AS pada Mei lalu menempatkan Huawei ke dalam entity list atau daftar hitam perdagangan Kementerian Perdagangan. Kebijakan ini membuat Huawei tidak bisa berbisnis dengan banyak perusahaan AS.
Huawei yang merupakan vendor peralatan jaringan terbesar di dunia, juga disebut sebagai salah satu isu dalam perang dagang.
"Kami tidak memperkirakan AS akan menghapus Huawei dari entity list. Mereka mungkin akan tetap menempatkan kami di sana, karena kami akan baik-baik saja tanpa mereka," ungkapnya.
Masih Berbisnis Dengan AS
Huawei dilaporkan masih membeli teknologi dari perusahaan-perusahaan AS. Bisnis Huawei dan perusahaan-perusahaan itu disebut tidak termasuk dalam kebijakan larangan AS.
Huawei pada tahun lalu membeli teknologi dari perusahaan-perusahaan AS sebesar USD 11 miliar, termsauk software dari Alphabet dan Microsoft. Menurut Presiden of Corporate Strategy Huawei, Will Zhang, pembelian teknologi AS sekira 70 hingga 80 persen daripada level sebelumnya.
Pemblokiran ini merupakan salah satu aksi anti-Huawei yang dilakukan oleh pemerintah AS dalam setahun terakhir. Masalah ini berkaitan dengan isu ancaman keamanan. Negeri Paman Sam juga mendesak para sekutunya untuk menjauhkan Huawei dari pembangunan jaringan 5G mereka.
Selain itu, pada Desember tahun lalu di Vancouver, pihak berwenang Kanada menangkap putri Zhengfei yang juga CFO Huawei, Meng Wanzhou. Penangkapan ini disebut atas permintaan AS.
Bantah Memata-Matai
Sikap AS terhadap Huawei disebabkan kekhawatiran produk-produknya digunakan untuk memata-matai. Huawei juga disebut secara hukum terikat untuk memenuhi permintaan data pelanggan dari pemerintah Tiongkok.
Zhengfei berulang kali membantah memata-matai pelanggan atas permintaan pemerintah apa pun. Ia menegaskan akan menolak permintaan tersebut, termasuk dari pemerintah Tiongkok.
Ketika ditanya tentang kepastian tidak ada satu pun dari hampir 200 ribu karyawan Huawei menjadi kaki tangan pemerintah Tiongkok, Zhengfei menegaskan sikapnya berdasarkan kebijakan perusahaan.
"Kami tidak mengizinkan pelanggaran. Jika ada karyawan yang melakukan hal seperti itu, mereka akan dihukum berat," tuturnya.
Ia pun bersikeras Huawei tidak memiliki akses ke data yang mengalir di jaringannya. Ia pun memberikan jawaban dengan analogi.
"Sama seperti manufaktur mobil, kami hanya menjual peralatan. Operator membangun pipa dan memastikan aliran informasi mengalir dengan lancar melalui pipa. Sementara kami memproduksi lembaran besi di atas pipa. Apa yang bisa kami lakukan dengan lembaran besi?" sebutnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tindakan Huawei ini membuat parlemen AS berang. Bahkan sampai serukan boikot.
Baca SelengkapnyaFakta membuktikan sanksi AS terhadap perusahaan China tak selalu berjalan mulus.
Baca SelengkapnyaIda Fauziyah menjelaskan bentuk kepedulian terlihat dari salah satu Corporate Social Responsibility (CSR) Huawei.
Baca SelengkapnyaTiongkok tak ingin punya ketergantungan dengan teknologi AI besutan AS.
Baca SelengkapnyaKolaborasi yang dibangun Huawei selama ini diharapkan mempermudah terwujudnya Indonesia emas pada 2045.
Baca SelengkapnyaHuawei mengklaim telah berpengalaman dalam infrastruktur 5G.
Baca SelengkapnyaAS Makin Dibayang-bayangi Kecanggihan Teknologi China yang Dianggap Bisa Mendominasi
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaTak cuma soal dampak perang Hamas-Israel yang baru pecah, dampak perang Rusia-Ukraina pun disebut tak berdampak banyak pada Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang dianggap kuat terhadap serangan siber.
Baca SelengkapnyaBeberapa negara Timur Tengah mulai menjadi pantauan AS terkait chipset AI.
Baca Selengkapnya