Ilmuwan Kembangkan Baterai Masa Depan, Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan
Merdeka.com - Baru-baru ini, ilmuwan mengembangkan jenis baterai baru yakni zinc-air. Ini diprediksi menjadi baterai masa depan karena bertenaga, ramah lingkungan, lebih aman, dan tentunya membuat ia lebih hemat.
Namun, baterai zinc-air konvensional saat ini memiliki masalah teknis, seperti ketidakstabilan kimia yang tinggi, serta reaksi parasit yang berakar pada penggunaan elektrolit alkali yang menyebabkan ireversibilitas elektrokimia.
Terkini, penelitian yang dipimpin oleh Dr. Wei Sun dari MEET Battery Research Center di University of Muenster telah mengembangkan kimia baterai baru untuk baterai zinc-air yang mengatasi masalah-masalah itu.
-
Bagaimana ilmuwan meningkatkan baterai berbasis air? Dengan mengubah campuran kimia yang ada di dalam baterai berbasis air, tim peneliti dapat meningkatkan kepadatan energi dan kinerja keseluruhan baterai berbasis air ini.
-
Siapa yang membuat baterai berbasis air baru? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Siapa yang mengembangkan baterai air? Ilmuwan RMIT Universitas Melbourne, Australia telah mengembangkan 'baterai air' yang dapat didaur ulang.
-
Siapa yang mengembangkan baterai Mars? Tim peneliti dari University of Science and Technology of China mengatakan bahwa baterai ini mampu 'menghirup langsung atmosfer Mars sebagai bahan bakar' saat digunakan dan dapat diisi ulang dengan energi dari sumber eksternal seperti tenaga surya dan nuklir.
-
Bagaimana ilmuwan bisa mempercepat charge HP? Para peneliti mempelajari pergerakan ion melalui jaringan kompleks pori-pori yang saling berhubungan dalam superkapasitor. Para peneliti dari Universitas Colorado Boulder telah menemukan teknik baru yang memungkinkan pengisian daya perangkat secara instan.
-
Baterai Mars apa yang dikembangkan oleh ilmuwan China? Para ilmuwan di China mengklaim telah mengembangkan baterai isi ulang yang ringan untuk eksplorasi Mars yang dapat memanfaatkan atmosfer planet tersebut sebagai sumber daya energi, sambil mampu bertahan di suhu ekstrem.
"Elektrolit non-alkali inovatif kami membawa bahan kimia zinc peroxide (ZnO2) / O2 reversibel yang sebelumnya tidak diketahui ke dalam baterai zinc-air," ujar Sun dikutip dari Eurekalert via Tekno Liputan6.com.
Mereka menerbitkan hasil rinci proyek penelitian mereka di jurnal "Science", yang melibatkan peneliti dari Fudan University di Shanghai, University of Science and Technology di Wuhan, serta University of Maryland dan Laboratorium Penelitian Angkatan Darat AS.
Stabil Selama 320 Siklus
Dibandingkan dengan elektrolit alkali kuat konvensional, kata Sun, elektrolit berair non-alkali yang baru dikembangkan ini memiliki beberapa keunggulan, seperti zinc anode digunakan lebih efisien dengan stabilitas kimia lebih tinggi dan reversibilitas elektrokimia. Elektrolit baru ini didasarkan pada garam zinc trifluoromethanesulfonate.
Pada akhirnya, baterai zinc-air baru ini dapat beroperasi dalam jangka panjang secara stabil selama 320 siklus dan 1.600 jam di bawah atmosfer udara ambien.
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terobosan ini jika benar-benar terjadi China akan menjadi pelopor.
Baca SelengkapnyaAda rahasia yang ditemukan agar baterai berbahan dasar air mampu bekerja.
Baca SelengkapnyaLebih cepat dibandingkan baterai apa pun yang ada di pasaran saat ini, terutama jika menyangkut baterai kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaIlmuwan China mengembangkan baterai ringan yang bisa diisi ulang untuk eksplorasi Mars.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah beberapa alasan mengapa mobil listrik memakai baterai jenis lithium-ion
Baca SelengkapnyaIlmuwan ini berhasil membuat terobosan baterai sekali ngecas bisa 1000 km.
Baca SelengkapnyaBaterai ini diciptakan perusahaan start up, Betavolt.
Baca SelengkapnyaIlmuwan pun tak menyadari apa yang dilakukannya ini berhasil.
Baca SelengkapnyaElon Musk menilai keberadaan cahaya matahari yang melimpah kerap diabaikan.
Baca SelengkapnyaMaterial baru dari Universitas Oxford mengubah cara pemanfaatan energi surya, lebih efisien dan fleksibel, tanpa memerlukan ladang surya besar.
Baca SelengkapnyaStartup asal China telah meluncurkan baterai baru yang diklaim dapat menghasilkan listrik selama 50 tahun.
Baca SelengkapnyaSudah ada beberapa pabrikan mobil dunia yang mengembangkan mobil hidrogen atau fuel cells electric vehicle (FCEV).
Baca Selengkapnya