Indonesia rawan serangan cyber
Merdeka.com - Banyak hal sekarang ini yang dilakukan dengan bantuan perangkat mobile. Namun justru perangkat Anda yang terhubung dengan internet itu rentan terhadap aksi usil para penjahat online.
Menurut Trend Micro, sebuah perusahaan software sekaligus anti-virus asal Jepang dalam sebuah media briefing di Jakarta, Kamis kemarin (18/09), mengungkapkan bahwa ketika perangkat mobile sudah terhubung dengan internet, maka diharapkan untuk waspada karena serangan bisa datang kapan saja.
"Penggunaan smartphone mulai dari mobile gaming, media sosial hingga mobile banking, sangat berpotensi dan rentan terhadap serangan cyber crime tersebut," kata Direktur Senior Trend Micro Region Asia Pasifik, Terrence Tang, seperti dikutip dari Antara (19/09).
-
Kenapa aplikasi penipuan berbahaya? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
-
Apa saja jenis aplikasi penipuan? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
-
Aplikasi malware apa yang mencuri data pengguna? Dikenal sebagai aplikasi SpyLoan, aplikasi bermasalah ini banyak ditemukan di Google Play Store — dan beberapa juga ditemukan di App Store Apple.
-
Mengapa orang mudah tertipu? Penipuan tidak hanya bergantung pada kecerdasan, melainkan juga pada kelemahan psikologis yang sering kali dimiliki oleh setiap individu. 'Penipu sering kali menyamar sebagai otoritas atau entitas yang bisa dipercaya untuk membangun kredibilitas. Mereka mungkin meniru gaya bahasa dan komunikasi, atau bahkan menyamar sebagai teman dan keluarga untuk menumbuhkan rasa keakraban dan kepercayaan,' jelas Dr. Robert Cuyler, PhD.
-
Bagaimana hindari pesan aplikasi penipuan? Berhati-hatilah saat menerima email, pesan teks, atau notifikasi dalam aplikasi yang tidak diminta yang meminta informasi pribadi atau keuangan.
-
Kenapa informasi yang salah berbahaya? 'Sering kali orang terdekat justru memberikan informasi yang tidak terbukti kebenarannya sehingga menghalangi para pejuang kanker payudara mendapatkan pengobatan lanjutan,' jelasnya.
Menurut Terrence, akan ada kurang lebih sepuluh miliar perangkat mobile di tahun 2020. Pertumbuhan tinggi tersebut terutama terjadi di Indonesia, Thailand dan India.
"Indonesia termasuk yang paling rawan karena pertumbuhannya cukup tinggi," katanya.
Terrence mengungkapkan beberapa kejahatan dunia maya tersebut antara lain malicious advertising malware dan premium service abuser. Malicious adware atau iklan malware menipu korban dengan menawarkan sebuah barang dengan harga murah. Ketika tertarik, maka korban akan membeli dan kemudian mengirimkan uangnya, namun barang tidak kunjung datang.
Sementara itu, premium service abuser merupakan kejahatan yang menggunakan kedok aplikasi palsu.
"Pengguna sering terjebak aplikasi palsu karena malas membaca informasi yang ada di aplikasi," katanya.
Saat ini, penjahat cyber mulai mengalihkan sasaran kepada pengunduhan aplikasi game, yang sering dilakukan seenaknya oleh pengguna smartphone. Aplikasi palsu tersebut biasanya mengarahkan ke situs phishing yang memungkinkan pelaku kejahatan untuk mencuri informasi pribadi korban. Informasi personal yang dicuri itu, kata Terrence, akan dijual ke apa yang disebut dengan "pasar gelap informasi personal" dan diperjualbelikan untuk kemudian disalahgunakan.
"Itulah yang memungkinkan adanya kiriman spam di email seseorang atau telepon dari nomor yang tidak dikenal," katanya.
Sebanyak 44 persen di antara para pengguna smartphone di seluruh dunia tidak mengecek aplikasi yang mereka unduh, sehingga rawan terkena cyber crime. Trend Micro berkolaborasi dengan Advan untuk memberikan paket bundle smartphone berikut aplikasi Dr Safety.
"Sudah preloaded, jadi sudah ada aplikasi Dr. Safety dari Trend Micro di dalam gadget Advan," kata Direktur Pemasaran Advan Tjandra Lianto dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan, sudah ada 20 tipe Advan yang telah diinstall aplikasi Dr Safety dari Trend Micro, terutama pada smartphone Advan tipe T dan J. (mdk/das)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maraknya kejahatan di sektor keuangan digital juga dipengaruhi oleh indeks literasi keuangan di Indonesia yang masih rendah.
Baca SelengkapnyaMaraknya aksi peretasan dipicu belum maksimalnya penerapan hukum khususnya UU ITE.
Baca SelengkapnyaEmpat dari Lima Orang Indonesia Mudah Tertipu Transaksi Online, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca SelengkapnyaIklan judi online membuat orang tertarik untuk masuk ke dalam aplikasi dan bermain.
Baca SelengkapnyaMemiliki pendidikan lebih baik dan kepintaran tidak membuat seseorang dijamin kebal dari penipuan. Kenali mengapa mereka tetap rentan menjadi korban tipuan ini:
Baca SelengkapnyaMengimbau masyarakat agar mewaspadai penipuan dengan modus tersebut.
Baca SelengkapnyaBahkan, beberapa di antaranya ada dipecat dari perusahaan tempat kerja hingga berakhir bunuh diri.
Baca SelengkapnyaBSSN mengatakan, fenomena itu terjadi karena pengamanan siber terhadap aplikasi-aplikasi itu lemah.
Baca SelengkapnyaKementerian PPPA mengungkap penyebab perempuan dan anak rentan menjadi korban perdagangan orang di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaDANA melalui akun Instagram, membagikan tips agar tidak tertipu link DANA Kaget palsu
Baca Selengkapnya