Indosat Ooredoo & XL incar 2 wilayah ini di proyek Palapa Ring II
Merdeka.com - Proyek pengadaan kabel bawah laut yang digagas pemerintah atau yang selama ini dikenal Palapa Ring II, kini memasuki tahap kedua. Dalam proyek yang bernilai USD 230,64 juta ini, dua operator telekomunikasi besar XL Axiata dan Indosat Ooredoo bersama-sama menggarap proyek ini dengan menggandeng juga PT Alita Praya Mita.
Dalam konsorsium ini, XL Axiata memiliki komposisi paling besar dibandingkan Indosat Ooredoo dan PT Alita Praya Mita. Hal itu, diungkapkan oleh President Director & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli.
"Kita sekitar 30 persen dari komposisi konsorsium tersebut. XL lebih besar. Alita lebih kecil," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/11).
-
Mengapa Telkom membangun sistem kabel bawah laut? 'Di masa mendatang, pasar kabel bawah laut global siap untuk pertumbuhan yang belum pernah terjadi, menjadikan Batam dan Singapura sebagai lokasi utama untuk investasi data center.''Kabel bawah laut INSICA akan memenuhi kebutuhan penting untuk interkonektivitas data center di antara lokasi-lokasi strategis utama ini,' kata Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Kenapa Telkom membangun kabel bawah laut? Dalam lanskap digital saat ini, kawasan Asia Pasifik muncul sebagai pusat pertumbuhan lalu lintas telekomunikasi data center. Dalam lima tahun ke depan, terdapat pertumbuhan yang sehat dalam Kapasitas data center di Singapura, Australia, Malaysia, dan Indonesia.
-
Bagaimana Telkom membangun konektivitas di Indonesia? 'Melalui kemitraan kami dengan BW Digital dan sebagai bagian dari keseluruhan 7 sistem kabel bawah laut ICE kami, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan konektivitas antar data center di negaranegara ini dan membentuk masa depan Lanskap Bawah Laut Asia Pasifik,' ungkap Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Mengapa XL Axiata membangun jaringan di Sulawesi? 'Sulawesi merupakan salah satu wilayah yang sangat menantang bagi XL Axiata dalam menggelar jaringan dan layanan telekomunikasi juga data. Pulau ini sangat luas dengan geografis yang tidak mudah. Di sisi lain, Sulawesi juga menjadi pintu gerbang menuju Kawasan Timur Indonesia dengan kota-kota penting dan tentunya pasar yang potensial. Karena itu, di Sulawesi kami tetap berusaha keras untuk terus menghadirkan layanan XL Axiata di area yang terus meluas hingga desa-desa pelosok.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas telekomunikasi Indonesia? Dua orang yang bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, yaitu Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia), menyadari pentingnya menggunakan satelit untuk menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh.
-
Kenapa XL Axiata membangun jaringan backbone di Sulawesi? Backbone fiber optic ini juga akan membantu memperkuat upaya XL Axiata untuk mendorong penetrasi layanan Fixed Broadband (FBB) dan juga Fixed Mobile Convergence (FMC) serta melayani kebutuhan pasar korporasi di wilayah Sulawesi dengan kualitas pengalaman jaringan yang lebih baik.
Kendati begitu, kata Alex, pihaknya masih mendiskusikan beberapa kemungkinan soal wilayah yang akan digarap yakni wilayah tengah atau barat, maupun bisa dua-duanya.
"Sementara, diskusinya antara tengah dan barat. Atau dua-duanya," katanya.
Selain itu, Alex juga mengatakan, masih banyak hal-hal yang harus dibicarakan lebih lanjut lagi, seperti model bisnis dan insentif yang diberikan oleh pemerintah. Pasalnya, membangun jaringan bawah laut bukan sesuatu yang mudah. Banyak persoalan-persoalan teknis yang memungkinkan terjadinya gangguan.
"Jaringan bawah laut itu tidak bisa stabil terus-menerus. Kami ini yang paling berat itu kalau lagi down, misalnya ketabrak kapal lalu kabelnya putus, seperti ini strukturnya. Apa kita harus bayar juga atau stop dibayar. Kalau semua tidak ada masalahnya itu ya semuanya bagus," tuturnya.
Menurutnya, jika berbicara bisnis model, maka risiko-risiko yang berpotensi terjadi gangguan harus masuk dalam penghitungan bisnis.
"Misalnya ada jaminan pasar, harus dihitung bisa tidak jaminan pasar ini mencukupi kalau lagi downtime.
Karena fiber optik bawah laut itu putus, waktu memperbaikinya tidak cukup sehari atau dua hari. Harus tarik kapal, tarik kabel. Biasanya itu down sekitar sebulan. Kalau kabel di darat itu bisa sejam dua jam selama bisa dijangkau, semua selesai. Kalau kabel laut itu kapalnya saja khusus, dan kapalnya sangat terbatas di Indonesia," terangnya.
Palapa Ring ini merupakan proyek besar pembangunan jaringan utama di seluruh wilayah Indonesia untuk bisa terkoneksi dengan internet sekaligus target Rencana Pita Lebar Indonesia 2014 hingga 2019. Nantinya, masyarakat pedesaan bisa menikmati internet dengan kecepatan 10 Mbps dan 20 Mbps bagi masyarakat perkotaan.
Di tahap pertama, mereka yang memenangkan tender ini di antaranya Telkomsel, Indosat, XL Axiata, iForte Solusi Infotek dan empat konsorsium yakni Konsorsium Mora Telematika Indonesia Ketrosden Triasmitra, Konsorsium Super Sistem Ultima Huawei, Konsorsium Pandawa Lima, Konsorsium Matra Mandiri Prima Hitachi High Technologies Indonesia Partibandar Utama.
Dari sejumlah perusahaan maupun konsorsium itu, pemerintah akan menawarkan tender tiga paket yakni di wilayah Barat, Tengah, dan Timur. Untuk wilayah Barat, akan direntangkan fiber optik bawah laut sepanjang 1.122 kilometer. Di wilayah Tengah, bakal digelar serat optik baik darat maupun laut sepanjang 1.676 kilometer. Sementara, di paket wilayah Timur, panjang kabel optik sekitar 5.681 kilometer di laut dan darat.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) tak menutup kemungkinan akan bekerja sama dengan provider satelit Low Earth Orbit (LEO), termasuk Starlink.
Baca SelengkapnyaKondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaTelkomsat Jalin Kerja Sama strategis dengan PT Bhinneka Nusantara Mandiri guna mewujudkan komitmen percepatan transformasi digital di sektor maritim.
Baca Selengkapnyae&, Telecom Egypt, Telin dan Operator India tandatangani MoU Pengembangan SKKL ICE IV.
Baca SelengkapnyaOperator seluler berlomba-lomba melakukan kerja sama dengan penyedia satelit orbit rendah, termasuk Indosat Ooredoo Hutchison.
Baca SelengkapnyaImplementasi IoT dalam skala besar sering dianggap kompleks untuk dikelola, tidak hanya karena banyaknya jenis perangkat dan kompleksitas teknologinya.
Baca SelengkapnyaSejauh ini, terdapat 38 SKKL di Singapura dan menjadikannya hub teramai di dunia dibandingkan dengan Mesir, Marseille, dan Tokyo.
Baca SelengkapnyaBTS akan tetap diperlukan meskipun ada teknologi satelit. Keduanya saling melengkapi.
Baca SelengkapnyaXL Axiata gencar membangun jaringan 4G, antara lain penambahan lebih dari 120 BTS 4G di NTT.
Baca SelengkapnyaTak mudah bagi industri telekomunikasi untuk menatap masa depan. Butuh bantuan pemerintah agar bisnis mereka terus berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaRespons XL Axiata tak terduga saat ramai Starlink.
Baca SelengkapnyaSinyal layanan internet PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) tersedia di puluhan pulau terpencil di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Baca Selengkapnya