Industri film animasi Indonesia butuh 'bapak asuh'
Merdeka.com - Industri animasi Indonesia seakan dalam posisi hidup segan, mati tak mau. Ya, mungkin itu gambaran yang sering disebutkan orang-orang di industri kreatif digital. Namun, setidaknya kini mulai ada perubahan.
"Ada perubahan ke arah baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," ungkap Assisten Produser Dreamtoon, Donny Sugeng Riyadi saat bincang santai dengan Merdeka.com di kantornya kawasan Senayan City, Jakarta, (26/2).
Indikatornya, kata dia, saat ini sudah banyak animator yang terus bergerak membuat animasi. Sayangnya, pergerakan baik ini bukan dari sisi industri perfilman animasinya.
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Apa yang dibutuhkan Jakarta untuk jadi kota global? 'Jakarta memerlukan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan anggaran kurang lebih Rp600 triliun,' kata Heru dalam sambutannya di acara Jakarta Investment Festival (JIF) di Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (6/9/2024).
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Kenapa AMA Malang tekankan pentingnya platform di era digital? 'Pentingnya platform dalam pengembangan bisnis ini sangat vital,' jelasnya.
"Kebanyakan dari para animator itu mengerjakan proyek dari luar. Ibaratnya hanya 'jahit' film animasi," katanya.
Kondisi seperti ini tidak bisa dibantah. Seperti buah simalakama, mau tidak mau animator harus berpikir realistis daripada mempertahankan idealisme.
"Di sisi lain, mereka pun butuh hidup," ungkapnya.
Hal ini terjadi akibat tidak adanya media yang mau menayangkan film animasi karya anak bangsa sendiri.
"Letak persoalannya itu lebih ke arah harga jual. Gambarannya, animator sudah mengeluarkan cost produksi yang mahal, tapi ketika ditawarkan di televisi, harganya jatuh. Jauh dari biaya produksi," paparnya.
Lebih jauh Donny mencontohkan misalnya cost produksi yang dikeluarkan untuk satu episode dengan durasi 11 menit membutuhkan dana Rp 100 juta. Tapi, ketika dijual ke televisi, harganya turun jauh dibandingkan cost produksi.
"Berbeda dengan sinetron-sinetron yang cost produksi hanya Rp 80 juta per episode tapi bisa dijual lebih dari itu. Makanya, tidak heran banyak sinetron yang sukses daripada film animasi," selorohnya.
Kendala-kendala untuk membangkitkan film animasi Indonesia disadari olehnya.
"Yang jelas, animator itu butuh platform dan dukungan pemerintah," tegasnya.
Sebetulnya, kata dia, dulu waktu jaman Marie Elka Pangestu menjadi menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (Menparekraf) ada salah satu studio animasi asal Malang yang didanainya. Namun sayangnya, lagi-lagi harus kandas.
"Hanya dua atau tiga episode saja. Tayang di Indosiar juga," ujarnya.
Lalu, apakah mungkin jika hasil karya film animasi anak bangsa menggunakan media milik pemerintah seperti TVRI? Donny pun menjelaskan jika hal itu sudah pernah dibahas. Tapi, proses birokrasinya terlalu ribet.
"Harus ikutan lelang dan lain-lain," singkatnya.
Jika televisi swasta pasti berpikir profit, apakah tidak ada platform pemerintah yang mau mendukung film animasi tanah air? Semoga industri film animasi, menemukan "bapak asuh" yang sesuai.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dii balik peluang yang besar itu, terdapat tantangan sosial yang perlu diatasi bersama
Baca SelengkapnyaLangkah-langkah ini guna mendorong ekonomi kreatif di Indonesia semakin semarak.
Baca SelengkapnyaPeluncuran Situs www.iffa.id sebagai upaya mudahkan proses produksi Film Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTermasuk bagaimana upaya mereka dalam menangani proteksi konten dari pembajakan.
Baca SelengkapnyaFadli Zon dan Giring Ganesha mengadakan diskusi yang bertajuk Ngopi Pagi di Jakarta pada hari Senin, 4 November 2024.
Baca SelengkapnyaPotensi besar sebagai digital hub tak boleh dilepaskan begitu saja.
Baca SelengkapnyaMenaker mengatakan, SDM yang kompeten sangat dibutuhkan.
Baca SelengkapnyaKonten kreator bisa menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca SelengkapnyaVidio yang saat ini menjadi leading di Indonesia karena memang disukai oleh jutaan masyarakat di Indonesia dengan konten lokalnya
Baca SelengkapnyaPeluang karir di industri blockchain tidak terpatok hanya dalam sektor IT (developer saja), tetapi tetap membutuhkan sektor lain.
Baca SelengkapnyaDukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.
Baca Selengkapnya