Ini bahaya besar yang mengintai remaja pengguna smartphone
Merdeka.com - Bagi generasi millenial, terutama remaja, gadget seperti smartphone sudah menjadi bagian hidup yang serba internet. Sayangnya semakin maraknya smartphone di dunia remaja juga memicu timbulnya bahaya tersendiri. Apa itu?
Berdasarkan penelitian Kaspersky Lab dan B2B International tahun 2015 lalu pada pengguna internet berumur 16-24 tahun, terungkap bila remaja lebih rentan kehilangan smartphone ketimbang pengguna dewasa. Satu dari tujuh remaja atau 17 persen pengguna internet dilaporkan pernah kehilangan smartphone. Sementara 13 persennya mengaku pernah kecurian smartphonenya.
Sayangnya bahaya tidak berhenti pasca smartphone mereka hlang atau dicuri. Sebab, 83 persen remaja mengatakan mereka menderita konsekuensi buruk setelah kejadian itu.
-
Bagaimana cara kejahatan siber mendapatkan informasi sensitif? Beberapa pemateri juga menjelaskan mengenai social engineering atau praktik manipulasi psikologis yang dilakukan oleh penyerang (pelaku kejahatan siber) untuk memperoleh informasi sensitif, mendapatkan akses ke sistem atau sumber data yang seharusnya terbatas.
-
Apa dampak adiksi smartphone ke tubuh? 'Dalam aspek kognitif jadi mudah lupa, istilahnya tidak konsentrasi begitu lah ya. Terus secara fisik, dia bisa obesitas,' jelasnya dilansir dari Antara.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
-
Mengapa orang khawatir soal smartphone? Selama bertahun-tahun, masyarakat khawatir bahwa gelombang radio yang dipancarkan oleh smartphone—jenis radiasi non-ionisasi—dapat memicu kanker otak.
-
Siapa pelaku pencurian handphone? Pelaku berinisial MS (39), dua kakinya ditembak sebanyak 3 kali.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
Sepertiga (32 persen) dari remaja berusia 16-24 tahun mengalami peretasan terhadap akun online mereka sebagai dampak kehilangan atau pencurian perangkat. Satu dari empat menderita kerugian permanen terhadap foto-foto pribadi dan video yang berharga (25 persen), bersamaan dengan bocornya informasi pribadi yang sensitif (24 persen).
Celakanya, saat pengguna kehilangan atau dicuri smrtphonenya, hanya empat dari sepuluh yang memblokir perangkat melalui operator seluler atau melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Bahkan, hanya 29 persen yang menghapus data-data di perangkat dari jarak jauh atau bahkan mencoba untuk melacaknya menggunakan perangkat lunak 'find my device' (15 persen).
"Oleh karena itu sangat penting untuk, setidaknya, melindungi password, mengenkripsi semua data-data yang sensitif, serta rutin melakukan pembaharuan aplikasi keamanan mobile. Menggunakan fitur anti-pencurian, sebagai bagian yang lebih luas dari solusi keamanan, untuk memblokir pihak ketiga, membantu menemukan perangkat dan apabila diperlukan membersihkan data-data pribadi di dalamnya, dapat sangat berguna kedepannya dalam melindungi pengguna, bahkan setelah mengalami kehilangan atau pencurian perangkat mobile," ungkap Evgeny Guryanov, Product Manager di Kaspersky Lab.
Sumber: Kaspersky Lab
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaLiterasi digital diharapkan mampu berperan penting untuk memberikan sosialisasit terkait pencegahan dan penekanan lonjakan angka judi online.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pekerjaan rumah besar pemerintah saat ini salah satunya membatasi akses internet atau situs porno di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWHO memperingatkan adanya efek buruk dari penggunaan media sosial.
Baca SelengkapnyaKondisi tersebut memunculkan ancaman baru di dunia digital berupa kekerasan digital berbasis gender.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaKelimanya merupakan warga Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten.
Baca SelengkapnyaPenangkapan para remaja tersebut dilakukan setelah polisi melakukan patroli siber.
Baca SelengkapnyaBerikut deretan negara-negara yang warganya sering dikuntit secara digital.
Baca SelengkapnyaData dari BNN, BRIN, NPS di 2021, membuktikan penggunaan narkoba relatif meningkat di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMiris, seorang bocah SD di Situbondo mengaku ikut-ikutan tren viral media sosial dengan menyakiti diri sendiri.
Baca Selengkapnya