Ini cara Google berantas kebohongan dan 'hoax' di internet
Merdeka.com - Internet sejak lama sudah dianggap sebagai ladang kebohongan oleh banyak orang, bahkan ada pepatah yang mengatakan 'tidak ada ruang untuk kebenaran di internet. Akan tetapi, anggapan itu sepertinya bakal segera hilang.
Menurut laporan New Scientist, Google kini sedang tertarik mengembangkan ide baru untuk membersihkan internet dari kebohongan bersenjatakan metode 'ranking' baru, Business Insider (03/03).
Google kabarnya bakal mengubah algoritma situs mereka demi mendukung langkah penghapusan 'hoax' dari jagat maya ini. Jumlah kunjungan atau 'klik' link atau tautan di website bukan lagi menjadi acuan utama. Sistem baru Google akan menghitung fakta yang ada di sebuah laman web.
-
Apa Google itu? Google, yang kini menjadi elemen penting dalam kehidupan digital kita, diciptakan oleh dua inovator teknologi, Larry Page dan Sergey Brin.
-
Apa yang paling dicari di Jakarta? Dari lima area di Jakarta, Jakarta Selatan menjadi wilayah terpopuler dengan persentase popularitas dalam pencarian sebesar 31,8 persen. Diikuti Jakarta Barat 26,8 persen, Jakarta Utara 17,9 persen, Jakarta Timur 16,6 persen dan Jakarta Pusat 6,9 persen.
-
Apa itu Pencarian Aman pada Google? Pencarian aman atau SafeSearch adalah fitur yang disediakan oleh Google untuk membantu mengontrol dan membatasi konten yang muncul dalam hasil pencarian, terutama untuk melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas atau tidak sesuai.
-
Siapa yang mulai meninggalkan Google? Minat generasi Z di Amerika Serikat (AS) untuk melalukan pencari informasi berita melalui platform Google terus mengalami penurunan.
-
Apa yang Google kembangkan? Google kembali membuat gebrakan di bidang teknologi kesehatan dengan mengembangkan program kecerdasan buatan (AI) yang dapat memprediksi tanda-tanda awal penyakit berdasarkan sinyal suara.
-
Siapa yang Google ajak kerjasama? Dalam upaya implementasinya, Google menggandeng perusahaan asal India, Salcit Technologies, yang berfokus pada AI di bidang kesehatan pernapasan.
Jika sebelumnya Google mengatur peringkat website berdasarkan popularitas, ke depan rencananya mereka mengandalkan jumlah fakta yang ada. Jadi, website-website yang doyan mengumbar kebohongan tidak akan mudah terlihat oleh netizen.
Nantinya, jumlah kebohongan itu akan dikumpulkan di database tersendiri dan menjadi pedoman 'nilai' akhir dari website itu.
Oleh sebab itu, website yang sangat populer belum tentu menjadi yang paling jujur, dan akhirnya akan terlihat ada di urutan paling buncit di laman pencarian. Google memang berupaya merubah pencarian 'terpopuler' menjadi pencarian 'paling berkualitas'.
Sayangnya, penerapan 'detektor' kebohongan Google belum akan diterapkan dalam waktu dekat. Apakah Anda setuju dengan langkah yang akan diambil Google ini?
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Google menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan pencarian. Tetapi, peminat Google belakangan ini mengalami tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaBahkan, TikTok mulai menempati posisi teratas hampir setiap hari pada bulan Agustus. Sementara Google memegang posisi pertama hanya beberapa hari saja.
Baca SelengkapnyaGoogle akan berhenti beroperasi di Indonesia imbas boikot? Simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaData terbaru menunjukkan 45 persen dari Generasi Z kini lebih suka menggunakan media sosial untuk pencarian daripada Google.
Baca SelengkapnyaGoogle melalui pembaruan fitur “Result About You” dapat melacak informasi pribadi yang masih tercecer di pencarian.
Baca SelengkapnyaSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaFitur Pencarian Aman mendukung pengawasan internet pada anak.
Baca SelengkapnyaOpenAI mengumumkan pihaknya akan merilis SearchGPT, sebagai pesaing berat Google. Teknologi termutakhir bakal tersemat di SearchGPT.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi Arie menyampaikan rencana pertemuannya dengan perwakilan raksasa teknologi Google.
Baca SelengkapnyaJika diketik kalimat ini di Google, semua data pribadi akan disedot hacker.
Baca SelengkapnyaDengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat akan semakin waspada terhadap konten hoaks di media sosial yang berpotensi menyesatkan jelang Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya