Jumlah Aktivitas Kriminal di Aplikasi Telegram Melonjak
Merdeka.com - Laporan The Financial Times (FT) dan Cyberint menemukan, ada peningkatan lebih dari 100 persen dalam penggunaan Telegram oleh penjahat siber.
"Layanan pesan terenkripsi semakin populer di kalangan pelaku ancaman yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian," kata analis ancaman siber Cyberint Tal Samra.
"Itu (layanan pesan terenkripsi) lebih nyaman digunakan ketimbang dark web," kata Samra seperti dilansir Engadget, Selasa (21/9).
-
Bagaimana jaringan kriminal Asia Tenggara menggunakan Telegram? Menurut laporan UNODC, aktivitas ilegal yang terjadi di platform tersebut meliputi perdagangan data hasil peretasan, seperti informasi kartu kredit, password, dan riwayat penelusuran.
-
Apa yang dilakukan jaringan kriminal di Asia Tenggara di Telegram? Sebuah laporan terbaru dari UNODC, kantor PBB yang menangani urusan narkoba dan kejahatan, mengungkapkan bahwa aplikasi Telegram telah menjadi sarana utama bagi jaringan kriminal di Asia Tenggara untuk melakukan aktivitas ilegal dalam skala besar.
-
Kenapa Telegram menjadi platform favorit jaringan kriminal di Asia Tenggara? Laporan tersebut juga menunjukkan adanya bukti kuat mengenai pasar data gelap yang beralih ke Telegram, di mana penjual secara aktif menargetkan kelompok kejahatan terorganisir transnasional yang beroperasi di Asia Tenggara.
-
Kapan serangan siber meningkat? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Jurist, Senin (11/12), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Dimana serangan siber diprediksi meningkat? Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap infrastruktur kritis telah meningkat, dengan penjahat siber yang menargetkan jaringan energi, infrastruktur kesehatan, dan bahkan sistem pemilihan umum.
-
Dimana aktivitas ilegal di Telegram terjadi? Laporan tersebut juga menunjukkan adanya bukti kuat mengenai pasar data gelap yang beralih ke Telegram, di mana penjual secara aktif menargetkan kelompok kejahatan terorganisir transnasional yang beroperasi di Asia Tenggara.
Samra juga menambahkan, selain lebih nyaman daripada dark web, Telegram juga dinilai cenderung kurang diawasi oleh pihak berwenang.
Laporan tersebut menemukan, jumlah aktivitas kriminal di aplikasi Telegram melonjak usai munculnya perubahan kebijakan privasi WhatsApp.
Sebelumnya, para pengguna WhatsApp sempat memprotes kebijakan aplikasi milik Facebook itu. Pasalnya, WhatsApp meminta penggunanya untuk menerima kebijakan yang memungkinkan mereka berbagi data dengan Facebook.
WhatsApp pun mengklarifikasi bahwa mereka tidak akan bisa membaca komunikasi pribadi penggunanya, meski tidak sedikit orang yang memilih bermigrasi ke Telegram.
Dalam laporan FT dan Cyberint, ditemukan jaringan besar hacker yang berbagi dan menjual kebocoran data di kanal Telegram dengan puluhan ribu pelanggan.
Respons Telegram
Telegram pun mengklaim sudah menghapus saluran/ channel, tempat di mana sekumpulan data dalam jumlah besar termasuk email dan kata sandi dijual. Penghapusan dilakukan setelah FT melaporkan temuan mereka pada perusahaan.
Telegram juga mengatakan, mereka "memiliki kebijakan untuk menghapus data pribadi yang dibagikan tanpa persetujuan."
Pihak Telegram juga mengaku memiliki "kemampuan moderator profesional yang terus bertambah" yang menghapus 10 ribu komunitas publik setiap harinya, karena melanggar syarat dan ketentuannya.
Sumber: Liputan6 / Giovani D. Prasasti (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penipu menggunakan wajah seseorang yang dikenal oleh korban .
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya mencatat total kejahatan, pada 2023 sebanyak 52.430 kasus
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kasus kebocoran data pribadi semakin sering terjadi dan menjadi perhatian utama di semua sektor.
Baca SelengkapnyaIni merupakan data dari PPATK sejak 2017 hingga 2024.
Baca SelengkapnyaLewat grup telegram untuk memberikan konten- konten pornografi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta.
Baca SelengkapnyaPPATK: Transaksi Judi Online Lebih Tinggi dari Penipuan dan Korupsi
Baca SelengkapnyaAlat pembayaran judol kini juga sudah lebih mudah melalui QRIS, dompet digital hingga bergeser ke kripto.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaPolisi membongkar prostitusi online lewat grup telegram ‘Premium Place’.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mencatat, ada 481 pengaduan terkait kasus anak korban pornografi dan cyber crime.
Baca Selengkapnya