Kandang.in, platform investasi hubungkan investor dengan peternak
Merdeka.com - Bisnis peternakan, memang selalu menggiurkan. Namun, tak jarang juga butuh modal. Kesulitan modal kerap dialami oleh peternak kecil. Perbankan bagi mereka, bukan jadi solusi untuk menyuburkan usahanya. Maklum, rangkaian syarat dan sulitnya proses seringkali seperti dipukul mundur.
Alhasil, para peternak kecil yang notabene memiliki kandang, membiarkannya tak terisi. Hal itulah yang memacu Gilang Kurniadi dan teman-temannya bergerak mencari ide untuk mengatasi persoalan ini.
Sebagai jebolan informatika Institut Teknologi Bandung (ITB), ia pun bergerak cepat membuat solusi permasalahan tersebut menggunakan teknologi yakni melalui platform investasi. Platform investasi itu dia sebut Kandang.in dan telah didaftarkan ke program gerakan 1000 startup.
-
Bagaimana Peternak muda di Nganjuk memulai bisnisnya? Untuk yang mau mulai saran saya bisa dimulai dari breeding dulu, karena saat ini beternak dengan cara penggemukan sudah sangat banyak dan modal pakannya akan sangat banyak serta konsisten.
-
Siapa peternak muda sukses di Nganjuk? Muhammad Nizar Rohman asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, berhasil mewujudkan mimpinya sukses di usia muda melalui budidaya hewan domba.
-
Bagaimana cara memulai investasi? Bagi para investor pemula sebaiknya tidak langsung membeli produk investasi tanpa mengetahui profil risiko. Profil risiko investor umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu resiko rendah, sedang, dan tinggi.
-
Bagaimana cara investor lokal membangun IKN? Investor-investor lokal menunjukkan kesiapan yang matang untuk membangun sektor Sumbu Kebangsaan. Namun, investor internasional yang sudah terkenal secara kualitas dan memilki komitmen besar juga turut menjadi mitra bagi investor lokal.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi pelaku bisnis? Dibandingkan dengan portal Pencari Tarif ASEAN sebelumnya, portal terbaru akan memuat perjanjian perdagangan termutakhir, serta cakupannya diperluas dengan memuat informasi mengenai komitmen tarif; ketentuan asal barang (rules of origin); hambatan non tarif (non tariff measures/NTMs); prosedur impor, ekspor, dan perbatasan; serta informasi lainya.
"Harapannya ide saya untuk membuat platform yang menghubungkan investor dan peternak dengan menggunakan konsep investasi syariah, dapat divalidasi dan direalisasikan," ujar dia.
Meski begitu, memiliki tujuan mulia untuk membantu para peternak di desa yang kekurangan modal dan membantu mengatasi keadaan Indonesia yang sedang defisit daging nasional sebesar 40 persen, tidak menghalangi Kandang.in dalam menemukan berbagai kendala dalam membangun bisnisnya.
"Salah satu kendala paling besar yang dialami itu, karena saya dan rekan-rekan saya tidak memiliki latar belakang keahlian di bidang peternakan. Hal ini yang kadang membuat kami mengalami kesulitan dalam hal operasional dan strategi bisnis, jadi masih sering meraba-raba," ungkap dia.
Kendala tersebut tidak menghentikan langkah Gilang bersama dua co-founder-nya, Ginanjar dan Fransiskus. Mereka berinisiatif untuk mengikuti berbagai pelatihan mengenai bisnis peternakan. Selain itu mereka juga terbuka untuk menerima pihak yang ahli di bidang peternakan untuk bekerja sama dengan mereka, asal tetap memiliki visi dan misi yang sama.
"Semoga Kandang.in dapat segera diresmikan dan direalisasikan, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Jadi kita sebagai generasi muda dapat memberikan dampak yang baik kepada Indonesia. Untuk industri startup di Indonesia semoga juga ke depannya dapat semakin memberikan solusi yang cerdas dan cemerlang dalam menyelesaikan berbagai masalah yang ada di negeri ini," tutup Gilang dalam keterangan resmi dari gerakan 1000 startup.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
CEO BroilerX, Prastyo Ruandhito menuturkan pihaknya berupaya menghadirkan skema bisnis dari hulu-hilir.
Baca SelengkapnyaAda empat tantangan besar yang dihadapi dalam pengembangan industri fintech di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHana mulai beternak ayam broiler pada tahun 2008. Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal
Baca SelengkapnyaPadahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, Alwi cukup khawatir dengan kondisi peternakan domba dan kambing di Indonesia yang sebagian pemainnya adalah kalangan orang tua.
Baca SelengkapnyaAdanya pelaku UMKM yang mengajukan pinjaman melalui Fintech lending, disebabkan mereka yang selama ini belum dapat mengakses industri perbankan.
Baca SelengkapnyaMeski dikaitkan dengan tempat kotor, budidaya ternak memiliki potensi bisnis besar.
Baca SelengkapnyaGanjar bicara memiliki program bernama Kredit Lapak, kredit murah khusus untuk para pedagang pasar saat menjabat Gubernur Jateng.
Baca SelengkapnyaTirta melihat, tantangan tersebut menjadi tanggung jawab bersama khususnya pemerintah agar bisa mengatur terkait dengan penggunaan blockchain ini.
Baca Selengkapnya