Kecerdasan buatan akan dimanfaatkan penjahat siber
Merdeka.com - Semakin canggihnya teknologi, maka tak bisa dimungkiri akan semakin canggih juga kejahatannya. Hal itu merupakan sesuatu yang mutlak terjadi. Hal itu diungkapkan oleh peneliti keamanan dari Avast.
Avast memperkirakan akan ada kejahatan siber baru selain kejahatan siber yang sudah ada sebelumnya pada 2018, seperti serangan siber dengan program artificial intelligence (AI). Sebagaimana diketahui, AI atau kecerdasan buatan ini tengah menjadi trending di dunia teknologi. Semua perusahaan berlomba-lomba menerapkan kecerdasan buatan.
"Kami memperkirakan penjahat siber akan memanfaatkan teknologi AI untuk meluncurkan serangan phising yang canggih, di samping serangan malware," kata Ondrej Vlcek, CTO & EVP, Avast melalui keterangannya, Selasa (30/1).
-
Dimana serangan siber diprediksi meningkat? Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap infrastruktur kritis telah meningkat, dengan penjahat siber yang menargetkan jaringan energi, infrastruktur kesehatan, dan bahkan sistem pemilihan umum.
-
Kenapa serangan ransomware semakin meningkat? Laporan itu menyebutkan jenis serangan ransomware ini di mana penjahat siber secara aktif menyusup ke infrastruktur teknologi & informasi organisasi untuk menyebarkan ransomware, meningkat 2,75x year over year.
-
Kapan serangan siber meningkat? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Jurist, Senin (11/12), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Apa saja penyebab perangkat terserang ransomware? Berikut beberapa penyebab umum perangkat terserang ransomware: Phishing Kelemahan Keamanan Software Akses Jarak Jauh yang Tidak Aman Lemahnya Penggunaan Password Kurangnya Kesadaran Keamanan Pekerja yang Melakukan Pekerja dari Rumah (WFH) Pengunduhan Drive-by Lemahnya Penggunaan Backup
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Apa saja serangan siber yang paling sering terjadi? Laporan tersebut menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari yang berkaitan dengan ransomware, fraud, hingga identity and social engineering.
Selain itu, Avast juga memperkirakan peningkatan serangan massal, serangan ransomeware, serangan terhadap perangkat Internet of Things (IoT), malware cryptomining dan serangan terhadap layanan yang dibangun dengan Blockchain.
Laporannya juga mengindikasikan potensi serangan rantai pasokan tingkat tinggi akan muncul, dan peningkatan serangan dari fileless malware, pelanggaran data dan serangan pada perangkat mobile, misalnya trojan perbankan.
"Semakin bertambahnya kerangka pembelajaran mesin yang open source, ditambah dengan penurunan harga perangkat keras yang signifikan, penjahat siber kian memiliki peluang untuk menggunakan kerangka pembelajaran mesin untuk menyusup melewati algoritme pembelajaran mesin yang dikembangkan perusahaan keamanan," jelasnya.
Maka dari itu, pihaknya mewanti-wanti agar pengguna lebih waspada terkait ancaman ini. Terlebih bagi pengguna ataupun produsen yang menyematkan teknologi kecerdasan buatan.
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaPelanggaran data dan ransomware merajalela, AI jadi senjata baru. Bagaimana Indonesia?
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaBerikut prediksi teknologi berbasis AI yang akan berubah menyeramkan di 2024.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaUMKM perlu waspada serangan hacker, seiring UU PDP bakal diberlakukan.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2025, diperkirakan teknologi akan semakin mendukung aktivitas manusia.
Baca SelengkapnyaSebanyak 4.785.898 deteksi ancaman daring berhasil diblokir selama periode April hingga Juni tahun ini.
Baca SelengkapnyaFaktor keamanan data digital masih menjadi diskusi di ruang publik.
Baca SelengkapnyaPada Q3 tahun 2024, para ahli Kaspersky menemukan bahwa jumlah pengguna yang mendapati aplikasi VPN gratis palsu meningkat.
Baca Selengkapnya