Kecerdasan buatan mampu ungguli diagnosis dokter?
Merdeka.com - Sistem kecerdasan buatan kembali menunjukkan tajinya di bidang kesehatan. Kali ini, kecerdasan buatan asal Tiongkok yang dilaporkan berhasil mengungguli kemampuan diagnosis dokter.
Dilaporkan Xinhua via Liputan6.com, sebuah sistem kecerdasan buatan berhasil mengalahkan tim yang terdiri dari 15 doktor kenamaan Tiongkok dalam hal mendiagnosis tumor otak dan memprediksi hematoma.
Dari uji coba yang dilakukan, kecerdasan buatan berhasil mengungguli kemampuan dokter saat melakukan diagnosis dua penyakit tersebut. Dikutip dari The Next Web via Liputan6.com, Kamis (5/7), kecerdasan buatan ini diberi nama BioMind.
-
Bagaimana AI ini membaca pikiran? Alat ini nantinya bekerja dengan cara menggunakan sebuah topi yang akan merekam aktivitas listrik di otak melalui kulit kepala penggunanya, atau yang disebut dengan electroencephalogram (EEG). Mengutip Techxplore, Jumat, (15/12), gelombang EEG ini nantinya akan menangkap karakteristik dan pola tertentu dari otak manusia. Sehingga model AI yang disebut DeWave ini akan menerjemahkan EEG menjadi kata dan kalimat dari hasil mempelajari data EEG yang terekam.
-
Bagaimana AI membantu dokter di UGD? Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan tersebut, digunakan alogaritma tertentu untuk menganalisis rekam medis pasien. Hal ini dapat membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis.
-
Siapa yang mengembangkan AI ini? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Apa yang dilakukan AI di penelitian ini? Para peneliti dari Pusat Kecerdasan Buatan, Universitas Teknologi Sydney (UTS), untuk pertama kalinya mengembangkan teknologi AI berbasis sistem portable dan non-invasif, yang dapat menerjemahkan isi pikiran manusia ke dalam teks.
-
Bagaimana kecerdasan buatan membantu pekerjaan manusia? Dengan ini, peran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
-
Bagaimana AI diterapkan dalam layanan kesehatan? Dalam paparannya, ia menjelaskan penerapan model 4P dalam layanan kesehatan yakni prediktif, pencegahan, partisipatif, dan personal. Model tersebut meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan aksesibilitas bagi masyarakat Indonesia.
Sistem ini dikembangkan oleh Artificial Intelligence Research Centre for Neurological Disorders dari Rumah Sakit Tiantan Beijing. Saat uji coba, kemampuan BioMind ternyata berada di atas rata-rata kemampuan para dokter.
Saat menelaah sejumlah kasus tumor otak, BioMind berhasil memprediksi benar sekitar 87 persen. Sementara para dokter hanya mampu menjawab benar 66 persen dari kasus yang diberikan.
Kecerdasan buatan ini juga mampu menganalisis kasus dengan lebih cepat. Dalam 15 menit, BioMind berhasil melakukan diagnosis 225 kasus, sedangkan para dokter hanya 30 kasus.
Ketika membahas soal hematoma di otak, BioMind juga berhasil menjawab dengan benar 83 persen kasus yang diajukan. Adapun para dokter hanya dapat melakukan diagonsis yang benar untuk 63 persen kasus.
Kemampuan kecerdasan buatan ini ditunjang dengan ribuan gambar arsip milik Rumah Sakit Tiantan Beijing. Kemampuan BioMind juga disebut setara dengan dokter senior dengan tingkat akurasi 90 persen.
"Saya harap dengan kompetisi ini, para dokter dapat mengetahui kemampuan kecerdasan buatan dan dapat memahaminya lebih lanjut," tutur VP Rumah Sakit Tiantan Beijing, Wang Yongjun.
Pemanfaatan kecerdasan buatan pemanfaatan di bidang kesehatan memang sedang diuji coba sejumlah pihak. Salah satu perusahaan yang melakukan hal tersebut adalah Google Bersamaan dengan anak perusahaannya, Verily, Google memanfaatkan software berbekal machine learning untuk menganalisis mata seseorang.
Software itu diklaim akurat untuk mengumpulkan data seseorang, mulai dari umur, tekanan darah, termasuk kebiasaannya merokok. Berbekal data tersebut, software lantas dapat memprediksi apakah seseorang menderita masalah jantung, misalnya berpotensi terkena serangan jantung.
Software besutan Google ini disebut memiliki akurasi yang sama dengan metode paling mutakhir sekarang ini.
Secara metode, software ini dapat menjadi alternatif baru bagi dokter untuk menganalisis seseorang. Alasannya, hasil pengujian ini membuat proses analisa lebih cepat dan mudah, termasuk tak lagi membutuhkan uji darah.
Kendati demikian, metode ini masih perlu diuji lebih lanjut sebelum benar-benar diterapkan dalam keperluan medis.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Agustinus Mario Damar
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi.
Baca SelengkapnyaAda perbedaan mencolok penggunaan AI di sektor kesehatan negara maju dibandingkan negara berkembang.
Baca SelengkapnyaAI dinilai dapat membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis.
Baca SelengkapnyaDipakaikan Lengan Robot, Monyet ini Bisa Ambil Buah Stroberi dengan Cekatan
Baca SelengkapnyaTeknologi revolusioner dan mutakhir yang masih dikembangkan ini memungkinkan deteksi dini terhadap berbagai penyakit.
Baca SelengkapnyaJika penemuan penggunaan AI untuk identifikasi sel kanker ini berhasil, banyak nyawa yang bisa terselamatkan dengan cepat.
Baca SelengkapnyaAI Talent Management menjadi solusinya dan perlu segera diterapkan.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah robot AI humanoid yang dapat melakukan tugas-tugas manusia.
Baca SelengkapnyaPenelitian ini diklaim bisa membaca pikiran manusia.
Baca SelengkapnyaOperasi jarak jauh ini sukses karena teknologi berbasis 5G.
Baca SelengkapnyaAda tujuan tertentu para ilmuwan Korea Selatan membuat teknologi pengendali pikiran jarak jauh.
Baca SelengkapnyaKetua Klaster Medical Technology menyebut pemanfaatan AI di bidang kedokteran harus tetap memperhatikan prinsip etika.
Baca Selengkapnya