Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kesenjangan Digital Masih Jadi Masalah Besar di Indonesia

Kesenjangan Digital Masih Jadi Masalah Besar di Indonesia Ilustrasi teknologi. ©Shutterstock/nopporn

Merdeka.com - Indonesia, menurut CEO GDP Labs On Lee, memiliki masalah besar dalam segi teknologi, yaitu kesenjangan teknologi. Hal tersebut disampaikannya dalam CSIS Global Dialogue 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta pada Senin (16/9) ini.

"Satu hal yang mudah saya lihat di Indonesia adalah perbedaan antara orang kaya dan miskin itu besar. Hal ini juga terjadi dalam teknologi. Ini adalah apa yang dinamakan digital divide," tutur Lee.

Lee melanjutkan, digital divide berarti adanya kesenjangan distribusi akses, penggunaan, dan pengaruh teknologi pada daerah-daerah di Indonesia. Dia melanjutkan kesenjangan ini dapat disebabkan oleh ada atau tidaknya akses, besar atau kecilnya bandwidth, baik atau buruknya kemampuan sumber daya manusia, dan terakhir sekaligus yang paling penting bagi Lee adalah mindset,

"Saya sering bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan yang saya temui adalah meskipun kota-kota tersebut memiliki kemampuan, bandwidth, dan sumber daya, mereka memiliki mindset yang salah," pungkas Lee.

Lee telah melihat bagaimana teknologi telah berevolusi secara bertahap. Dahulu ada komputer desktop yang besar tetapi kini telah menjadi laptop yang ramping. Internet awalnya tidak digunakan untuk jual beli, media sosial, dan lain sebagainya. Hal ini juga berlaku untuk komputasi cloud, gawai, dan bahkan artificial intelligence (AI).

"Orang-orang telah mengerti secara garis besar dan telah menggunakan teknologi-teknologi ini tetapi mereka masih belum memahami makna dari keberadaan mereka," tutur Lee.

Dia menjelaskan bahwa generasi Z, milenial, dan sebagian generasi X merupakan digital native atau mereka yang mengerti dan menggunakan rutin teknologi-teknologi yang ada. Generasi X dan Baby Boomer menjadi digital immigrant yang belum atau tidak menjadikan teknologi menjadi bagian utama kehidupannya. Keberadaan digital immigrant menjadi permasalahan yang dapat memicu digital divide.

Lee memiliki teori-teorinya sendiri bagaimana digital immigrant bisa masih ada.

Dari segi manusianya, Lee melihat masih adanya ketidakpedulian yang disebabkan dari perasaan bahwa teknologi tersebut tidak berpengaruh pada dirinya. Kemudian ada pula mindset yang tertutup untuk hal baru, kekurangan kemampuan digital, dan terlambatnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selain itu, ada pula mereka yang tidak sabar. Ketika melihat bagaimana teknologi gagal digunakan atau rumit, mereka langsung tidak lagi berniat mempelajarinya.

Sedangkan dari segi eksternal, Lee melihat adanya unsur-unsur seperti kurangnya infrastruktur, penerapan dan perkembangan teknologi yang sulit, dan mahalnya biaya.

Sebagao solusi, Lee memaparkan bagaimana mindset masa kini memiliki prbedaan dengan sebelumnya.

"Secara tradisional, kita hanya perlu untuk minimum bisa membaca dan menulis tetapi di jaman yang serba komputasi seperti sekarang, setiap orang setidaknya harus bisa membaca, menulis, dan berpikir secara komputasional," ujarnya.

Kemudian, sebagai kiat-kiat lain memberikan solusi, Lee menyebutkan ada dua poin terpenting, taitu investasi dan edukasi. Ini karena bagi Lee, kedua hal ini akan saling berkaitan.

Untuk itu, Lee memberi tips saat ingin berinvestasi di bidang teknologi.

"Pertama, teknologi harus telah mendapat dukungan dari pemerintah. Kemudian, teknologi juga harus hadir dengan riset akademik dan pengajaran yang tepat, terakhir adalah bagaimana teknologi telah diimplementasikan dalam industri. Jika semua ini sudah terpenuhi, itulah saat paling aman bagi anda berinvestasi teknologi tersebut," tuturnya.

Sedangkan untuk edukasi, Lee berharap ada campur tangan industri dan akademik.

"Menurut saya edukasi itu nomor satu. Seharusnya sudah sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga kuliah masyarakat dikenalkan dengan teknologi. Kemudian juga diperlukan industri baik yang bisa menjadi panjang tangan membantu dalam bidang akademik," tandasnya.

Reporter Magang: Joshua Michael (mdk/faz)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perangkat Teknologi dan Alat Komunikasi Indonesia Didominasi Impor, Presiden Jokowi: Kenapa Kita Diam? Kaget?
Perangkat Teknologi dan Alat Komunikasi Indonesia Didominasi Impor, Presiden Jokowi: Kenapa Kita Diam? Kaget?

Presiden pun mengaku prihatin bahwa Indonesia saat ini masih menjadi pengguna dari sektor perangkat teknologi dan informasi, belum bisa menjadi pemain pasar.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Kendala Pemerataan Infarstruktur Pusat dan Daerah
Ternyata Ini Kendala Pemerataan Infarstruktur Pusat dan Daerah

Setiap kementerian cenderung fokus pada target masing-masing tanpa mengutamakan kolaborasi.

Baca Selengkapnya
Penundaan 5G Jadi Ancaman Perkembangan Digital
Penundaan 5G Jadi Ancaman Perkembangan Digital

Ada indikasi bila pemerintah tidak segera melelang frekuensi 5G, maka digitalisasi akan terganggu.

Baca Selengkapnya
Sederet Persoalan Digital dan Internet di Indonesia
Sederet Persoalan Digital dan Internet di Indonesia

Analis Utama Politik Keamanan LAB 45 Christian Guntur Lebang menjelaskan, infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi persoalan utama.

Baca Selengkapnya
Jalan Panjang Indonesia Kuasai Peluang Ekonomi Digital di 2030
Jalan Panjang Indonesia Kuasai Peluang Ekonomi Digital di 2030

Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar untuk menuju ekonomi digital.

Baca Selengkapnya
Jokowi Keluhkan Indonesia Alami Defisit Rp30 T Dampak Maraknya Impor Perangkat Teknologi-Komunikasi
Jokowi Keluhkan Indonesia Alami Defisit Rp30 T Dampak Maraknya Impor Perangkat Teknologi-Komunikasi

Jokowi menyebut kondisi itu sangat memprihatinkan dan menjadi pekerjaan besar untuk pemerintah.

Baca Selengkapnya
Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok
Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok

Berikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.

Baca Selengkapnya
Kolaborasi Antar Sektor Jadi Kunci Pengembangan Ekosistem Digital
Kolaborasi Antar Sektor Jadi Kunci Pengembangan Ekosistem Digital

Upaya-upaya menumbuhkan pengembangan ekonomi digital perlu kerja bersama.

Baca Selengkapnya
Diskusi ATVI Bersama Wamen Komunikasi dan Informatika: Bangun Ekosistem Digital Inklusif
Diskusi ATVI Bersama Wamen Komunikasi dan Informatika: Bangun Ekosistem Digital Inklusif

Dii balik peluang yang besar itu, terdapat tantangan sosial yang perlu diatasi bersama

Baca Selengkapnya
Pekerjaan Rumah Menkominfo Era Prabowo Siap Menanti, Ini Daftarnya
Pekerjaan Rumah Menkominfo Era Prabowo Siap Menanti, Ini Daftarnya

Ada banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.

Baca Selengkapnya
Ini Beban yang Harus Ditanggung Operator Seluler di Indonesia, Pemerintah Diminta Bantu
Ini Beban yang Harus Ditanggung Operator Seluler di Indonesia, Pemerintah Diminta Bantu

Beban operator seluler selama ini sungguh berat. Tidak hanya bisnisnya saja, namun 'upeti' yang mesti dibayarkan ke pemerintah pun makin bengkak.

Baca Selengkapnya
Ganjar Siapkan Program Percepatan Infrastruktur Digital: Internet Kita Mesti Cepat!
Ganjar Siapkan Program Percepatan Infrastruktur Digital: Internet Kita Mesti Cepat!

Ganjar Pranowo menegaskan ekonomi digital adalah masa depan Indonesia.

Baca Selengkapnya