Liberalisasi telekomunikasi yang salah kaprah
Merdeka.com - Bagi investor telekomunikasi asing, Indonesia seperti seorang gadis cantik yang bukan hanya menarik, tapi juga sangat menggiurkan.
Betapa tidak? Bila jumlah pelanggan telekomunikasi saja sudah mencapai 240 juta orang, sementara average revenue per user (ARPU) yang blended katakanlah Rp 50 ribu, maka pendapatan per bulan sektor telekomunikasi di Indonesia mencapai Rp 12 triliun. Luar biasa!
Bagaimana dengan belanja perangkat telekomunikasi? Bila ditotal, perputaran uang di industri telekomunikasi nasional bisa mencapai Rp 150 triliun setiap tahunnya.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas telekomunikasi Indonesia? Dua orang yang bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, yaitu Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia), menyadari pentingnya menggunakan satelit untuk menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh.
-
Apa saja yang mendorong pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia? Program utama 'Peta Jalan Indonesia Digital 2022-2024' menjadi bukti nyata. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 100 ribu menara BTS yang tersebar di seluruh negeri, yang memberikan akses internet ke lebih dari 94% kota di Indonesia.
-
Bagaimana XL Axiata ingin menanggapi kehadiran Starlink di Indonesia? 'Pemerintah perlu memastikan equal playing field antara Starlink dengan operator yang sudah ada. Hal ini akan mendorong persaingan sehat dan meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat. Kami pun siap untuk berkolaborasi dengan Starlink dan membuka peluang kerjasama untuk memperluas jangkauan layanan internet,' lanjut Marwan.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Kenapa Telkom percaya diri bersaing di Bali? Pihaknya yakini dapat bersaing dengan sejumlah kompetitor yang sudah ada sebelumnya di Bali. Antara lain karena pengelola Indibiz sudah berpengalaman sebelumnya dalam mengelola Indihome. Selain itu, kata dia, ditopang oleh perusahaan telekomunikasi terbesar dengan jaringan pelayanan yang hampir merata di seluruh wilayah di Bali.
-
Mengapa XL Axiata membangun jaringan di Sulawesi? 'Sulawesi merupakan salah satu wilayah yang sangat menantang bagi XL Axiata dalam menggelar jaringan dan layanan telekomunikasi juga data. Pulau ini sangat luas dengan geografis yang tidak mudah. Di sisi lain, Sulawesi juga menjadi pintu gerbang menuju Kawasan Timur Indonesia dengan kota-kota penting dan tentunya pasar yang potensial. Karena itu, di Sulawesi kami tetap berusaha keras untuk terus menghadirkan layanan XL Axiata di area yang terus meluas hingga desa-desa pelosok.
Tentu bukan jumlah uang yang sedikit, apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa operator masih terus membangun, terbukti dengan EBITDA margin yang masih sangat tinggi, yang mana rata-rata masih di atas 40 persen.
Vendor pun ikut berebut kue telekomunikasi di Indonesia, kue yang mencapai Rp 30 triliun per tahun yang bisa dilihat dari capex semua operator. Indonesia bahkan sempat disebut Huawei Nation atau pun BlackBerry Nation, karena saking banyaknya produk dari dua vendor tersebut yang masuk pasar di tanah air.
Dari sisi pulsa, bila ditinjau dari kepemilikan operator di Indonesia, maka tentunya hampir 80 persen penghasilan pulsa lari ke luar negeri. Untunglah masih ada pungutan USO, BHP Jastel, dan BHP frekuensi sehingga Indonesia masih sedikit merasakan dari gemerlapnya industri telekomunikasi di tanah air.
Negara asing begitu seenaknya mengeruk pulsa-pulsa dari kantong orang Indonesia, sementara untuk Tanah Air sendiri, seperti tak ada yang tersisa.
Setelah direbutnya Telkom, lahirlah operator lain seperti Indosat pada 1967 yang sejak awal berdirinya dikuasai asing. Pemerintah RI baru mengambil alih kepemilikannya pada 1980 meski akhirnya lepas lagi pada dekade 2000-an sampai sekarang.
Kemudian berawal dari amanat dalam UU No. 3/1989 tentang Telekomunikasi, maka lahirlah operator seluler yang merupakan patungan dengan Telkom atau Indosat atau kedua-duanya, yaitu Satelindo dan Telkomsel.
Mulai dekade 2000-an, banyak bermunculan operator baru baik seluler maupun telepon nirkabel tetap seperti Mobile-8 Telecom, dan PT Bakrie Telecom.
Pada 2004, telah mulai muncul operator 3G, meski pemberian lisensinya sedikit kontroversial. Pemerintah telah memberikan izin secara gratis dengan harapan memperoleh pendapatan secara bertahap seiring dengan berkembangnya operator 3G.
Izin layanan 3G pertama diberikan kepada PT Cyber Access Communication (sekarang PT Hutchison Tri Indonesia) pada 2003 setelah menyisihkan sebelas peserta lainnya dalam sebuah beauty contest.
Lisensi untuk 3G melalui beauty contest ini bisa jadi merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir dalam sejarah industri telekomunikasi di Tanah Air.
Hal ini karena pemerintah segera membuat kejutan pada kuartal pertama 2004 dengan memberikan lisensi kepada Lippo Telecom (sekarang PT Axis Telekom) secara gratis dengan pita lebar 10 MHz.
Indonesia yang merupakan lahan subur bagi perusahaan telekomunikasi asing menjadikan masyarakat setempat seperti tamu di negeri sendiri.
Berakhirnya monopoli Telkom pada 2001 dan berganti menjadi duopoli, serta berakhirnya duopoli saluran tetap menjadi persaingan bebas pada 2009 pun tak bisa lepas dari peranan asing di dalamnya.
Kebijakan telekomunikasi di Indonesia yang cenderung berpihak kepada asing menjadikan pertumbuhan signifikan dari industri tersebut sepertinya semu. Akibatnya, mengilapnya bisnis telekomunikasi tak begitu dirasakan oleh masyarakat dalam negeri. (mdk/dzm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada hal lain nampaknya dari rayuan pemerintah ke Elon Musk untuk hadirkan satelit Starlink.
Baca SelengkapnyaKonsep hilirisasi digital dinilai tidak relevan dengan kenyataan di lapangan.
Baca SelengkapnyaKondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaPemerintah terlalu memberatkan keuangan perusahaan telekomunikasi dengan biaya penggunaan frekuensi yang semakin naik.
Baca SelengkapnyaRT RW net ilegal berpotensi merugikan ISP legal karena banyak faktor.
Baca SelengkapnyaSatelit internet Starlink milik Elon Musk akhirnya resmi masuk Indonesia. Apakah ini jadi ancaman perusahaan internet lokal?
Baca SelengkapnyaIndustri halo-halo sedang tidak baik-baik saja. Pemerintah harus hadir dengan terobosan regulasi.
Baca SelengkapnyaOperator seluler khawatir jika tidak ada ketidakadilan dalam berbisnis saat satelit Starlink Elon Musk masuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.
Baca SelengkapnyaTak mudah bagi industri telekomunikasi untuk menatap masa depan. Butuh bantuan pemerintah agar bisnis mereka terus berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaLayanan Direct to Cell akan segera dilakukan oleh Starlink.
Baca SelengkapnyaAda banyak dampak buruk bila suatu saat penggunaan Starlink sudah masif.
Baca Selengkapnya