Malang nian nasib peneliti Indonesia
Merdeka.com - Inovasi teknologi yang dibuat oleh Indonesia sejatinya ada banyak. Bahkan ada beberapa yang sudah bersinergi dengan industri. Namun sayangnya, agak 'terlupakan' nasib dari si peneliti yang belum mendapatkan insentif layak.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir pun membenarkannya.
"Itulah yang sedang saya perjuangkan. Kesejahteraan mereka belum begitu baik," ujarnya saat ditemui Merdeka.com di sela-sela kunjungannya di PT Karya Anugerah Rumpin (KAR), Bogor. (27/03).
-
Bagaimana cara peneliti meneliti Gunung Padang? Dengan menggunakan berbagai teknik termasuk electrical resistivity tomography (ERT), ground-penetrating radar (GPR), dan seismic tomography (ST), para peneliti mampu membuat gambaran fitur internal bukit serta kronologi konstruksinya.
-
Di mana penelitian dilakukan? Pada 2005, penggalian di Varnhem, Swedia, menemukan reruntuhan gereja Kristen.
-
Siapa peneliti yang melakukan penelitian ini? Para peneliti mencatat bahwa bias visual mereka ini bahkan mampu memprediksi persentase suara yang akan diterima oleh masing-masing kandidat.
-
Dimana penelitian dilakukan? Studi tersebut melibatkan 1.650 partisipan dari berbagai budaya, termasuk 373 orang dari Tiongkok, 474 dari Jerman, 401 dari Meksiko, dan 402 dari Amerika Serikat.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Siapa yang melakukan penelitian? Para peneliti dari Universitas Cincinnati menangkap tiga ekor piton Burma di sekitar Taman Nasional Everglades, lalu mengukur ukuran rahang mereka. Salah satu dari ular tersebut memiliki panjang tubuh mencapai 5,8 meter, menjadikannya piton terpanjang yang pernah tertangkap di Florida, meskipun bukan yang terberat.
Dirinya pun tidak menampik fakta jika kesejahteraan peneliti Indonesia masih miris. Pasalnya, menurutnya, kerja kerasnya menciptakan terobosan teknologi hanya mendapatkan gaji kecil tanpa insentif yang menggiurkan.
"Gaji mereka itu Rp 5 juta per bulan. Total Rp 10 juta ke bawah yang mereka dapatkan. Kalau inovasinya dipakai kan dapat royalti dari perusahaan yang menggunakan, tapi ini belum. Ini yang lagi saya ajukan ke Kementerian Keuangan," jelasnya.
Idealnya, kata dia, royalti yang didapatkan para peneliti itu 40 persen dari nilai inovasinya itu.
"Tahun ini akan saya perjuangkan terus dan harus bisa terealisasi. Negosiasi akan terus dilakukan," tutupnya.
Terkait persoalan ini, Syafruddin peneliti Bioteknologi dari LIPI pun enggan berkomentar.
"Ah.. gak komentar saya," singkatnya sembari tersenyum.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan ekonomi hijau.
Baca SelengkapnyaMengapa Fosil Dinosaurus Tidak Pernah Ditemukan di Indonesia? Alasannya Ternyata Klasik
Baca SelengkapnyaKementerian Investasi dan Hilirisasi menekankan pentingnya research and development (penelitian dan pengembangan) untuk memajukan sektor industri di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Baca SelengkapnyaIDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaMendiktisaintek menyatakan berkomitmen mempercepat penyelesaian beragam tantangan dalam pemajuan pendidikan tinggi tanah air.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaEkonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaSatryo menyebut jika penerima LPDP pulang tanpa lapangan pekerjaan yang cukup sama saja akan menyulitkan mereka.
Baca SelengkapnyaSituasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaPerhimpunan Periset Indonesia atau PPI menyebut dua capres, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo punya perhatian besar terhadap periset.
Baca Selengkapnya