Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mata Uang Kripto Ternyata Tak Ramah Lingkungan, Ini Alasannya!

Mata Uang Kripto Ternyata Tak Ramah Lingkungan, Ini Alasannya! Bitcoin. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Mata uang kripto, dengan Bitcoin sebagai salah satu varian paling populernya, merupakan salah satu alternatif baru dalam investasi. Keunggulannya adalah desentralisasi dan nilai tukar yang tinggi. Namun ada harga mahal yang dibayar, yakni kerusakan lingkungan.

Studi terbaru menunjukkan kalau konsumsi energi Bitcoin sangat boros luar biasa. Studi tersebut bahkan menyebut bahwa energi yang dihabiskan untuk transaksi Bitcoin tiap harinya lebih besar dari konsumsi energi negara Swiss.

Seperti kita ketahui, penggunaan listrik berlebih berdampak negatif pada lingkungan, karena jumlah bahan bakar fosil yang digunakan untuk menghasilkan listrik juga melahirkan gas rumah kaca dan polusi udara.

Mengutip laman The Verge via Tekno Liputan6.com, peneliti dari Universitas Cambridge memperkenalkan tool online bernama Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index atau CBECI. Tool ini bisa memperkirakan estimasi penggunaan energi Bitcoin secara real time.

Hasil kalkulasi CBECI menunjukkan jaringan Bitcoin mengkonsumsi lebih dari 7 gigawatt listrik. Angka ini setara dengan 64 TWh (terawatt per jam), yang lebih besar dari penggunaan energi Swiss yang sebesar 58 TWh.

Ini berarti, 0,25 persen konsumsi elektrik dunia terserap oleh Bitcoin. Jika diletakkan dalam perspektif, angka ini setara dengan konsumsi energi dari heater ceret kopi elektrik di Inggris selama 11 tahun.

Memang sudah bukan hal mengejutkan kalau Bitcoin memakan banyak sumber daya listrik. Penambangan Bitcoin di seluruh dunia membutuhkan komputer canggih dengan jumlah yang tidak sedikit, dalam kondisi tak pernah mati.

Namun, angka yang dihasilkan CBECI ini belum akurat karena rentangnya tinggi, yaitu berkisar dari 22 TWh hingga 150 TWh.

Sebagai perbandingan, ada juga angka perkiraan konsumsi listrik oleh bitcoin yang dirilis oleh Digiconomist, yang memperkirakan konsumsi listriknya mencapai 70 TWh, atau 6 TWh lebih besar dari CBECI, yang mana tentu lebih mengerikan.

Di sisi lain yang luput juga dari perhitungan, adalah banyaknya penambang Bitcoin yang menggunakan jalan ilegal. Mereka bergerak dengan meretas energi subsidi pemerintah dan memanfaatkannya untuk menambang Bitcoin Tak cuma menghabis-habiskan energi, namun mereka tak harus membayar biaya listrik tersebut.

Sumber: Liputan6.comReporter: Athika Rahma

(mdk/idc)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Uang Rupiah Lusuh Jadi Bahan Bakar PLTU Bolok Kupang
Uang Rupiah Lusuh Jadi Bahan Bakar PLTU Bolok Kupang

Uang Rupiah tidak layak edar itu dibakar bersama batu bara di PLTU Bolok.

Baca Selengkapnya
Paparan Timbal di Indonesia Timbulkan Kerugian Hingga Rp598,4 Triliun
Paparan Timbal di Indonesia Timbulkan Kerugian Hingga Rp598,4 Triliun

Pelaku industri diajak menggunakan bahan non timbal untuk jaga kesehatan dan lingkungan.

Baca Selengkapnya
Bukan Solusi Baik, Ini Penjelasan Pakar UGM Terkait Bahaya Membakar Sampah
Bukan Solusi Baik, Ini Penjelasan Pakar UGM Terkait Bahaya Membakar Sampah

Zat hasil pembakaran sampah dapat berisiko meningkatkan potensi kanker pada manusia.

Baca Selengkapnya
Dampak Membakar Sampah Plastik bagi Lingkungan, Bisa Tingkatkan Pencemaran Udara
Dampak Membakar Sampah Plastik bagi Lingkungan, Bisa Tingkatkan Pencemaran Udara

Membakar sampah plastik menjadi salah satu cara yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tapi, tindakan ini ternyata sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya
Kasus Mahasiswa di Depok Bikin Geger, Begini Seluk Beluk Tambang Crypto
Kasus Mahasiswa di Depok Bikin Geger, Begini Seluk Beluk Tambang Crypto

Kegiatan penambangan crypto semakin marak terjadi di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Besaran Pajak Aset Kripto Diminta untuk Ditinjau Ulang, Ini Sederet Alasannya
Besaran Pajak Aset Kripto Diminta untuk Ditinjau Ulang, Ini Sederet Alasannya

Saat ini terdapat berbagai jenis pajak aset kripto yang dikenakan di Indonesia, yaitu pajak penghasilan (PPh), PPN dan pajak tambahan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: KPK Blak-blakan Modus Baru Koruptor Berevolusi Makin Licik Rampok Duit Rakyat
VIDEO: KPK Blak-blakan Modus Baru Koruptor Berevolusi Makin Licik Rampok Duit Rakyat

Juru Bicara KPK Tessa Mahardika mengungkap modus baru koruptor yang terus berevolusi semakin licik merampok uang rakya

Baca Selengkapnya
Rupiah Digital Masih Tahap Eksperimen Agar Tak Terkendala Jika Mati Listrik
Rupiah Digital Masih Tahap Eksperimen Agar Tak Terkendala Jika Mati Listrik

Transaksi digital di Indonesia semakin pesat. Hal itu tercatat dalam laporan tahunan BI 2021.

Baca Selengkapnya
Bisakah Kita Buang Sampah ke Luar Angkasa atau ke Matahari? Begini Kata Ilmuwan
Bisakah Kita Buang Sampah ke Luar Angkasa atau ke Matahari? Begini Kata Ilmuwan

Elon Musk bisa mengirimkan ribuan satelit ke orbit rendah Bumi. Wajar jika pertanyaan itu muncul.

Baca Selengkapnya
Risiko Penangkapan & Penyimpanan Karbon, Ada Kebocoran Hingga Kontaminasi Air
Risiko Penangkapan & Penyimpanan Karbon, Ada Kebocoran Hingga Kontaminasi Air

Teknologi CCS-CCUS dinilai jadi tren baru hadapi transisi energi.

Baca Selengkapnya
Begini Penampakan Uang Rp1,5 Miliar Hancur jadi Sampah dan Dibuang dalam Karung
Begini Penampakan Uang Rp1,5 Miliar Hancur jadi Sampah dan Dibuang dalam Karung

Sebuah video memperlihatkan puluhan karung yang berisi uang yang hancur dan sudah menjadi sampah.

Baca Selengkapnya