Matahari terpantau lesu, zaman es bisa kembali sapa Bumi
Merdeka.com - Untuk kedua kalinya di bulan Juni ini, aktivitas matahari terpantau sangat minim. Bahkan, ilmuwan mengatakan ini adalah momen paling 'sunyi' matahari selama 100 tahun terakhir.
Berdasarkan pantauan Vencore Weather, nyaris tidak terlihat bintik hitam di permukaan matahari dari tanggal 4-8 Juni lalu. Tidak adanya bintik hitam artinya matahari sedang berada di titik terendah aktivitasnya.
-
Siapa yang memprediksi tentang zaman es baru? Ahli ekologi Kenneth Watt pernah memprediksi bahwa suhu global akan mengalami penurunan yang signifikan dan membawa Bumi memasuki zaman es baru sekitar tahun 2000.
-
Kapan zaman es terakhir? Berbagai artefak yang ditemukan di pulau ini juga mengungkapkan wawasan menarik tentang pergerakan manusia antara daratan Australia dan pulau ini, terutama selama puncak zaman es terakhir, antara 29.000-19.000 tahun yang lalu, demikian menurut penelitian yang diterbitkan pada 1 April di jurnal Quaternary Science Reviews.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di dalam es? Terperangkap di dalam es itu terdapat lebih dari 1.700 spesies virus — hampir semuanya baru bagi sains.
-
Apa usia pasti Bulan menurut penelitian terbaru? 'Sungguh menakjubkan bisa mendapatkan bukti terbaru yang merupakan bagian tertua dari Bulan. Temuan ini merupakan titik acuan untuk lebih banyak menyingkap rahasia tentang Bumi. Terlebih, ketika berhasil mengungkap usia suatu benda, maka akan lebih memahami lagi sejarah yang belum terungkap,'
-
Kapan es di Bulan terbentuk? 'Di dalam ekor magnet, hampir tidak ada proton angin surya dan pembentukan air diharapkan turun hampir menjadi nol,' ungkap dia.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti hilangnya es laut? Peneliti dari Survei Antartika Britania (BAS) menggunakan set data iklim CMIP6 untuk memeriksa hilangnya es laut secara besar-besaran yang terjadi di Antartika. Dengan set data tersebut, para peneliti menganalisis data dari 18 model iklim yang berbeda untuk memahami probabilitas penurunan es laut yang begitu tajam.
Perlu diketahui, saat banyak terdapat bintik hitam, matahari dapat melepaskan badai keseluruh tata surya. Hal ini akan membuat Bumi terasa lebih panas karena meningkatnya jumlah radiasi yang dikeluarkan matahari.
Rendahnya aktivitas matahari ini membuat penurunan suhu di Bumi yang cukup ekstrem. Pernah di sekitar tahun 1645 - 1715, saat bintik hitam matahari sangat sedikit, sungai Thames di London dilaporkan membeku total.
Ilmuwan laintas memprediksi bila cuaca ekstrem itu bisa kembali melanda Bumi di antara tahun 2020-2030. Di masa itu akan ada dua siklus matahari yang saling berlawanan, membuat bintik hitam matahari menghilang. Oleh sebab itu, zaman es kecil diprediksi bakal melanda Bumi di masa itu.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bumi dan matahari memiliki jarak dari tahun ke tahun. Bahkan, jarak matahari semakin menjauh dari Bumi.
Baca SelengkapnyaIndonesia yang merupakan negara khatulistiwa terbilang lebih minim terkena dampak.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu merupakan fenomena 1 dari 2.000 tahun sekali.
Baca SelengkapnyaIlmuwan memperingatkan kembali fenomena badai matahari yang akan terjadi.
Baca SelengkapnyaPenjelasan BMKG soal fenomena suhu di Bali lebih dingin
Baca SelengkapnyaUkuran Bulan ternyata setiap tahun menyusut. Lantas, apakah akan ada dampaknya bagi Bumi?
Baca SelengkapnyaDengan demikian, awal musim hujan secara bertahap akan dimulai awal November 2023. Mengapa tidak serentak?
Baca SelengkapnyaAphelion adalah fenomena ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dengan Matahari. Namun, fenomena ini tidak berdampak secara signifikan pada bumi.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru menunjukkan bahwa Bulan yang terus menjauh dari Bumi menyebabkan rotasi Bumi melambat.
Baca SelengkapnyaSiklus matahari adalah proses alami yang dilalui oleh matahari ketika beralih antara tingkat aktivitas magnetik yang rendah dan tinggi.
Baca SelengkapnyaDiperkirakan berkurang sekitar empat meter berdasarkan pemantauan terakhir pada Desember 2023
Baca Selengkapnya