Mengapa memblokir Telegram tak akan berhentikan teroris dan radikal?
Merdeka.com - Pemerintah melalui Menkominfo, secara resmi memblokir salah satu aplikasi chat yang diduga menjadi favorit para teroris untuk menyebarkan faham radikal, Telegram. Saat ini, Kemkominfo sedang menjajaki proses komunikasi dengan pihak Telegram.
Namun, perlukah memblokir Telegram?
Dilansir dari Vox, menurut seorang pakar anti-teroris dari George Mason University, Ahmet S. Yayla, tentu Telegram perlu berbuat lebih untuk membenahi berbagai sistem di aplikasinya. Meski demikian, menurutnya, memblokir bukanlah cara yang tepat.
-
Kenapa Telegram menjadi platform favorit jaringan kriminal di Asia Tenggara? Laporan tersebut juga menunjukkan adanya bukti kuat mengenai pasar data gelap yang beralih ke Telegram, di mana penjual secara aktif menargetkan kelompok kejahatan terorganisir transnasional yang beroperasi di Asia Tenggara.
-
Kenapa TEMU diblokir Kominfo? Dengan langkah pemblokiran ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menindaklanjuti aplikasi yang tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku dan turut menjaga UMKM demi kemajuan perekonomian Indonesia.
-
Siapa yang terancam diblokir Kominfo? Dari enam Online Travel Agent (OTA) yang terancam diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kabar terbarunya sudah ada tiga penyelenggara sistem elektronik (PSE) asing yang telah mendaftar.
-
Dimana aktivitas ilegal di Telegram terjadi? Laporan tersebut juga menunjukkan adanya bukti kuat mengenai pasar data gelap yang beralih ke Telegram, di mana penjual secara aktif menargetkan kelompok kejahatan terorganisir transnasional yang beroperasi di Asia Tenggara.
-
Siapa yang memblokir Aplikasi TEMU? Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, mengumumkan bahwa Kementerian Kominfo telah memblokir aplikasi Temu.
-
Kenapa Aplikasi TEMU diblokir? Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memblokir aplikasi ini karena tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia. Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap kekhawatiran mengenai keamanan data pengguna dan persaingan tidak sehat bagi UMKM lokal.
"Jika Telegram diblokri di Rusia, teroris akan dapat menemukan aplikasi lain dalam satu atau dua hari," ungkapnya.
Telegram sendiri membela perusahaannya dengan sebuah posting blog berjudul "Do Not Shoot The Messenger." Lewat kiriman blog tersebut, juru bicara Telegram, Markus Ra, mengatakan bahwa melarang keberadaan Telegram atau memaksa aplikasi untuk untuk menghapus layanan enkripsi, hanya akan mendorong para teroris untuk mencari alternatif lain.
Faktanya, alternatif lain itu sangat banyak tersedia. Jika tren blokir memblokir terus dilakukan, masalah tak akan terselesaikan dan berbagai aplikasi habis diblokir.
Menurut Jade Parker, periset di grup riset TAPSTRI yang khusus mengamati penggunaan internet oleh teroris, sebenarnya anggota ISIS sudah menggnakan aplikasi olah pesan dengan proteksi enkripsi selain Telegram, yakni Chat Secure dan Jabber. Yang mereka incar memang proteksi enkripsi dari aplikasinya layaknya apa yang dilakukan Telegram.
"Jika kita mematikan Telegram, ISIS hanya akan pindah ke tempat lain," kata Parker. Mengutip pernyataan Parker setelahnya, terdapat desas-desus bahwa para pemimpin ISIS telah mencari proyeksi platform untuk menyebar propaganda. Salah satu yang dilirik adalah Baaz, sebuah aplikasi olah pesan yang berbasis di San Fransisco.
Telegram pun tak cuma diblokir di Indonesia. China, Iran, Arab Saudi, dan yang paling keras mengecamnya, Rusia, semua melaran keberadaan Telegram di negaranya. Tentu berbagai ancaman dan blokir hanya sekedar reaksi sederhana terhadap masalah utama yang jauh lebih besar, yakni terorisme.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Otoritas Ukraina melarang penggunaan Telegram di kalangan militer dan orang-orang yang berkaitan dengan keamanan nasional.
Baca SelengkapnyaBudi mengatakan, sudah banyak bukti jika Telegram kerap mengizinkan konten judi online dalam aplikasinya.
Baca SelengkapnyaPlatform digital Telegram tidak kooperatif dalam penanganan judi online.
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaKemkomdigi mengatakan telah memblokir saluran Telegram yang terafiliasi dengan judi online. Hal ini disampaikan melalui akun YouTube Kemkomdigi TV
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia tak segan-segan memblokir X jika terbukti melegalkan penyebaran video porno.
Baca SelengkapnyaAda rangkaian proses yang mesti dilewati agar aplikasi TEMU tidak muncul lagi di PlayStore.
Baca SelengkapnyaKementerian Komunikasi dan Informatika tengah mengkaji untuk memblokir media sosial X yang memperbolehkan unggahan konten pornografi di platform itu.
Baca SelengkapnyaElon Musk justru pemerintah Prancis menangkap Mark Zuckerberg bukan Pavel Durov.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca SelengkapnyaPenangkapan pertama dilakukan pada Februari 2024 silam pada tersangka Renaldi berusia 22 tahun.
Baca Selengkapnya