Menristekdikti: Indonesia butuh banyak technopreneur!
Merdeka.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir mengatakan, penerapan industri berbasis teknologi mutlak diperlukan. Perguruan tinggi kedepan harus bisa menyiapkan sumberdaya yang berkualitas. Tiga puluh tahun kedepan, Nasir menyebutkan Indonesia akan memasuki era bonus demografi atau Millenium Development Goals (MDG) dimana jumlah angkatan kerja akan semakin banyak.
Maka dari itu, perguruan tinggi harus dikelola dengan maksimal untuk menghasilkan tenaga kerja yang baik. Supaya semua lulusannya nanti memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing.
"Permasalahan yang masih dihadapi Indonesia adalah bagaimana cara meningkatkan nilai tambah untuk daya saing good and services," ujarnya dalam keterangan resminya, Senin (14/11).
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Kenapa Kemendikbudristek mendorong kolaborasi industri dan perguruan tinggi? Kolaborasi antara industri dengan perguruan tinggi diharapkan memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat.
-
Kenapa Kemnaker dorong peningkatan kompetensi SDM? Untuk mendorong peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan vokasi, Pemerintah menebitkan Perpres 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
-
Gimana Kemnaker kembangkan SDM Ketenagakerjaan? Dalam kegiatan ini akan dibahas mengenai peluang kerja sama antara organisasi internasional melalui program-program pengembangan kompetensi yang mereka miliki dengan kebutuhan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
Dikatakannya, pihaknya menilai salah satu solusinya dapat melalui program technopreneurship. Namun sayangnya prosentase wirausaha Indonesia masih berada di angka 0,43 persen dari total usia produktif angkatan kerja. Angka ini jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand (3 persen), Malaysia (5 persen) dan Singapura (7,2 persen).
Nasir menyebutkan problem lainnya yang kerap dihadapi perguruan tinggi juga berada pada para dosennya.
"Nanti kalau yang vokasi kami create 50% dari universitas, 50% lagi dari industri. Tapi bagaimana jika dosen tersebut pendidikannya masih S1, D4 dan sebagainya? Nah kita akan gunakan kualifikasi kompetensi nasional, kita lihat ada di level berapa dosen tersebut," imbuhnya.
Nasir berharap paling tidak wirausahawan (technopreneur) Indonesia mencapai angka 2 persen dari total angkatan kerja. Akan lebih baik lagi apabila wirausaha ini berbasiskan teknologi (iptek). Untuk itu Nasir juga mendorong agar perguruan tinggi swasta semakin banyak yang memiliki akreditasi A.
"Maka saya melalui Dirjen Kelembagaan jika ada wilayah yang akreditasi B nya gemuk, itu agar didorong dan didukung supaya jadi A," tambahnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mendiktisaintek menyatakan berkomitmen mempercepat penyelesaian beragam tantangan dalam pemajuan pendidikan tinggi tanah air.
Baca SelengkapnyaTransformasi pendidikan tinggi selama empat tahun ini telah berlangsung dengan akseleratif dan mulai bisa dirasakan hasilnya.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaShinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menilai LPDP memiliki peranan penting dalam menciptakan kualitas SDM Indonesia bisa keluar dari jebakan kelas menengah.
Baca SelengkapnyaPara capres dan cawapres mulai mendaftarkan diri di KPU.
Baca SelengkapnyaLewat bidang pendidikan dan kesehatan, Indonesia bisa keluar dari jebakan negara pendapatan menengah.
Baca SelengkapnyaPemerintah bekerjasama dengan perusahaan swasta maupun kampus untuk mencetak inkubator baru.
Baca SelengkapnyaTantangan yang menghantui dunia pendidikan bukan hanya pada aspek siswa atau peserta didiknya saja melainkan juga bagi tenaga didik.
Baca SelengkapnyaSsaat ini dunia ketenagakerjaan berada pada era persaingan global di mana kompetisi antarnegara terjadi sangat keras.
Baca SelengkapnyaBacapres Ganjar Pranowo menyiapkan strategi pembangunan sumber daya manusia sebagai pondasi, agar Indonesia bisa melompat menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaBanyak diaspora mengenyam pendidikan bahkan bekerja di luar negeri dalam bidang teknologi, industri dan ilmu pengetahuan.
Baca Selengkapnya