Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Misteri bola api yang melintas di langit Amerika terkuak

Misteri bola api yang melintas di langit Amerika terkuak Ilustrasi bola api melintas di langit. © Thetruthbehindthescenes.org

Merdeka.com - Pada tanggal 2 September lalu, warga kawasan New Mexico hingga Montana, Amerika Serikat, dihebohkan dengan penampakan sebuah bola api raksasa yang melintas saat malam hari. Rusia yang dituding menjadi aktor dibalik bola api tersebut pun membantahnya, namun para ahli berkata lain.

Salah satu pakar meteor dari American Meteor Society, Mike Hankey, menyatakan bila bola api tersebut adalah sebuah satelit yang tengah jatuh dan terbakar saat memasuki atmosfer bumi. Hankey yakin bila itu bukan meteor, karena meteor cenderung terbakar dalam waktu yang lebih cepat sehingga tidak mungkin terlihat dalam durasi yang panjang.

Mengamini hal tersebut, salah satu agensi Negeri Paman Sam mengungkapkan bila bola api tersebut adalah satelit mata-mata milik Rusia bernama Cosmos 2495 yang diluncurkan pada bulan Mei lalu. John Pike selaku direktur Globalsecurity.org menambahkan bila satelit tersebut tengah memata-matai kegiatan militer Amerika seperti pendaratan pesawat, pengiriman tank, hingga fasilitas intelijen baru Amerika, Phys.Org (17/09).

Bahkan, Pike percaya bila satelit Cosmos 2495 tengah mencari pusat senjata nuklir milik Amerika. Sayangnya, satelit tersebut lebih dulu terjatuh dari orbitnya dan terbakar saat melintas di atas negara bagian Colorado hingga Wyoming. Kejadian langka tersebut kabarnya sempat disaksikan oleh puluhan orang pada pukul 10.30 waktu setempat.

Pemerintah dunia mulai memperketat pengawasan terhadap satelit-satelit yang ada di orbit bumi menyusul semakin tingginya laporan jatuhnya satelit. Jonathan McDowell, seorang ahli astronomi dari Universitas Harvard, memperkirakan bila saat ini atmosfer tertinggi bumi sudah disesaki 98 satelit mata-mata dari 6 negara.

Negara dengan jumlah satelit mata-mata terbanyak masih dipegang oleh Amerika dengan total 37 satelit, kemudian China 30 satelit. Sementara Rusia hanya mempunyai 3 satelit. Total dari seluruh satelit yang telah beroperasi diperkirakan mencapai 1000 buah.

Umur satelit-satelit yang sudah tua dan tidak lagi dapat bekerja optimal membuat mereka berpotensi untuk kehilangan tenaga sehingga jatuh ke bumi. Hal ini tentunya cukup berbahaya, karena posisi jatuh dari sebuah satelit terkadang sulit untuk diprediksi akibat berbagai faktor lingkungan. Bisa jadi, suatu saat nanti salah satu dari satelit tersebut jatuh di Indonesia.

(mdk/bbo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP