Mobil Listrik, Solusi Ramah Lingkungan yang Tak Ramah Pejalan Kaki
Merdeka.com - Mobil listrik sudah mulai diregulasi di tanah air. Ini adalah solusi berkelanjutan dari transportasi yang ramah lingkungan dan tak bergantung pada energi berbasis minyak bumi.
Tentu hal ini ramah lingkungan, namun menurut data, ternyata mobil listrik tak ramah pejalan kaki.
Dari penelitian yang dilansir oleh The Guardian, mobil listrik miliki kemungkinan 40 persen lebih berisiko menabrak pejalan kaki ketimbang mobil konvensional. Selain itu, 93 persen penyandang tuna netra menyebut mereka bermasalah dengan mobil listrik.
-
Bagaimana cara menjaga efisiensi energi mobil listrik? Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi tekanan ban serta pemakaian ban yang dirancang khusus untuk kendaraan listrik.
-
Siapa yang berkomitmen menurunkan emisi karbon melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik? Mewakili Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatkan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon 358 juta ton CO2 ekuivalen di tahun 2030.
-
Bagaimana cuaca mempengaruhi jarak tempuh mobil listrik? Meskipun terkadang dianggap tidak penting, cuaca memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jarak tempuh mobil listrik. Saat hujan dan suhu turun, mesin bekerja lebih efisien, memungkinkan penggunaan tenaga secara optimal tanpa pemborosan yang berarti.
-
Apa yang mempengaruhi jarak tempuh mobil listrik? Faktor-faktor tersebut mencakup kebiasaan berkendara, penggunaan daya tambahan, kondisi saat berkendara, serta status energi pada baterai.
-
Mengapa mobil listrik hemat energi di cuaca dingin? Ketika hujan dan suhu lebih rendah, kinerja mesin dapat menjadi lebih optimal, sehingga energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara efisien tanpa pemborosan.
Mengapa hal ini terjadi? Karena mobil listrik hampir tak miliki suara mesin, karena pada dasarnya mobil tersebut hanya berisi baterai besar. Mobil akan bersuara di kecepatan tinggi. Di kecepatan rendah, pejalan kaki tak akan sadar jika ada mobil melenggang.
Tentu kita tak berbicara soal masyarakat modern yang terpaku ke smartphone mereka sehingga lalai dalam melihat arah dalam berjalan kaki, namun ini merupakan kepentingan para penyandang disabilitas tuna rungu, tuna netra, serta orang tua yang kemampuan inderanya telah berkurang.
Masalah ini telah muncul di berbagai negara yang telah banyak pengguna mobil listrik, seperti Eropa dan juga Jepang. melansir Guardian, di Jepang bahkan sebuah kasus mobil listrik yang menabrak tuna netra dan anjing penuntunnya karena tertabrak mobil listrik menjadi viral dan jadi tangisan seluruh negeri.
Uni Eropa Ambil Sikap
Mulai 1 Juli 2019 nanti, semua kendaraan listrik di negara-negara Uni Eropa diharuskan mengeluarkan suara. Benar, melansir The Next Web, ditetapkan sebuah regulasi bahwa ketika mobil melaju di bawah 20 kilometer per jam, mobil tersebut diharuskan mengeluarkan suara setidaknya 56 desibel.
Suara ini tentu merupakan suara artifisial yang diharapkan jadi sesuatu yang disebut "Sistem Peringatan Kendaraan Akustik" oleh Uni Eropa.
Uniknya, tidak ada aturan soal seperti apa bunyinya. Deretan pabrikan mobil pun sudah menyematkan teknologi suara buatan ini dalam beberapa mobil barunya. Seperti Nissan Leaf terbaru menyematkan bunyi layaknya mobil konvensional.
Sayangnya, tak ada yang berinovasi untuk mengunakan suara buatan yang lucu dan menarik. Bayangkan ketika berjalan lambat, sebuah mobil bisa mengeluarkan suara ayam berkokok ataupun suara dengkuran kucing yang keras.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mobil listrik tidak menggunakan bahan bakar fosil, sehingga tidak mengeluarkan emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi yang pesat telah membawa banyak inovasi dalam industri otomotif, salah satunya adalah kehadiran mobil listrik.
Baca SelengkapnyaMobil listrik lebih efisien energi, hybrid optimalkan bahan bakar dengan mesin bensin
Baca Selengkapnya