Modal DDoS, cracker curi Bitcoin senilai Rp 11,7 M
Merdeka.com - Satu lagi perusahaan penyedia mata uang virtual, Bitcoin, jadi sasaran para pelaku kejahatan cyber. Kali ini, perusahaan dengan nama BIPS disebutkan telah kecolongan 1.295 Bitcoin atau setara dengan USD 1 juta akibat serangan cyber tersebut.
Seperti yang dilansir oleh Mashable (25/11), jika dikonversikan ke Rupiah, maka kerugian yang ditanggung oleh penyedia layanan dompet virtual Bitcoin terbesar di Eropa tersebut rugi Rp 11,7 miliar. Angka kerugian ini pun disebut akan meningkat mengingat kurs Bitcoin yang selalu naik dari waktu ke waktu.
Adapun serangan ini sendiri dilakukan dengan cara menyerang server milik BIPS. Serangan ini sendiri terjadi setelah BIPS sebelumnya telah menambahkan BTC (satuan mata uang Bitcoin) 4.100 dalam rekening mereka.
-
Apa itu Bitcoin? Kripto berawal dengan Bitcoin pada tahun 2009. Saat Bitcoin menjadi makin populer, mata uang lain, seperti Namecoin dan Litecoin di tahun 2011, memasuki pasar, dengan fitur uniknya masing-masing.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
-
Mengapa ransomware menggunakan Bitcoin? Operator Ransomware akan mengenkripsi file dan menawarkan kunci tersebut kepada korbannya sebagai imbalan atas pembayaran, biasanya dalam mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC) untuk mempersulit pelacakan dana terlarang.
-
Apa yang Bitcoin capai? Bitcoin terus menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan harga yang telah melampaui USD 93.000 per koin, sehingga kapitalisasi pasarnya kini mencapai lebih dari USD 1,77 triliun.
-
Siapa korban penipuan uang? “Ya Tuhan duit Rp 2.000 dibuat jadi Rp 20.000 ditambahnya nol, Astagfirullah.. Astagfirullah,“ ujar pedagang wanita yang diduga jadi korban penipuan.
-
Dimana penambang Bitcoin ilegal beroperasi? Ruko tempat beroperasinya penambangan Bitcoin ilegal di Kota Medan digerebek polisi.
Dengan modal DDoS, diketahui para cracker ini kemudian menyerang BIPS sejak 15 November lalu. Setelah dua hari diserang, pada 17 November BIP mencatat mulai kehilangan BTC 1.295.
Padahal, jumlah uang ini bukanlah milik BIPS sendiri. Kebanyakan adalah dana dari nasabahnya yang menggunakan layanan gratis mereka.
"Kebanyakan dari dana yang hilang adalah milik para pemegang saham perusahaan," kata CEO BIPS, Kris Henriksen, yang memilih lebih banyak diam.
Setelah serangan ini, Henriksen sendiri kemudian meminta para nasabah BIPS untuk segera menarik dana mereka. Dirinya menyarankan agar menghindari layanan serupa untuk saat ini.
Beberapa para pemegang dana sendiri belum tahu kalau dananya sudah dicuri. Sementara, mereka yang sudah tahu mengaku pasrah karena memang belum adanya aturan pemerintah yang mengatur mengenai hal ini. (mdk/nvl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan siber yang meminta tebusan paling tinggi terjadi pada perusahaan teknologi TI terbesar asal Amerika Serikat (AS), Kaseya.
Baca SelengkapnyaServer Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) mengalami gangguan sejak hari Kamis 20 Juni 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengakui pelaku ransomware meminta tebusan.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca SelengkapnyaAsisten Agen Khusus yang bertanggung jawab atas masalah ini, Amanda Culver menggambarkan skema dan penipuan yang sering kali dimulai di platform media sosial.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kasus kebocoran data pribadi semakin sering terjadi dan menjadi perhatian utama di semua sektor.
Baca SelengkapnyaDiduga data pemilih ini dijual hacker sebesar Rp 1,2 miliar.
Baca SelengkapnyaMenkominfo memaparkan kronologi serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) kena serangan Ransomware.
Baca SelengkapnyaAkibat peretasan kelompok Hive ini mengakibatkan jaringan mesin kasir toko di Belanda dan Jerman tidak bisa diakses.
Baca SelengkapnyaPeranan tersangka dalam sindikat kriminal internasional ini selain mencari korban, juga penerjemah bahasa Mandarin, mengurus dokumen, rekening dan lain-lain,
Baca SelengkapnyaPelaku menawarkan program Bank BUMN fiktif kepada nasabah.
Baca Selengkapnya