Ngeri, ISIS rilis aplikasi Android yang ditujukan untuk anak!
Merdeka.com - Jika selama ini Anda mengira bahwa ISIS adalah organisasi radikal yang tak akan terlalu peduli dengan perkembangan teknologi, ternyata Anda salah. ISIS justru sangat peduli kepada perkembangan anggotanya sejak dini, tentu agar dapat mengikuti ideologi radikal yang menjadi landasan organisasi mereka. Masalahnya, teknologi dipakai untuk melancarkan hal tersebut.
Dilansir dari Business Insider (13/5), sebuah media yang berafiliasi dengan grup teroris bernama Al Bayan, merilis sebuah aplikasi Android yang berfungsi untuk mengajari anak-anak dengan bahasa Arab. Tak cuma mengajar baca tulis dan berhitung dalam bahasa Arab, aplikasi tersebut dipenuhi oleh berbagai macam referensi terhadap senjata dan seruan Jihad.
-
Kenapa ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan? Kelompok Negara Islam atau ISIS, mengatakan mereka melakukan serangan pada hari Jumat (22/3) di Balai Kota Crocus, dan mengunggah bukti video.
-
Mengapa iPhone menjadi sasaran? Selain itu, reputasi merek Apple yang kuat membuat pengguna lebih rentan untuk mempercayai komunikasi menipu yang tampaknya berasal dari Apple, semakin meningkatkan daya tarik target ini bagi para penjahat dunia maya.
-
IPTEK apa sebenarnya? Secara umum, pengertian IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
-
Bagaimana IPTEK berkembang? Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan membentuk sebuah kemajuan.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Dimana teknologi informasi dipakai? Ada 3 contoh teknologi informasi yang paling sering digunakan. Bahkan salah satunya sudah seperti bagian dari hidup banyak orang karena fungsinya yang begitu luas.
Radio Al Bayan, yang merupakan sebuah media yang selalu menyiarkan propaganda ISIS dari gelombang radio di seluruh penjuru Timur Tengah ini, merilis aplikasi yang tersedia untuk diakses melalui aplikasi messaging Telegram, yang ternyata sudah umum untuk digunakan oleh para anggota ISIS. Aplikasi ini tak tersedia di Google Play Store, namun dapat diakses melalui website dan dibagikan gratis secara online.
Aplikasi ini memperbesar basis ISIS di dunia teknologi, setelah sebelumnya radio Al Bayan merilis aplikasi mobile untuk mendengarkan siaran radio mereka. Selain itu, kanal Telegram juga dirilis untuk melakukan propaganda radikal ke audience yang lebih luas lagi.
Sebuah website bernama 'The Long War Journal' menjelaskan bagaimana cara aplikasi bekerja. Jadi, aplikasi ini mempunyai permainan yang didesain agar anak-anak bisa mengingat dan mengerti cara menulis huruf Arab. Panduan berupa nyanyian 'nasyid' juga diperdengarkan untuk menuntun anak-anak lebih mengerti tentang alfabet, di mana lirik dalam lagu nasyid tersebut tak jauh-jauh dari seruan berjihad. Selain itu, di permainan lain, anak-anak diajarkan kosa kata sesuai dengan suku kata awalannya dalam bahasa Arab. Permainan ini lebih sadis lagi, karena kosa kata yang digunakan adalah kosa kata militer, seperti 'tank,' 'senapan,' 'roket,' dan 'pedang.'
Aplikasi yang dikembangkan ISIS untuk anak © longwarjournal.orgGoogle sendiri sangat anti terhadap terorisme, di mana ribuan video di YouTube dengan konten terorisme telah dihapus secara sepihak oleh Google. Entah apa yang bisa dilakukan Google untuk mencegah radikalisme ini diturunkan ke generasi selanjutnya, melalui teknologi yang dikembangkannya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Densus 88 mengungkapkan awal mula terduga teroris remaja berinisial HOK terpapar ideologi ISIS hingga berujung keinginan melakukan bom bunuh diri
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaDugaan bahwa ISIS dibentuk Israel karena organisasi ini tidak pernah gencar menyerang negara Zionis tersebut.
Baca SelengkapnyaAswin mengatakan, HOK menjadi salah satu simpatisan ISIS. HOK berbaiat dengan ISIS melalui media sosial
Baca SelengkapnyaPelaku merupakan anggota kelompok Daulah Islamiyah yang masih terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris RJ dan AM pernah mengibarkan bendera ISIS sebagai upaya melakukan propaganda menggalang dukungan.
Baca SelengkapnyaHOK membeli bahan peledak memakai uang jajan dari orangtuanya
Baca SelengkapnyaDensus 88 mengamankan beberapa komponen elektronik dan bahan peledak
Baca SelengkapnyaSalah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
Baca SelengkapnyaFoto-foto seleb digunakan paedofil untuk diubah memakai AI ke wujud anak-anak.
Baca Selengkapnya