Optimis tentang masa depan dapat membuat Anda depresi
Merdeka.com - Menatap masa depan dengan optimisme adalah hal yang sangat menyenangkan. Namun berhati-hatilah, karena kepercayaan diri yang tinggi bisa membuat Anda depresi.
Dilansir dari Daily Mail (03/02), sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa sugesti positif terhadap diri sendiri sangat baik untuk jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, hal tersebut bisa berubah menjadi depresi.
Hal ini sebenarnya adalah sebuah pembuktian logika klise. Karena penyebab depresi ini adalah jika kita terlalu percaya diri, kita tidak akan siap bila di masa depan kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Hal itulah yang sangat mudah memicu depresi. Sang peneliti pun juga menyatakan bahwa pemikiran positif tidak terlalu berpengaruh dalam mengubah keraguan masa depan.
-
Siapa yang bisa membuat kita kecewa? 'Jangan menyalahkan orang lain karena mengecewakanmu, salahkan dirimu karena terlalu banyak berharap dari mereka.'
-
Kenapa orang takut akan kegagalan? Kekhawatiran akan kegagalan merupakan perasaan yang sering dialami banyak orang ketika menghadapi tantangan baru atau situasi yang penuh ketidakpastian. Rasa cemas ini biasanya muncul akibat kekhawatiran terhadap penilaian orang lain, kehilangan peluang, atau konsekuensi negatif yang mungkin muncul akibat kesalahan.
-
Apa yang sering membuat kita kecewa? 'Kadang-kadang kita membuat kekecewaan kita sendiri melalui harapan.'
-
Kenapa ilmuwan skeptis? Profesor Cox meminta agar sampel makhluk itu dikirim ke perusahaan bioteknologi 23andme untuk melakukan verifikasi independen bahwa spesimen tersebut bukanlah alien.
-
Mengapa kekecewaan terjadi? Terkadang, kekesalan dan rasa kecewa memang rentan terjadi saat kita menjalin suatu hubungan asmara.
-
Bagaimana cara mengelola ekspektasi? Berikut berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengelola ekspektasi:• Pahami, bahwa setiap harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Banyak faktor yang memberikan pengaruh pada keberhasilan suatu hal yang diharapankan.
Objek penelitian ini adalah siswa SMA, yang disuruh untuk berpikir positif tentang tes yang akan dihadapinya. Para siswa yang merasa tesnya baik, tercatat tidak terlalu bekerja keras untuk belajar di ujian masuk kuliah berikutnya. Pada akhirnya studi juga menemukan bahwa nilai mereka memburuk. peneliti berkesimpulan bahwa mereka yang takut tidak lulus, justru belajar lebih banyak.
Pemimpin dari penelitian ini, Profesor Gabriele Oettingen dari New York University, mengatakan bahwa hasil dari studi ini cukup penting karena persepsi orang selalu berfokus pada bagaimana untuk menjadikan seseorang dapat berpikir positif. Dalam kegiatan pertolongan diri, seharusnya meski berpikir positif itu perlu, memikirkan resiko dan skenario terburuk juga perlu. Agar kita tak selalu bermimpi dan tetap realistis.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa semakin positif para partisipan berfantasi tentang masa depannya, semakin sedikit tanda depresinya di saat ini. Namun tanda-tanda depresi akan muncul di masa depan, jika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspektasi perlu dikelola dengan baik untuk menghadapi kekecewaan.
Baca Selengkapnya