Pelajar SMK Ini Jadi Mentor Bantu Komunitas Pecahkan Rumitnya Koding
Merdeka.com - Namanya Adhitya Firmansyah Putra. Usianya baru menginjak 16 tahun. Pelajar SMK Negeri 1 Majalengka, Jawa Barat ini sudah tergila-gila dengan programing Android. Bahkan jauh sebelum ia duduk di bangku SMK. Kepada Merdeka.com melalui wawancara virtual, ia bercerita awal mula jatuh cinta kepada program Android ini.
"Sebelumnya, sudah dari kelas 2 SMP saya sudah mulai suka dan penasaran," kata dia.
Awal kecintaannya itu, ia ceritakan bermula gara-gara game. Adhit ini tipikal remaja yang suka sekali bermain game. Apapun itu. Mulai dari game yang ada di warung internet (warnet) hingga Android.
-
Kenapa anak kecanduan gadget? Anak juga menjadi lebih senang berdiam diri di rumah bermain gadget dibanding bermain bersama anak-anak lainnya di luar rumah. Kecanduan gadget tentu menjadi suatu masalah yang sering dikeluhkan oleh para orang tua. Tidak sedikit dari para orang tua yang bingung bagaimana cara mengatasi anak kecanduan gadget.
-
Kenapa anak milenial rentan kecanduan gadget? Kelompok anak milenial menjadi yang paling rentan terhadap masalah kecanduan ini. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka yang selalu ingin terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru di dunia digital. Dengan adanya gadget, mereka merasa terikat untuk terus memantau informasi dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga sulit untuk melepaskan diri dari perangkat tersebut.
-
Apa pekerjaan anak ini? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Kapan pemuda itu mulai mendaftar? Ia sudah mulai mendaftar sejak tahun 2020.
-
Apa yang dilakukan chatbot kepada remaja itu? Seorang ibu di Florida, Megan Garcia, menggugat Character.AI, menuduh chatbot buatan perusahaan tersebut memulai interaksi yang tidak senonoh dengan anak remajanya yang berusia 14 tahun. Kemudian menyuruhnya untuk bunuh diri.
-
Apa kebiasaan anak jenius dalam hal minat? Professor Susan K. Johnsen dari Baylor University mengatakan bahwa anak jenius bisa menunjukkan bakatnya pada satu hal khusus atau spesifik di bidang tertentu.
Sama seperti remaja seusianya yang gemar bermain game. Namun, ketika rekan-rekannya hanya memikirkan bermain game dan menang, Adhit tidak demikian. Dia melihat game dari sudut pandang lain.
"Saya berpikir, daripada bermain game terus gak ada progres, bagaimana ya kalau saya menciptakan game seperti ini? Saya juga penasaran, bagaimana sih game itu bisa bekerja, bagaimana cara kerja sistem IT. Pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu muncul di otak saya," jelasnya.
Pertanyaan yang ada di benak dia sekaligus tantangan besar untuk remaja seusianya kala itu. Dengan rasa penasaran dan cita-cita ingin bisa membuat game, akhirnya ia rela menyisihkan waktunya untuk belajar programing.
"Saya pun coba mencari tahu informasi bagaimana belajar programing di warnet sekaligus dipraktikan di sana. Ya, saya belajar koding secara otodidak melalui YouTube dengan mencatat kodenya di dalam buku," ungkap dia.
Sampai pada akhirnya, ia bertemu dengan Kotakode. Kotakode ini merupakan platform komunitas programmer untuk melakukan tanya jawab terkait masalah teknis programing. Ia pun tertarik mengikuti forum ini.
"Banyak hal yang saya dapatkan dari Kotakode ini," terang dia.
Adhit barangkali tipikal orang yang bisa belajar dengan cepat. Terbukti tak butuh waktu lama dia menjadi mentor muda di Kotakode. Hingga saat ini, Adhit telah berhasil membantu lebih dari 1.000 programmer di Kotakode untuk memecahkan persoalan terkait dengan programing.
"Ada juga pertanyaan yang tidak terpecahkan. Namun, saya kasih preferensi lain. Misalnya, daripada kamu pakai ini, bisa pakai teknologi ini. Jadi saya menyediakan alternative lainnya," kata dia.
Meski demikian, Adhit masih merasa belum puas atas pencapaiannya ini. Ke depan, ketika ia kuliah nanti, ia ingin mempelajari secara mendalam tentang artificial intelligence. (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alfa memiliki perjalanan hidup yang menarik dibanding dengan anak seusianya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi tak hanya membuka keran informasi melalui sosial media, namun perkembangan teknologi juga memberi kemajuan yang pesat pada dunia hiburan.
Baca SelengkapnyaProgram inkubasi digital anak-anak muda Banyuwangi yang rutin digelar sejak 2021 "Jagoan Digital Banyuwangi" kembali digelar.
Baca SelengkapnyaRahmat Amrozi belajar Alquran dengan metode bersama Mbah Budi di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di dekat rumahnya.
Baca SelengkapnyaAtta Halilintar begitu bahagia. Soalnya, di usianya yang sudah memasuki 29 tahun, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA.
Baca SelengkapnyaAdit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.
Baca SelengkapnyaMahfud berharap, kisah pelajar tersebut dapat menginspirasi para penyelenggara pendidikan.
Baca SelengkapnyaNorma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Baca SelengkapnyaKisah inspiratifnya ini pun viral dan menuai perhatian.
Baca SelengkapnyaMendikdasmen Abdul Mu'ti menyebut mata pelajaran Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan "coding" bakal diajarkan mulai dari kelas 4 SD.
Baca SelengkapnyaGibran menitipkan pesan kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengupayakan mata pelajaran AI dan coding di SD dan SMP.
Baca SelengkapnyaMahasiswa ITS ini punya kepedulian tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan
Baca Selengkapnya