Pemain fintech perlu serius atur strategi sasar masyarakat tak berekening
Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan perusahaan financial teknologi (Fintech) saat ini cenderung masih menyasar ke masyarakat-masyarakat yang notabene telah memiliki nomor rekening di bank.
Bukan justru lebih banyak menyasar ke masyarakat yang unbankable atau belum memiliki nomor rekening.
"Kalau saya lihat ya, pada umumnya yang menggunakan fintech ini justru anak-anak muda atau siapapun yang sudah tersentuh perbankan. Harusnya fintech bisa mendorong ke arah pasar baru atau yang unbankable dengan produk baru atau produk yang sudah eksisting," jelas pria yang akrab disapa Chief RA usai diskusi di acara IdeaFest 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (26/10).
-
Apa tujuan utama keuangan nasabah kaya di Indonesia? Di Indonesia, nasabah kaya (affluent) menjadikan perencanaan masa pensiun sebagai salah satu dari tiga tujuan utama keuangan mereka.
-
Siapa saja bank yang terlibat? Bank Rakyat Indonesia, Bank Katimtara, Bank Perkreditan Rakyat merupakan perbankan yang turut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Penguatan Modal tersebut.
-
Bagaimana BRI mendorong digitalisasi finansial? Lewat kegiatan ini, BRI terus mendorong sosialisasi pemakaian QRIS BRI sebagai wujud edukasi digitalisasi finansial kepada masyarakat.
-
Bagaimana Gen Z memanfaatkan fintech untuk belanja? Data menunjukkan bahwa 67 persen pengguna fintech memanfaatkan BNPL untuk berbelanja tanpa harus melakukan pembayaran di awal.
-
Siapa yang mempertanyakan strategi FDIC? Melalui pertemuan ini, Puteri pun mempertanyakan terkait strategi FDIC dalam memenuhi pengembalian simpanan nasabah di bank gagal, khususnya simpanan nasabah yang melebihi batas penjaminan FDIC sebesar 250 ribu dolar AS per deposan per bank.
-
Siapa yang perlu dijangkau dengan pemasaran? Seperti, memikirkan cara yang dapat kita lakukan agar konsumen mengetahui dan memahami produk atau layanan yang kita tawarkan.
Maka dari itu, ia menyarankan agar pemain fintech ini dengan segera melakukan strategi ulang agar sesuai dengan tujuan dari inklusi keuangan. Sejauh ini, geliat fintech hanya mensubstitusi pasar yang telah ada dengan produk yang sudah tersedia pula.
"Artinya kan apa? Lending. Ini sama saja seperti perbankan yang memberikan peminjaman ke nasabahnya yang memiliki nomor rekening," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, dengan munculnya banyak fintech saat ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk memecahkan jumlah masyarakat yang unbankable. Hal ini karena, melalui fintech diharapkan jangkauan luas hingga ke pelosok karena hanya mengandalkan internet.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rosan juga menyoroti terkait inklusi keuangan di Indonesia yang telah mengalami perkembangan yang pesat.
Baca SelengkapnyaKomisi XI Minta Anggota OJK Baru Mampu Perkuat Pengawasan
Baca SelengkapnyaPada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.
Baca SelengkapnyaDewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaModus operandi penipuan terkait keuangan ilegal juga semakin lama semakin canggih meskipun sektor jasa keuangan (SJK) terus melakukan inovasi.
Baca SelengkapnyaJika dimanfaatkan dengan baik, AI dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan dengan menghadirkan layanan perbankan digital yang lebih mudah diakses.
Baca SelengkapnyaTransaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.
Baca SelengkapnyaHal tersebut dipaparkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso saat media gathering di BRILian Stadium, Jakarta (12/9).
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin resmi membuka perdagangan pasar saham 2024 di Bursa Efek Indonesia.
Baca SelengkapnyaSektor fintech syariah dapat terus tumbuh dan mampu menjawab kebutuhan keuangan konsumen Muslim di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Asparindo Y. Joko Setiyanto mengatakan, sosialisasi saat ini penggunaan transaksi digital belum efektif sampai ke kalangan masyarakat bawah.
Baca Selengkapnya