Tren Pembayaran Digital Kala Pandemi: Metode e-Wallet Paling Populer?
Merdeka.com - Pembayaran digital kala pendemi semakin populer di Indonesia. Startup payment gateway, Xendit, mencatat tren pertubuhan transaski pembayaran via e-wallet dan direct debit, sementara berkurangnya pemakian kartu kredit atau debit.
Dalam laporan Xendit bertajuk "Tren Pembayaran Digital di Tengah Pandemi" yang diterima Merdeka.com, transaski menggunakan e-wallet meningkat signifikan selama lima tahun terakhir, yang diakselerasi di masa pandemi ini.
"Pada 2020, pemakaian e-wallet untuk pembayaran tumbuh menjadi 50 persen, dari 9 persen pada tahun sebelumnya," tulis laporan tersebut.
-
Dimana Finnet menerapkan layanan pembayaran digital? BXSea Oceanarium terletak di kawasan Tangerang Selatan yang menjadi destinasi wisata unggulan dengan menawarkan pengalaman wahana sea-edutaiment yang memukau.
-
Mengapa transaksi digital penting untuk ekonomi digital? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk digital ekonomi senilai 800 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp12.096,8 triliun.
-
Apa yang sedang tren di Indonesia? Hati ayam adalah sebuah bahan makanan yang cukup populer di Indonesia.
-
Kenapa transaksi kartu kredit masih tinggi? Transaksi kartu kredit tetap tumbuh di tengah gempuran kemudahan kredit seperti layanan paylater. Berdasarkan data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia Kamis (18/1) nilai transaksi tunai kartu kredit pada November 2023 mencapai Rp34,356 triliun.
-
Bagaimana BRI mendorong digitalisasi finansial? Lewat kegiatan ini, BRI terus mendorong sosialisasi pemakaian QRIS BRI sebagai wujud edukasi digitalisasi finansial kepada masyarakat.
-
Bagaimana Gen Z memanfaatkan fintech untuk belanja? Data menunjukkan bahwa 67 persen pengguna fintech memanfaatkan BNPL untuk berbelanja tanpa harus melakukan pembayaran di awal.
Perlu diketahui, data ini diolah berdasarkan transaksi yang difasilitasi Xendit periode Januari 2019-Desember 2020.
Metode pembayaran digital kedua terpopuler adalah virtual account dengan 29 persen. Disusul kartu kredit/debit 9 persen, direct debit 5 persen, dan outlet ritel 7 persen.
Namun, terjadi penurunan yang cukup tajam dari penggunaan kartu kredit/debit. Bila pada 2019, ada 41 persen konsumen yang menggunakan metode kartu kredit/debit, maka pada 2020 jumlahnya tinggal 9 persen.
Menariknya, penggunaan e-wallet dominan untuk pembayaran atau transaksi senilai kurang dari Rp 100.000. Misalnya banyak digunakan untuk pembayaran kopi atau minuman.
"Konsumen Indonesia masih andalkan virtual account untuk rata-rata nilai transaksi Rp 1,8 juta. Sementara layanan kredit tanpa kartu untuk transaksi bernilai besar seperti Rp 700 ribu, seperti untuk belanja smartphone," tulisnya.
Sebesar 50 persen konsumen masih mengandalkan pembayaran via outlet ritel seperti Alfamart dan Indomaret untuk pembayaran di atas Rp 500 ribu.
Metode pembayaran baru yakni direct debit, mengalami kenaikan. Sebab dengan direct debit, merchant dapat memangkas dana langsung dari rekening bank konsumen tanpa one-time password (OTP).
Sejak Juni tahun lalu, Xendit mencatat pertumbuhan 100 persen secara kuartalan dari total nilai transkasi yang diproses pada kuartal IV 2020 dengan direct debit BRI di Indonesia. (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia kini mulai meninggalkan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM.
Baca SelengkapnyaKehadiran QRIS merupakan inisiasi dari Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Baca SelengkapnyaMenurut data Hippindo, transaksi digital seperti QRIS juga dapat meningkatkan jumlah transaksi terhadap para anggotanya.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, metode pembayaran COD juga tetap membutuhkan perhatian agar keamanan dan kenyamanan pembeli dan penjual tetap terjamin.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), dan penyedia teknologi keuangan digital mendorong perkembangan transaksi digital di pusat perbelanjaan.
Baca SelengkapnyaSekitar 78 persen nasabah Indonesia kini menggunakan perbankan digital secara aktif, meningkat secara signifikan dari 57 persen pada 2017.
Baca SelengkapnyaPerry menuturkan transaksi uang elektronik (UE) meningkat 35,24 persen (yoy), sehingga mencapai Rp92,79 triliun.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan perbankan digital ini didorong kuat oleh Gen Z dan generasi milenial.
Baca SelengkapnyaTransaksi digital banking tercatat 5.666,28 juta transaksi atau tumbuh sebesar 34,43 persen.
Baca SelengkapnyaTransaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.
Baca SelengkapnyaGenerasi Y, Z dan Alpha akan lebih dominan melakukan preferensi pembayaran secara digital sehingga mendorong peningkatan transaksi keuangan digital.
Baca Selengkapnya