Pemilu Presiden 2014 buat ekosistem sosial media menjemukan
Merdeka.com - Seiring dengan kemajuan internet dan teknologi, segala hal yang bersifat massal lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sarana dan layanan jejaring sosial.
Hal itu juga maraknya penggunaan jejaring sosial untuk tujuan kampanye sekaligus 'counter-attack' terhadap kampanye hitam ketika Pemilihan Presiden Indonesia 2014 yang akan dihelat sebentar lagi.
Namun dari 'perang dunia maya' sekaligus publikasi berlebihan tersebut, menurut pakar politik Universitas Padjadjaran Bandung Muradi, justru membuat suasana media sosial tidak lagi harmonis dan nyaman, bahkan dapat dikatakan, banyak pengguna lainnya yang terganggu dan mulai jenuh akan aktivitas tersebut.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Siapa yang terlibat dalam Pemilu? Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu mekanisme fundamental dalam sistem demokrasi yang memungkinkan warga negara untuk secara langsung atau tidak langsung memilih para pemimpin dan wakilnya.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
-
Gimana caranya Jokowi ikut kampanye? Pasal 281 mensyaratkan pejabat negara yang ikut berkampanye dilarang untuk menggunakan fasilitas negara atau mereka harus cuti di luar tanggungan.
-
Apa saja tantangan media siber di pemilu? Tantangan inilah yang akan dihadapi media massa dalam menghasilkan jurnalisme berkualitas.
"Pengguna media sosial jenuh karena merasa informasi yang disampaikan para cyber-troops di media sosial sudah tidak proporsional," kata Muradi dihubungi dari Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (04/06).
Muradi mengatakan, relawan tersebut yang memiliki kepentingan pragmatis terhadap para calon seringkali menyajikan informasi yang tidak proporsional di media sosial.
"Kalau informasi yang disajikan tidak ada kepentingan pragmatis, tentu media sosial bisa menjadi sarana pendidikan politik yang baik. Menjadi negatif karena ada cyber-troops yang berkepentingan pragmatis," tuturnya.
Muradi mengatakan, media sosial seperti Facebook dan Twitter merupakan sarana pendidikan politik yang efektif bagi masyarakat, terutama para penggunanya.
"Saya melihat fenomena di media sosial mengenai pemilihan presiden sangat menarik. Ada dinamika yang luar biasa dan wajar bila pengguna media sosial berdiskusi atau berdebat mengenai politik," kata Muradi.
Namun, Muradi mengatakan tidak banyak pengguna yang melakukan klarifikasi terhadap berita atau informasi yang dia dapat di media sosial. Hal itu yang menjadi permasalahan di dunia maya.
"Mungkin hanya 30 persen yang kemudian melakukan klarifikasi atau mengecek ulang informasi yang dia dapat. Mayoritas pengguna media sosial adalah kelas menengah yang well-informed," tuturnya.
Pengguna Facebook, tampaknya mulai jenuh dengan banyaknya informasi yang menjurus kampanye hitam di media sosial tersebut.
Di Facebook bahkan muncul gambar Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, dengan tulisan berbahasa Jawa yang menyatakan bahwa media sosial itu akan ditutup kalau ada lagi status tentang Jokowi atau Prabowo.
Pemilu Presiden 2014 akan diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yaitu Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Joko Widodo - Jusuf Kalla. (mdk/das)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaDrone Emprit menemukan masih banyak netizen yang menyuarakan narasi kecurangan Pemilu 2024 di 10 hari setelah pencoblosan.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar aplikasi yang paling banyak dipakai pengguna Telkomsel saat hari pencobolosan.
Baca SelengkapnyaDirektur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang memaparkan analisis debat capres perdana digelar KPU pada Selasa lalu.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran unggul di pemilih yang mempunyai media sosial maupun yang tidak mempunyai media sosial.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi melihat yang tetap dibicarakan netizen adalah soal tukang kayu, padahal sedang ramai mengenai Pilkada.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaTiga bakal calon presiden yang akan bertarung di Pilpres 2024 sangat aktif di media sosial (medsos), khususnya Instagram dan X (Twitter).
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menilai banyak drama di tahun politik jelang pemilihan presiden 2024.
Baca Selengkapnya