Penelitian: Tinggal di luar angkasa sebabkan penuaan dini
Merdeka.com - Tanggal 11 Juni lalu, astronot Samantha Cristoforetti berhasil mencatatkan diri sebagai wanita pertama yang tinggal sangat lama di luar angkasa, sekitar 199 hari atau 6 bulan. Di balik pencapaian itu, ternyata ada hal buruk yang dialami oleh Samantha.
Saat sampai ke Bumi, tubuh Samantha di'scan' dengan laser oleh Profesor Karsten Koenig dari Universitas Saarland sebagai salah satu bentuk pengecekan fisik astronot. Lewat proses itu, ternyata diketahui bila kulit Samantha, terutama wajah, mengalami penuaan lebih cepat.
Buktinya, kulit Samantha menurut hasil scan laser lebih tipis 20 persen dari saat pertama pergi ke stasiun luar angkasa, ISS, November tahun 2014 lalu. Oleh profesor Karsten, hal itu dikatakan sebagai tanda penuaan yang tidak lazim.
-
Apa bahaya yang dihadapi astronot di luar angkasa? Mereka akan mengalami suhu ekstrem, mulai dari minus 240 hingga 250 derajat Fahrenheit atau minus 120 derajat Celcius di orbit rendah Bumi (LEO). Kondisi ini akan menyebabkan luka bakar atau pembekuan.
-
Siapa Astronot NASA yang tinggal lama di luar angkasa? Peggy Whitson Merupakan astronot wanita asal AS yang memiliki jumlah durasi perjalanan misi terlama yaitu 675 hari, dari hasil akumulasi perjalanannya selama di luar angkasa.
-
Apa yang terjadi pada astronot? Pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
-
Siapa saja astronot yang terjauh dari Bumi? Adapun misi yang menyebabkan manusia melakukan perjalanan terjauh dari Bumi, diberikan kepada Apollo 13 dan tiga astronot di dalamnya: John “Jack“ Swigert, Fred Haise, dan James Lovell.
-
Bagaimana Astronot NASA bisa tinggal lama di luar angkasa? Mengutip Starlust, Selasa, (19/9), durasi seorang astronot bekerja di luar angkasa biasanya dipengaruhi oleh jenis misi dan tujuan seperti penelitian atau pemeliharaan alat.
-
Kenapa astronot NASA terjebak di luar angkasa? Serangkaian masalah dengan pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner menunda kepulangan dua astronot dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
"Bagian kulit luar atau epidermis Samantha telah menyusut, terutama sel-sel hidupnya, alhasil kulitnya menipis. Itu adalah tanda umum dari penuaan," kata Profesor Karsten, Daily Mail (21/07).
Penipisan kulit wajah itu juga membuat Samantha nampak kusam, bahkan diprediksi mengalami keriputan di usia yang lebih muda.
Yang membuat astronot khawatir, ilmuwan sampai saat ini belum mengetahui alasan mengapa kulit manusia lebih cepat menua di luar angkasa. Ini tentu gawat mengingat misi-misi luar angkasa di masa depan, misalnya mengunjungi planet Mars, bisa memakan waktu 2 tahun atau lebih.
"Tentu, sangat tidak aman bila lapisan kulit epidermis semakin menipis jika terlalu lama di angkasa," ujar Profesor Karsten.
Sebelumnya di tahun 2009, ilmuwan Italia menerbangkan 6 tikus ke stasiun luar angkasa ISS sebagai percobaan selama 10 hari. Hasilnya, tiga dari 6 tikus dilaporkan mati akibat penipisan kulit dan kerontokan rambut parah. Oleh karena itu, ilmuwan saat ini takut hal yang sama akan terjadi pada manusia.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di luar angkasa tidak ada gravitasi sehingga tubuh astronot mengalami perubahan luar biasa dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Baca SelengkapnyaTidak adanya gravitasi di luar angkasa, memicu tubuh untuk beradaptasi saat sampai di Bumi.
Baca SelengkapnyaPakaian astronot tidak sekadar gaya, tetapi ada alasan khusus memakainya.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru menunjukkan bahwa obat baru yang dirancang membentuk otot dapat membantu mencegah hilangnya massa otot pada astronot selama di ruang angkasa.
Baca SelengkapnyaAkan ada efek bagi tubuh manusia jika memaksakan pergi ke Planet Mars.
Baca SelengkapnyaAda risiko besar menanti bila astronot memaksakan terlalu lama di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaLingkungan luar angkasa yang ekstrem, mulai dari gravitasi rendah, paparan radiasi tinggi, hingga kurangnya pola siang dan malam yang teratur.
Baca SelengkapnyaKemajuan ilmu pengetahuan telah jelas menyatakan bahwa hal ini akan terjadi di masa depan.
Baca SelengkapnyaPara peneliti menemukan bahwa para astronot membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tes.
Baca SelengkapnyaBekas luka ini semakin meyakinkan ilmuwan bahwa manusia akan selamat jika pergi ke Mars.
Baca SelengkapnyaMari membayangkan hidup di luar angkasa sebagai seorang Astronot.
Baca SelengkapnyaBerikut dampak pada kuku jika astronot terlalu lama berada di luar stasiun luar angkasa.
Baca Selengkapnya