Peredaran software palsu di situs e-commerce diduga besar
Merdeka.com - Tren belanja via internet di situs e-commerce Indonesia rupanya menjadi pintu masuk bagi peredaran barang-barang palsu. Meski belum diteliti secara cermat, Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) menduga peredaran barang-barang palsu di ranah digital sudah tinggi.
Justisiari P Kusumah, Sekretaris Jenderal MIAP, menjelaskan besarnya peredaran barang palsu dan bajakan di pasar online, lantaran pasar online tidak memiliki interaksi langsung antara pedagang dan pembeli, untuk mengetahui atau mengecek barang tersebut asli atau tidak.
"E-commerce jadi celah baru (jalur pemalsuan). Kalau dulu traditional market, sekarang online karena tiada interaksi fisik antara penjual dan pembeli. Untuk software misalnya, diperkirakan 80 persen yang dijual secara online diragukan keasliannya alias diduga palsu. Tapi ini baru dugaan awal, bukan hasil riset MIAP yang biasa dilakukan setiap tiga tahun," ujar Justisiari, saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman antara Microsoft Indonesia dengan pelaku e-commerce seperti Blanja.com, Bhinneka.com, dan Blibli.com di Jakarta, Selasa (29/11).
-
Apa penipuan yang marak terjadi saat ini? Beredar unggahan di media sosial terkait tawaran pinjaman bagi nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya dengan menghubungi nomor WhatsApp.
-
Kenapa penipuan online di era digital mudah terjadi? Tapi di balik segala kenyamanannya, nggak bisa dipungkiri kalau era digital juga membuka peluang kejahatan berupa penipuan online yang marak terjadi.
-
Bagaimana cara penipuan online dilakukan? Penipuan online juga nggak kalah canggih. Saya pernah dapet email dari pangeran Nigeria. Katanya mau bagi warisan 10 juta dolar. Saya mikir, 'Wah, lumayan nih, bisa buat modal nikah.' Tapi habis itu saya sadar, 'Emang kenapa juga pangeran Nigeria kenal saya?'
-
Apa saja jenis aplikasi penipuan? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
-
Dimana penipuan terjadi? Pasangan ini memiliki sebuah pusat terapi di Kanpur, Uttar Pradesh, di mana mereka diduga meyakinkan orang-orang bahwa proses penuaan mereka dipercepat oleh polusi udara yang parah.
-
Kenapa aplikasi penipuan berbahaya? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
Justi menegaskan MIAP setiap tiga tahun melakukan riset ilmiah terhadap peredaran barang palsu di tanah air dan potensi kerugiannya. Tapi, peredarannya ini masih di pasar offline. Belum menyentuh pasar online.
Nah, berdasarkan riset MIAP per 2014, ada tujuh komoditas barang yang sering dipalsukan. ketujuh komoditas yang sering dipalsukan tersebut adalah tinta printer dengan persentase 49,4 persen. tertinggi kedua, pakaian (38,9 persen), produk kulit (37,2 persen), software (33,5 persen), kosmetik (12,6 persen), makanan (8,5 persen), dan obat-obatan (3,8 persen).
"Kenapa tinta printer yang paling tinggi? Alasannya karena kebutuhan dan efeknya kecil bagi konsumen. Sedangkan obat paling rendah, karena konsumen tahu kalau mengonsumsi obat palsu risikonya tinggi bisa sakit atau mati," ucap dia.
Menurut dia, kampanye Clean E-Commerce yang digalang Microsoft Indonesia dengan menggandeng Bhinneka, Blibli, Blanja, JD, dan Lazada Indonesia bisa menjadi cara untuk memberangus produk palsu, khususnya soal piranti lunak. "Ke depan harus ada kerja sama sinergi untuk peredaran barang palsu di online, baik itu brand dan juga pelaku e-commerce. Sebab, persoalan ini tak bisa dilakukan sendirian," pungkas dia.
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BSSN mengatakan, fenomena itu terjadi karena pengamanan siber terhadap aplikasi-aplikasi itu lemah.
Baca SelengkapnyaLangkah pemerintah memberantas barang impor ilegal makin serius dengan melakukan riset khusus.
Baca SelengkapnyaMendag menyebut saat ini marak warga negara asing yang berdagang di mal, pusat perbelanjaan atau pusat grosir besar.
Baca SelengkapnyaPenipu menggunakan wajah seseorang yang dikenal oleh korban .
Baca SelengkapnyaZulkifli Hasan menganggap barang impor ilegal seperti kuman yang selalu muncul.
Baca SelengkapnyaIklan judi online membuat orang tertarik untuk masuk ke dalam aplikasi dan bermain.
Baca SelengkapnyaMenurut riset GBG, lebih dari 56 persen bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk Fraud Digital.
Baca SelengkapnyaEmpat dari Lima Orang Indonesia Mudah Tertipu Transaksi Online, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca SelengkapnyaPemerintah memperketat pengawasan dan pengendalian barang asal impor.
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaIni merupakan data dari PPATK sejak 2017 hingga 2024.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, dia belum menemukan bagaimana barang-barang impor ilegal ini bisa masuk ke Tanah Air.
Baca Selengkapnya