Peretasan password akun sering dialami masyarakat, ini penyebabnya
Merdeka.com - Seiring dengan perkembangan teknologi digital, kejahatan siber kian tak terbendung. Sudah banyak korban 'tumbang' gara-gara kejahatan siber. Norton pun mengungkap temuan-temuan baru yang menyoroti perkara kejahatan siber selama tahun ini.
Dalam hasil laporan tahunannya, mereka mencatat kejahatan siber yang paling marak dialami konsumen adalah peretasan password akun. Peretasan itu melebih dari jumlah peretasan akun email dan media sosial.
Menurut laporan itu, kejahatan siber dalam bentuk peretasan akun password sebanyak 39 persen. Kemudian peretasan akun email 28 persen dan media sosial 26 persen. Persoalan itu tentu saja berangkat dari sikap konsumen dalam memandang keamanannya.
-
Apa saja serangan siber yang paling sering terjadi? Laporan tersebut menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari yang berkaitan dengan ransomware, fraud, hingga identity and social engineering.
-
Kenapa password mudah dibobol? 'Secara tidak sadar, manusia membuat kata sandi yang sangat '‘manusia', yang berarti ini berisikan kata-kata dari kamus dalam bahasa aslinya, seperti menampilkan nama dan nomor. dll. Bahkan kombinasi yang tampaknya kuat sekalipun jarang benar-benar acak, sehingga dapat ditebak dengan algoritma.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Dimana negara yang paling banyak kena kejahatan siber? Dengan 791.790 bisnis yang terkena dampak penipuan online, AS adalah salah satu negara yang paling banyak mengalami kejahatan dunia maya.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
"Temuan kami menunjukkan bahwa masyarakat kini semakin menyadari kebutuhan untuk melindungi informasi pribadi mereka saat online, namun mereka tidak termotivasi untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar tetap aman," papar Chee Choon Hong, Director, Asia Consumer Business, Norton by Symantec di Jakarta, Senin (21/11).
Di Indonesia, di antara konsumen yang memiliki paling tidak satu perangkat yang tidak terlindungi, hampir satu dari tiga konsumen (30 persen) mengatakan mereka tidak membutuhkan perlindungan karena mereka tidak melakukan suatu aktivitas online yang ‘berisiko’.
Hal yang menarik adalah 76 persen konsumen mengetahui bahwa mereka harus aktif melindungi informasi online mereka, namun mereka masih berbagi password dan terlibat dalam perilaku berisiko lainnya. Sebanyak 22 persen konsumen setidaknya memiliki satu perangkat yang tidak terlindungi yang menyebabkan perangkat-perangkat lainnya menjadi rentan terhadap ransomware, situs-situs berbahaya, serangan zero days dan phishing.
"Sementara konsumen terus berpuas diri, para hacker sedang mengasah kemampuan mereka dan menyesuaikan penipuan mereka agar dapat mengambil keuntungan lebih banyak dari para konsumen, sehingga kebutuhan untuk mengambil tindakan pencegahan semakin penting bagi para konsumen di Indonesia," ujarnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaLagi banyak dibahas di media sosial, sebenarnya apa sih ransomware itu?
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaBanyak orang memakai kode PIN dengan angka yang sering dijumpai. Padahal hal itu sangat berbahaya.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaBerikut deretan negara-negara yang warganya sering dikuntit secara digital.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaMenurut riset GBG, lebih dari 56 persen bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk Fraud Digital.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca SelengkapnyaBSSN akan mengawasi penggunaan password di internal PDNS 2.
Baca Selengkapnya